Mengenal "Mengayu", Harapan dan Hidup Baru bagi Perempuan Korban Kekerasan

Dwi Sugesti Megamuslimah
Dwi Sugesti Megamuslimah

Monday, 15 Jan 2024 19:44 WIB

Mengenal "Mengayu", Harapan dan Hidup Baru bagi Perempuan Korban Kekerasan

PELATIHAN: Salah satu kegiatan yang dilakukan tim Mengayu Jember, pelatihan facial.

JEMBER, TADATODAYS.COM - Perempuan masih rentan menjadi korban kekerasan seksual, verbal, maupun dalam lingkup rumah tangga. Tak jarang, perempuan penyintasnya kehilangan kepercayaan diri, hingga membuatnya menarik diri dari kehidupan sosial. Di Jember, perempuan bernama Riza Nisriina mendirikan "Mengayu", sebuah usaha sosial yang diharapkan menjadi asa dan hidup baru bagi para penyintas kekerasan.

Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan di Jember pada 2023 mencapai 128. Rinciannya, kasus kekerasan fisik menimpa 15 orang; kekerasan psikis 75 orang; kekerasan seksual 35 orang; dan penelantaran sebanyak tiga orang.

Fenomena tersebut membuat Riza Nisriina sejak 2020 lalu mendirikan usaha sosial “Mengayu”. Mengayu merupakan sebuah usaha sosial pemberdayaan perempuan yang memberikan pelatihan kerja dan ruang kerja aman bagi perempuan. Terutama untuk meningkatkan pendapatan dan kepercayaan diri para perempuan korban kekerasan. Sasarannya ialah para perempuan yang menjadi kepala keluarga, mantan korban KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) dan kekerasan seksual.

Mengayu memiliki kantor pusat yang strategis di tengah kota. Tepatnya berada di Jl. Ijen Blok H No. 9, Sumbersari, Jember. Sedangkan untuk kantor mitra Mengayu berada di Perumahan Muktisari Blok W No. 9, Kebonsari, Jember.

Ina, sapaan Riza Nisriina, mengaku bahwa di awal perjalanannya, ia telah melakukan banyak riset. Mulai dari bagaimana membuat sebuah usaha sosial untuk perempuan korban kekerasan (mitra) yang paling efisien, efektif dan cocok dengan mereka.

"Tahun 2021 kami dapat dukungan dari makadaya Bali. Makadaya sendiri itu kayak kumpulan peneliti yang memang konsen buat membawa perubahan di desa-desa. Kami melakukan riset. Kami bertanya langsung pada mereka (penyintas, red) apa yang dibutuhkan. Pekerjaan seperti apa yang diminati," kata perempuan 28 tahun asli Jember itu sambil tersenyum.

Para mitra Mengayu, lanjut Ina, dulunya terjebak dalam budaya patriarki yang melarang mereka bekerja setelah menikah. Setelah menjalani sidang perceraian, mereka menghadapi kebingungan dan kekosongan pekerjaan.

Nah, Mengayu memainkan peran penting dengan memberikan keterampilan dan pelatihan baru, membuka konsep pekerjaan yang dapat dilakukan di rumah. Seperti jasa salon, creambath, facial, potong hingga pewarnaan rambut, pijat bahkan luluran.

"Tujuannya untuk mempertemukan perempuan korban dengan perempuan yang bekerja di rumah, biar mereka itu bisa perawatan sambil ngobrol dan saling menguatkan, gitu. Harapan kami itu ketika ibu-ibu mitra ini bergabung ke Mengayu, mereka bisa jadi lebih percaya diri dan bisa meningkatkan penghasilan untuk biaya hidup," imbuh Ina yang semenjak kuliah memang sudah aktif mengikuti berbagai kegiatan sosial berfokus pada pemberdayaan perempuan, politik, hukum dan pelatihan kerja.

Menyelenggarakan program pelatihan bukan hanya sekadar memberikan keterampilan, tetapi juga merupakan wujud perhatian terhadap kesejahteraan mental mitra. Dalam upaya ini, Mengayu telah berkolaborasi dengan seorang psikolog untuk menyelenggarakan terapi trauma healing dan sesi pembinaan public speaking. Harapannya, mitra dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka saat berbicara di depan umum, terutama dalam menghadapi klien

Sejak pertama Mengayu berdiri, Ina dan timnya tidak berhenti mengenalkannya dengan memasuki instansi pemerintahan dan perusahaan swasta di Jember. Harapannya, Mengayu mendapat dukungan pelatihan sehingga mampu merangkul banyak peyintas dari kasus serupa. Tetapi hasilnya nihil. Tidak ada satupun yang menerima tawaran serta menyambut Mengayu.

"Kayaknya ada 50 perusahaan yang kita masuki, kita jelasin program dan minta dukungan pelatihan-pelatihan gitu, tapi masih nihil. Tetapi kami nggak nyerah, terus kami coba. Siapa tahu nantinya ada kecocokan," urai Ina lalu terkekeh. 

Kegigihan tim Mengayu akhirnya membuahkan hasil. Pada 2023 Mengayu mendapat dukungan dan bantuan donasi dari Singapura. Mengayu mendapat dukungan dan bantuan donasi dari Singapura dalam International Foundation (SIF) Young Social Enterpreneurs (YSE) Global 2022 senilai 20.000 dolar Singapura atau Rp 228,5 juta. Ini membuat semangat Ina kembali terpacu dan terus melakukan pembinaan serta pelatihan terhadap perempuan korban kekeresan dan kasus serupa.

Sampai kini, setidaknya sudah ada 300 perempuan yang dapat pelatihan dari Mengayu. Jumlah itu masih akan terus bertambah. Ina mengaku bersyukur berhasil melewati masa-masa sulit dan bertahan hingga sekarang.

Setidaknya ada enam mitra yang tergabung dalam Mengayu sampai hari ini. Sistem kerjanya sangat fleksibel, disesuaikan kegiatan dan kesibukan para mitra yang kebanyakan adalah kepala rumah tangga.

Kendati demikian, seperti kantor pada umumnya, Mengayu juga telah memiliki kontrak kerja, tetapi sifatnya tidak mengikat. "Jadi ibu-ibu mitra selain join Mengayu, mereka juga boleh usaha sendiri. Misalnya, jualan kue, buka jahitan dan sebaginya," lanjut Ina.

Selama tiga tahun perjalanan Mengayu, Ina sering kali mendapat pengaduan dari para mitranya yang diperlakukan kurang menyenangkan. "Ada konsumen yang merasa sudah membayar, terus dia seenaknya lempar uang ke mitra. Tidak memperlakukan mitra dengan baik, bahkan ada konsumen minta dilayani mitra yang muda-muda," keluh Ina.

Ina kemudian berpesan kepada para perempuan yang mungkin bernasib serupa agar tidak berkecil hati dan merasa sendirian. "Kalian tidak pernah sendirian. Kalian hanya belum menemukan wadah. Dan kalau cuma diam di rumah, enggak melakukan apa-apa, itu bakal mempersulit diri sendiri," pungkas Ina mengakhiri percakapan dengan tadatodays.com, Senin (15/1/2024). (dsm/why)


Share to