Meriah Petik Laut Masyarakat Nelayan Desa Puger Kulon

Iqbal Al Fardi
Iqbal Al Fardi

Sabtu, 13 Aug 2022 14:44 WIB

Meriah Petik Laut Masyarakat Nelayan Desa Puger Kulon

SESAJEN: Salah satu kapal yang membawa sesajen dalam petik laut yang digelar nelayan dan warga Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember.

JEMBER, TADATODAYS.COM - Masyarakat nelayan Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, melaksanakan kembali tradisi tahunannya, yaitu petik laut. Kegiatan yang dilangsungkan Sabtu (13/8/2022) pagi berlangsung meriah. Sesajen yang dilepas di laut begitu menarik perhatian, sampai ada beberapa orang yang mencoba untuk mengambilnya.

Sekitar pukul 08.30 arak-arakan sesajen dan jolen dimulai dari alun-alun Puger. Lalu sekitar pukul 09.00, rombongan tiba di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Puger. Arak-arakan sesajen tersebut diikuti oleh rombongan warga.

Beberapa kelompok warga tampak menggunakan baju adat Madura. Musik tradisional juga turut mengiringi arak-arakan tersebut. Pemain musik berada di barisan depan.

Lima sesajen diletakkan wadah dengan bentuk serupa rumah. Sedangkan jolen sendiri berupa miniatur kapal. Kelima sesajen tersebut berisi hasil bumi, seperti buah dan sayuran. Sedangkan pada jolen terdapat kepala sapi, kembang tujuh rupa, dan sesajen lainnya.

Saipul Rijal, 49, salah seorang nelayan Desa Puger Kulon mengatakan, petik laut diadakan sebagai ungkapan rasa syukur. "Petik laut diadakan untuk ungkapan rasa syukur pada Allah SWT. Selain itu, kita berusaha untuk tetap melestarikan budaya yang sudah ada," ungkapnya.

Saipul juga menerangkan bahwa ada dua kapal yang digunakan untuk membawa sesajen. "Sisanya (kapal, red) ikut memeriahkan," terangnya.

Dalam tradisi petik laut sesajen akan dibawa ke laut untuk dihanyutkan. Sesajen tersebut sebenarnya dianjurkan untuk tidak diambil hingga keesokan harinya. Namun dalam praktiknya, beberapa orang berusaha mengambil jolen itu saat baru dilarung di laut.

Saipul menyayangkan adanya beberapa orang yang berusaha mengambil jolen saat sudah dihanyutkan. "Sebenarnya dalam tradisi (petik laut, red) kita, (sesajen, red) itu tidak diperbolehkan untuk diambil. Tapi mau bagaimana lagi? Toh sekarang aturan itu sudah tidak seketat dulu," ujarnya. (iaf/why)


Share to