Pandemi Covid-19, Haul KH. Abdul Hamid Pasuruan Digelar Terbatas

Muhammad Musleh
Muhammad Musleh

Monday, 26 Oct 2020 22:59 WIB

Pandemi Covid-19, Haul KH. Abdul Hamid Pasuruan Digelar Terbatas

BERBEDA: Rumah warga di sekitar Pondok Salafiyah Kota Pasuruan dipakai jamaah yang datang dari dalam dan luar Kota Pasuruan.

PASURUAN, TADATODAYS.COM - Momen haul KH. Abdul Hamid Pasuruan ke-39 tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Panitia membatasi peringatan haul karena pandemi covid-19. Meski begitu, antusias warga tak bisa dibendung. Mereka rela mengikuti haul meski melalui layar LED yang disiapkan panitia.

Lantunan salawat terus menggema di sekitar area Pondok Pesatren Salafiyah Pasuruan. Ribuan jamah yang berasal dari Kota Pasuruan maupun luar kota, terus berdatangan. Para jamaah rela duduk di sepanjang Jalan Jl. Jawa hingga Jl. Niaga Kota yang menjadi tempat lalu lalang jamaah.

Karena digelar terbatas dan tanpa tenda seperti tahun tahun sebelumnya, jamaah pun banyak berkumpul di rumah-ruman penduduk. Abdul Rahman, salah satu pemilik rumah di sebelah barat pondok mengaku, tiap tahun rumahnya selalu ditempati jamaah.

“Tapi tahun ini rumah saya lebih ramai dibanding tahun tahun sebelumnya. Mungkin karena korona ini Mas,” ujarnya, Senin (26/10). Pria berambut ikal ini mengaku sengaja menyiapkan tempat untuk jamaah yang tak kebagian tempat. “Ini memang kami sediakan untuk jamaah terutama mereka yang datang dari jauh,” imbuhnya.

Dengan ramah, Rahman pun terus menyapa jamaah yang hadir di sekitar lokasi. Beberapa kali dirinya juga memberikan hidangan yang sudah disiapkan untuk jamaah. “Silakan ini dimakan,” katanya menyilahkan jamaah yang bertandang ke rumahnya.

Muhammad Kholil, salah jamaah mengatakan, memang kurang afdhol kalau tidak datang di lokasi haul. Sebab, datang ke lokasi dengan melihat di televisi barokahnya beda. “Kalau langsung di lokasi, keberkahannya terasa,” katanya.

Sementara itu, sejumlah ulama dan pejabat penting hadir di lokasi haul. Di antaranya Kiai Baha’uddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha, Ketua DPD RI La Nyala Mattaliti, serta Calon Walikota Pasuruan Gus Ipul dan Raharto Teno Prasetio.

Sedangkan Wapres RI Wapres RI KH. Ma’ruf Amin dan KH. Mustofa Bisri yang sedianya hadir, hanya memberikan sambutan secara virtual.

Dalam sambutanya, Kiai Makruf mengaku banyak meniru Kiai Hamid dalam berdakwah. Katanya, Kiai Hamid merupakan sosok kiai yang dikenal santun dan sabar dalam berdakwah. “Dakwah beliau ini dakwah bil hikmah, jadi siapapun jika mendengarkan beliau pasti tenang dan tenteram hatinya,” ucapnya.

Dakwah model seperti itu menurut Ma’ruf, harusnya bisa dijadikan salah satu model dai di erah milenial ini. “Karena model dakwah seperti beliau ini bisa menyejukkan umat dan menghindari pertikaian antar sesame,” terangnya.

Menurutnya, kiai yang seperti Kiai Hamid sulit ditemui. “Saat ini banyak menggunakan model dakwah keras dan galak. Jadi banyak umat yang kadang masih banyak terprovokasi,” tegasnya.

Apalagi di era digital, lebih banyak dai yang menonjolkan diri melalui mentalitas pencitraan. “Kalau dakwah Mbah Hamid ini selalu dilakukan dengan cara-cara yang biasa, tapi masuk didalam hati jamaah,” katanya.

Senada dengan Ma’ruf, Gus Mus banyak memberikan contoh-contoh saat Kiai Hamid masih muda. Kiai Hamid dulu waktu masih mudah merupakan sosok sastrawan. Selama mondok di Termas, Kabupaten Pacitan.

“Kalau kamus berjalan itu Kiai Ali Maksum, kalau sastrawan itu mbah Kiai Hamid,” ujarnya. Makanya, kalau berkdakwah, tutur kata Kiai Hamid selalu santun dan enak di dengar. “Orang tidak tahu kalau beliau itu seorang satrawan,” tegasnya.

Tausiyah terakhir disampaikan Kiai Baha’uddin Nur Salim. Gus Baha mengawali tausiyah dengan memberikan gambaran betapa susahnya menjadi cucu waliyullah. Seperti dirinya dan KH. Nailur Rahman (cucu Kiai Hamid, Red) ini susah. “Dilihat kealiman jelas kalah, apalagi ketampanan tambah kalah,” katanya disambut tawa jamaah.

Dai yang dikenal dengan kesederhaannya tersebut, juga menyindir Gus Ipul yang hadir di lokasi Haul. “Tambah susah lagi kalau cucunya jadi walikota,” ungkapnya lagi-lagi disambut tawa jamaah.

Pengasuh Ponpes Salafiyah, Kiai Idris Hamid menjelaskan, haul kali ini memang berbeda dengan haul sebelumnya. “Ini yang bikin ya mbah kiai Hamid,” ujarnya. Menjelang pelaksaan haul, beberapa kali dirinya harus berkoordinasi dengan TNI, Polri, maupun Dinkes setempat.

“Jadi memang ketat sekali,” katanya. Ia mengaku tidak bisa membendung jamaah yang datang dari mana-mana. Baik alumni maupun masyarakat. “Terima kasih buat semuanya, dan mohon maaf bila ada salah dari panitia,” tegasnya. (mm/sp)


Share to