Luas Tanam dan Produksi Padi Jember 2025 Anjlok, TPHP Akui Iklim dan Hama Jadi Pukulan Berat

Dwi Sugesti Megamuslimah
Tuesday, 09 Dec 2025 17:20 WIB

Kabid Tanaman Pangan TPHP Jember Luhur Prayogo
JEMBER, TADATODAYS.COM - Di tengah masifnya program swasembada pangan oleh pemerintah pusat, Kabupaten Jember justru mengalami Penurunan luasan tanam padi dan hasil gabah kering panen (GKP) sepanjang 2025.
Data resmi Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Perkebunan (TPHP) menunjukkan kemerosotan signifikan dibanding 2024. Tak tanggung, luasannya hampir menyentuh angka 30 ribu hektare. Penurunan ini menjadi sinyal serius bagi ketahanan pangan daerah.
Berdasarkan data yang dihimpun Tadatodays.com, luas tanam padi pada 2024 mencapai 166.807 hektare. Namun per November 2025, angkanya tinggal 139.613 hektare. Penurunan hampir 30 ribu hektare itu otomatis menekan total produksi gabah yang jatuh dari 988.885 ton (2024) menjadi 934.403 ton pada 2025.
Kabid Tanaman Pangan TPHP Jember, Luhur Prayogo, mengakui tren ini tidak bisa dianggap ringan. “Iklim ekstrem membuat pola tanam terganggu. Hujan tidak menentu, terlalu panjang, dan mengubah jadwal tanam,” ujarnya kepada Tadatodays.com pada Selasa (9/12/2025) sore.
Selain cuaca, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) muncul lebih agresif akibat pola tanam tiga kali setahun. “Ada tikus, wereng, dan hama lain yang memicu penurunan produktivitas. Ini anomali yang harus diwaspadai,” katanya.

Selain faktor iklim dan hama, pergeseran pola tanam juga turut memengaruhi. Sebagian lahan, terutama pada periode kemarau panjang, beralih ke komoditas lain seperti palawija dan tebu. “Petani melihat kondisi cuaca dan potensi hasil. Ada yang memilih pindah ke komoditas lain karena menilai lebih aman,” katanya.
Luhur menegaskan penurunan ini harus menjadi evaluasi bersama. Apalagi Jember tetap menjadi salah satu daerah dengan target produksi tinggi di Jawa Timur. “Produksi turun sedikit, tetapi ini tetap warning. Kita harus memperbaiki saluran irigasi, intensifikasi, sampai penanganan pascapanen agar produktivitas naik,” tambahnya.
Menurutnya, strategi di 2026 nanti akan fokus pada optimasi lahan dan intensifikasi. Targetnya, produktivitas per hektare bisa naik dari 5–6 ton menjadi 7–8 ton. “Lahan kita memang tidak bertambah, tapi produktivitas bisa didorong,” katanya.
Luhur menilai upaya ini harus segera dipercepat agar capaian akhir 2025 tidak kembali melemah. “Kalau tidak ditangani cepat, dampaknya bisa lebih besar pada tahun depan,” katanya. (dsm/why)





Share to
 (lp).jpg)