Modus Sharing Password, Unej Bongkar Kasus Perjokian Tes CBEPT, Empat Pelaku Diamankan

Dwi Sugesti Megamuslimah
Dwi Sugesti Megamuslimah

Monday, 20 Oct 2025 16:47 WIB

Modus Sharing Password, Unej Bongkar Kasus Perjokian Tes CBEPT, Empat Pelaku Diamankan

BONGKAR KASUS: Kepala UPA TIK Universitas Jember, Prof. Bayu Taruna (tengah) didampingi oleh UPA Bahasa Prof Hairus Salikin (kiri).

JEMBER, TADATODAYS.COM - Kasus perjokian dalam Ujian Tes Kemampuan Bahasa Inggris Berbasis Komputer atau Computer Based English Proficiency Test (CBEPT) di Universitas Jember (Unej) akhirnya terbongkar. Empat pelaku diamankan, terdiri dari mahasiswa, alumni, hingga perantara (makelar).

Kasus ini diungkap langsung oleh Kepala Unit Pelaksana Akademik Teknologi Informasi dan Komunikasi (UPA TIK) Unej Prof. Bayu Taruna, bersama Kepala UPA Bahasa Prof. Hairus Salim. Menurut mereka, temuan ini bermula dari kejanggalan hasil ujian beberapa peserta yang dinilai mencurigakan.

“Ada mahasiswa yang tampak tidak melakukan apa-apa, tapi hasil ujiannya penuh. Dari situ kami mulai melakukan tracing dan menemukan adanya aktivitas joki,” kata Prof. Bayu, Senin (20/10/2025) siang.

Dari hasil penelusuran, tim UPA TIK menemukan modus utama perjokian dilakukan melalui sharing password. Mahasiswa yang ingin dibantu dalam ujian menyerahkan kredensial akun CBEPT mereka kepada penjoki, sehingga si penjoki dapat mengakses sistem dari luar kampus.

“Sistem kami berbasis intranet dan sudah mencatat semua aktivitas melalui log, termasuk IP address dan perangkat yang digunakan. Tapi karena ada mahasiswa yang membagikan user ID dan password, sistem itu bisa ditembus,” jelas Prof. Bayu.

Padahal, lanjutnya, sistem keamanan CBEPT sudah dilengkapi pelacakan sumber akses hingga alamat IP. Tim IT dapat mendeteksi lokasi perangkat penjoki meski mereka berpindah-pindah tempat.

Penindakan dilakukan setelah tim mendapatkan cukup bukti digital. Sejumlah penjoki ditangkap di berbagai lokasi, mulai dari area fakultas hingga kafe di sekitar kampus.

“Kami sengaja bergerak tanpa seragam agar tidak dicurigai. Saat mendekati salah satu penjoki, kami temukan dia sedang membuka aplikasi CBEPT. Langsung kami meeting dan diamankan,” tutur Prof. Bayu menceritakan kronologi penangkapan.

Para penjoki ini disebut bekerja secara terpisah. Beberapa bahkan merekrut mahasiswa lain sebagai perantara untuk mencari “klien”. Tarif jasa mereka bervariasi antara Rp50 ribu hingga Rp200 ribu per ujian, dengan sistem pembayaran melalui transfer digital seperti ShopeePay, Dana, dan QRIS.

Kepala UPA Bahasa Prof. Hairus Salikin menegaskan bahwa pihak universitas tidak akan memberi toleransi terhadap pelanggaran integritas akademik. “Ini bukan soal nilai semata, tapi soal kejujuran akademik. Universitas Jember tidak akan mentolerir tindakan seperti ini,” ujarnya.

Ia juga meluruskan bahwa tes CBEPT berbeda dengan TOEFL. Tes ini merupakan kebijakan internal kampus untuk mengukur kemampuan bahasa Inggris calon wisudawan, bukan sertifikasi eksternal.

Menurut Prof. Hairus, mahasiswa sebenarnya diberi kesempatan hingga lima kali mengikuti tes, dengan jeda dua minggu setiap percobaan. “Kalau gagal lima kali, tetap bisa bypass. Jadi tidak perlu memakai joki,” katanya.

Menurutnya, praktik perjokian digital tidak hanya terjadi di tes bahasa Inggris, tetapi juga mulai merambah tugas kuliah dan laporan praktikum. “Ini bukan sekadar pelanggaran teknis, tapi persoalan integritas akademik. Kami ingin mahasiswa sadar bahwa ujian ini bukan sekadar formalitas, tapi ukuran kemampuan mereka sendiri,” ujarnya.

Saat ini, keempat pelaku sudah dalam proses pemeriksaan. Rektor Universitas Jember melalui Komisi Etik akan menentukan sanksi, baik kepada penjoki, peserta, maupun makelar. “Kami sudah mengantongi data lengkap para pelaku. Semua yang terlibat akan mendapat sanksi tegas, termasuk kemungkinan penundaan wisuda,” tegas Prof. Bayu.

Selain sanksi, Unej juga berencana memperketat sistem keamanan dengan membatasi satu akun hanya bisa digunakan di satu perangkat pada satu waktu (single session login). Kasus ini menjadi pengingat bagi seluruh mahasiswa Unej untuk menjaga integritas dan keamanan data pribadi. “Pertahanan terbaik justru ada di mahasiswa sendiri,” kata Prof. Bayu. (dsm/why)


Share to