Pemuda Jember Ini Sukses Memproduksi Kerajinan Berbahan Kulit Sapi
Bryan Bagus Bayu Pratama
Sunday, 03 Apr 2022 20:26 WIB
JEMBER, TADATODAYS.COM - Agung Dwi Susilo, pemuda asal Kecamatan Kencong, Kabupaten Jember bisa menjadi inspirasi bagi pemuda lainnya untuk terus berusaha mencapai kesuksesan. Dari berjualan cilok, pemuda yang kini tingal di Perumahan Graha Citra Mas, Blok Z3, Kelurahan Tegal Besar, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember ini sukses menjadi produsen kerajinan berbahan dasar kulit sapi dan domba.
Agung -sapaan akrabnya- membagikan pengalamannya saat diwawancara tadatodays.com pada 4 Februari 2022, di tempat tinggalnya saat ini. Tak disangka, ternyata Agung pernah berjualan cilok. Ia juga pernah merugi hingga puluhan juta.
Ia mengawali bisnisnya sejak menjadi mahasiswa baru di Universitas Muhammadiyah Jember. Tak hanya satu bisnis saja yang ia jalankan. Mulai dari jualan cilok, kacang-kacangan, bahkan minuman dingin. Namun usaha-usaha tersebut sempat mengalami kegagalan dan merugi hingga puluhan juta. "Awalnya saya berjualan cilok dan es di kampus. Saya sempat ditipu oleh seseorang dan merugi hingga puluhan juta. Akhirnya bisnis itu saya akhiri," kata Agung.
Sejak kegagalan itu, Agung merasa harus segera memiliki usaha lain yang dapat membantu meningkatkan ekonomi dirinya.
Nah, pada tahun 2017 dirinya kemudian mulai merintis usaha di bidang pembuatan kerajinan produk berbahan dasar kulit sapi dan domba. Pada awalnya dirinya membuat produk berupa jam tangan kayu dengan strap kulit. Tapi tak lama kemudian, ia memutuskan untuk fokus membuat produk berbahan kulit. Seperti dompet, card holder, tas hingga sabuk.
PILIHAN: Agung mulanya hanya memproduksi tempat kartu. Ia juga memproduksi tas berbahan dasar kulit sapi dan domba. Produknya itu banyak diminati pembeli dari Jember dan luar daerah, bahkan luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.
Berjalannya waktu, produk-produk tersebut banyak dipesan oleh pembeli melalui online shoop dan laman instagram @Cospi.id. Pembelinya tidak hanya dari warga Jember, tapi juga dari luar daerah. Bahkan, pemesannya juga ada yang dari luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.
Untuk klasifikasi pemesan tidak hanya dari perorangan. Pembeli dari instansi seperti perusahaan, BUMN, DPRD, hingga tingkat kementerian.
Karena banyaknya pesanan itulah, Agung kemudian mengajak tiga teman mahasiswanya untuk bergabung dengan dirinya memproduksi kerajinan. Ketiganya yakni Indra, Gilang, dan Davi. Dengan bantuan dari tiga mahasiswa tersebut, pendapatannya pun naik. “Saat keadaan normal (Sebelum pandemi, Red), pendapatan per bulan sekitar Rp 35 juta,” katanya.
Akan tetapi, pendapatan hingga Rp 35 juta per bulan itu mulai berkurang sejak pandemi Covid-19 melanda. Pendapatannya berkurang hingga 50 persen, antara Rp 15-20 juta.
Terlepas dari kondisi pandemi, Agung merasa bersyukur karena sudah bisa meningkatkan perekonomiannya. "Saya senang bisa mengajarkan ilmu yang saya punya pada orang lain," ujarnya.
Ke depan, ia ingin memperluas unit usahanya. Seperti, usaha kopi, kotak cerutu, sepatu, hingga produk kaus. (bp/don)
Share to