Merdu Kendang & Gamelan dari Desa Tanjungrejo

Andi Saputra
Andi Saputra

Sunday, 25 Jul 2021 12:47 WIB

Merdu Kendang & Gamelan dari Desa Tanjungrejo

AHLI: Sutarto, selain menguasai beragam alat musik tradisional, juga mampu membuatnya.

Desa-desa di Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember, kaya dengan kerajinan seni. Di Desa Dukuh Dempok,  anda bisa mendapatkan produk wayang kulit berkualitas. Sedangkan dari Desa Tanjungrejo, anda bisa mendapatkan alat musik gamelan lengkap.

ALAT musik gamelan dan kendang di Desa Tanjungrejo, Kecamatan Wuluhan, dibikin oleh Sutarto, seorang seniman karawitan senior. Di antara seniman musik tradisional, Sutarto termasuk sosok yang jarang ditemukan. Sebab, ia mampu memainkan berbagai alat musik tradisional. Sebab, selain menjadi pengrawit atau pemain berbaagai instrumen musik tradisional, Sutarto juga mampu membuat gamelan dan kendang lengkap, serta mampu pula menyetem atau melaras alat-alat musik tersebut.  

Darah seni dalam diri Sutarto diturunkan oleh bapaknya. Dulu bapaknya seorang pengrawit dan pembuat kendang. Sejak kelas 3 SD, Sutarto biasa membantu bapaknya membuat kendang. Kemampuan memainkan gamelan dan kendang hingga ilmu membuat instrumen musik tradisional itu mengkristal dalam diri Sutarto sampai saat ini.

Pria kelahiran 1969 ini menjadikan rumahnya sebagai tempat produksi. Setiap hari Sutarto memproduksi gamelan dan berbagai jenis kendang. Untuk kendang, Sutarto membuat kendang bem, sabet tabrak, ciblon, sampai ketipung.

Gamelan dan kendang itu diproduksi Sutarto untuk memenuhi pesanan, sekaligus untuk stocking atau persediaan. “Kalau ada yang butuh, dan saya punya persediaan, bisa langsung diambil,” kata Sutarto ketika ditemui Tadatodays.com di kediamannya, Sabtu (3/7) lalu.

Dalam menjalankan usaha kerajinan ini, Sutarto sekarang dibantu oleh menantunya. Bahkan kini usaha tersebut lebih dikembangkan pemasarannya oleh menantunya. “Menantu saya itu juga yang membantu mengembangkan,” ujarnya.

Dalam satu bulan, Sutarto bisa membuat 10 - 15 kendang. Sebagian besar kendang dibikin untuk memenuhi pesanan. Menurut Sutarto, pemesan yang terbanyak adalah sanggar seni dan instansi pemerintahan.

Gamelan dan kendang bikinan Sutarto sudah dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia. “Jawa, Palembang, Kalimantan, sampai Papua,” kata Sutarto dengan nada bangga.

Sutarto menuturkan, sebelum tahun 2010, dirinya masih fokus menjadi seniman karawitan. Baru pada 2010 Sutarto memberanikan diri membuat kendang sendiri, meneruskan ilmu yang diturunkan bapaknya dulu.

JADI: Sutarto menunjukkan sebagian karyanya.

Dalam cerita Sutarto, mulanya dulu ia membeli kendang dari Surakarta. Setelah itu Sutarto memutuskan membuat kendang sendiri. Hasilnya, Sutarto menyebut kendang bikinannya memiliki suara lebih enak. “Setelah bikin sendiri, ternyata lebih enak suaranya,” ucap Sutarto.

Sejak itu Sutarto serius membuat kendang dan gamelan sendiri. Usaha yang ditekuni Sutarto ini semakin lengkap dengan kemampuannya menyetem atau melaras kendang dan gamelan. “Jadi lengkap. Saya bikin sendiri, saya laras sendiri,” katanya.

Beberapa tahun sebelumnya, Sutarto tinggal di Ambulu, Jember. Meski kini sudah pindah di Desa Tanjungrejo, Kecamatan Wuluhan, Sutarto tetap mengerjakan sendiri semua proses pembuatan gamelan dan kendang.

Sutarto membuat gamelan dari bahan besi, kuningan, atau perunggu. Menurutnya, bahan yang digunakan tergantung keinginan pemesan. Sedangkan kendang dibikin dari kayu mangga kweni, mahoni,  atau kayu Nangka. Lalu untuk kulit yang dipakai tentu adalah kulit sapi. “Untuk membuat satu kendang bem misalnya, perlu waktu sekitar 10 hari,” cerita Sutarto.  

Sampai saat ini, Sutarto menjalani usaha kerajinan pembuatan gamelan dan kendang, serta tetap menjadi seniman karawitan. Ia memiliki kelompok karawitan bernama “Retno Budaya”. Dari empat anak Sutarto, dua putrinya menjadi sinden.  

Sutarto dengan kelompok karawitannya sudah pernah ditanggap main di banyak daerah. Tidak hanya di Jember, tetapi sampai ke berbagai pulau di tanah air. Sutarto menyebut Kalimantan bahkan Papua, sudah   sudah pernah didatanginya. “Kalau tanggapan di luar Jawa itu paling banyak yang ditanggap sama kelompok orang Jawa yang tinggal di luar Jawa,” tuturnya.

Dalam menjalankan kerajinan ini, Sutarto memang masih mengandalkan pola pemasaran konvensional, yaitu promosi dari kenalan ke kenalan. Promo media massa maupun sosial media, belum banyak dimanfaatkan oleh Sutarto.

ANDALAN: Aneka kendang bikinan Sutarto yang laku ke berbagai daerah.

Nah, banyaknya tanggapan-tanggapan karawitan di luar Jawa itu tanpa sengaja, ikut mendongkrak pemasaran gamelan dan kendang bikinan Sutarto. “Setelah tanggapan, orang kenal. Terus ingin pesan kendang atau gamelan. Sering begitu,” kata Sutarto.

Pandemi Covid-19 membuat hampir semua aspek kehidupan terhenti. Kelompok karawitan “Retno Budaya” yang dipimpin Sutarto juga jadi sepi tanggapan, baik itu tanggapan untuk mentas musik karawitan saja,  maupun karawitan mengiringi pentas wayang kulit.  

Namun, kehidupan harus terus bergerak. Sutarto masih tetap memproduksi gamelan dan kendang untuk persediaan atau untuk memenuhi pesanan. Lalu, selain membuat gamelan dan kendang, Sutarto juga menjadi pengajar karawitan di kampus Universitas Jember. “Ya ngajari kelompok dosen, ya mahasiswa,” ujarnya.   

Saat dikunjungi Tadatodays.com hari itu, Sutarto sempat menunjukkan gamelan bikinannya, sekaligus bagian-bagian dari rumahnya yang dijadikan tempat bekerja membuat gamelan dan kendang. Ada sebuah tempat di samping rumah yang semula jadi tempat utama bagi Sutarto untuk membuat gamelan dan kendang. Tetapi atap tempat tersebut ambrol terdampak gempa Malang, 10 April 2021 lalu. 

Karena bencana itu, Sutarto harus memperbaiki atap samping rumahnya. Kini, tempat kerjanya membuat gamelan dan kendang, tidak lagi punya atap. Tetapi situasi ini tidak membuat Sutarto berhenti membuat berbagai alat musik gamelan dan kendang.

Nah, bila anda punya rencana belanja gamelan dan kendang, Desa Tanjungrejo, Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember bisa jadi solusinya. Anda bisa pesan langsung kepada Sutarto. (as/why)


Share to