Menjajal Kopi Lokal dengan Penyajian ala Turki di Dekat Alun-Alun Jember

Dwi Sugesti Megamuslimah
Dwi Sugesti Megamuslimah

Sunday, 05 May 2024 16:52 WIB

Menjajal Kopi Lokal dengan Penyajian ala Turki di Dekat Alun-Alun Jember

KOPI: Kedai kopi ala Turki milik Raymond Tanjung yang berada di depan Grapari Jember.

Banyak orang yang selalu memulai harinya dengan meminum secangkir kopi. Sebab, kopi dipercaya bisa menaikkan hormon dopamine dalam tubuh, sehingga mampu meningkatkan produktivitas. Jika anda termasuk di dalamnya, patutlah mencoba sajian kopi di Jember ini.

------------- 

DI tengah kepadatan aktivitas kota di pagi hari, pusat kota atau alun-alun menjadi titik paling sibuk tiap harinya. Namun, ada sesuatu yang berbeda di alun-alun Jember kali ini. Tak jauh dari alun-alun, terdapat sebuah kedai kopi keliling yang lumayan menarik perhatian. Kedai itu dikonsep ala Street Bar Coffee Turki.

Lokasinya berdekatan dengan Grapari dan SD Al Baitul Amien. Sang pemilik kedai Jiwo, Raymond Tanjung, menjual kopi ala Turki dengan harga murah dan bersahabat. Raymond mengaku sudah lama menggeluti dunia perkopian nusantara, sebelum akhirnya memilih memperkenalkan kopi robusta lokal daerah.

Di tengah gempuran kopi susu kekinian, pria yang akrab disapa Bang Raymond itu justru mengusung metode kuno ala negeri Turki Utsmani. Dengan peralatan sederhana dan otentik, tangan cekatan bang Raymond mampu menghasilkan cita rasa kopi yang ciamik.

“Kopi Turki ini sebenarnya teknologi lama yang hilang. Jadi saya kemas ulang dengan konsep street bar biar agak kekinian supaya anak muda juga tertarik,” ujarnya sembari memanaskan Ibrik di atas pasir panas, Minggu (5/5/2024).

Penyajian Kopi Turki ini tergolong autentik, menggunakan pasir kuarsa sebagai medium penghantar panas. Jadi Ibrik atau alat seduh kopi tidak bersentuhan secara langsung dengan api sehingga lebih higienis.

“Karena kalau dia bersinggungan langsung sama ibrik, itu yang pertama kerusakannya lebih cepat. Habis itu tampilannya juga nanti ada hitam-hitam, jadi kurang menarik,” lanjut pria asal Kota Metropolitan itu.

Metode penyajian kopi diatas pasir ala Turki kuno.

Meskipun metode penyeduhan bukan asli Indonesia, Bang Raymond mengaku belajar secara otodidak. Sudah banyak percobaan yang dilakukan selama berbulan-bulan lamanya. Menyesuaikan dengan selera masyarakat Jember agar Kopi Turki dapat diterima semua kalangan.

Jenis kopi yang digunakan di street bar coffee ini merupakan kopi lokal Jember, yaitu Kopi Robusta Raung dan Kopi Robusta Argopuro.

Cara penyajiannya memang sedikit rumit, namun citarasa dan aroma yang dihasilkan mampu memikat siapa saja yang sedang berlalu lalang. Bubuk kopi dan gula dimasukkan bersamaan ke dalam ibrik dengan gula dan air panas lalu diaduk secara merata.

Kemudian ibrik yang telah terisi kopi, gula, dan air panas diputar ke atas pasir kuarsa yang dipanaskan menggunakan wajan secara berulang hingga cairan kopi naik dan berbusa untun kemudian dituangkan sesuai porsi ke dalam gelas saji.

Metode ala Turki ini sejatinya merupakan metode kuno yang ditemukan pada abad 19. Selain karena unik, pemilihan metode ini tidak meninggalkan kesan kumuh pada alat seduh kopi.

Tak perlu risau, meskipun terlihat eksklusif kopi di Kedai Jiwo ini dibanderol dengan harga mulai dari Rp.10 ribu saja. Selain itu bagi pengunjung yang kurang suka dengan rasa kopi yang kuat, bisa memesan Kopi Susu hanya dengan Rp 15 ribu saja.

Namun perlu dicatat, karena konsepnya mirip kopi keliling, Street Bar Coffee by Kedai Jiwo ini beroperasi pada hari tertentu saja. Yakni hari Minggu-Kamis sejak pukul 06.00-10.00 WIB. Lokasinya pun sama, kecuali hari Minggu bergeser ke bawah pohon Palem tepat di depan kantor SD Al Baitul Amien, karena ada CFD (Car Free Day).

“Banyak pelanggan di sini adalah mereka orang kantor sekitar, atau orang tua yang mengantarkan anak sekolah, bahkan orang yang hanya lewat menyempatkan mampir membeli kopi. Rata-rata pelanggan saya tidak saling mengenal satu sama lain, tapi dengan kopi pagi jadi ada obrolan hangat,” tuturnya lalu tersenyum.

Sementara, salah satu pelanggan, Jarot, mengaku sering memapir ke kedai ini lantaran memiliki citarasa dan aroma kopi yang khas dan sulit ditemukan, terlebih metode seduhnya tak umum.

"Saya sudah lama ke sini dan kenal Bang Raymond. Kopinya rasanya beda. Saya sudah sering minum kopi tapi ya rasanya kaya kopi kebanyakan. Cara mengolahnya juga unik dipanasi di atas pasir, jadi beda rasanya," paparnya sembari menikmati kopi di hadapannya seruput demi seruput. (dsm/why)


Share to