Pengalaman Bahri di Piala Dunia Sepak Bola Amputasi: Dua Kali Patah Tongkat

Iqbal Al Fardi
Iqbal Al Fardi

Friday, 21 Oct 2022 11:16 WIB

Pengalaman Bahri di Piala Dunia Sepak Bola Amputasi: Dua Kali Patah Tongkat

DARI JEMBER: Direktur teknis Timnas Amputasi Indonesia Rixhi Saputra Bersama tiga pemain asal Persaid, yaitu Muhammad Lukiyono, Budyanto, dan Muhammad Shiddiq Bahri.

JEMBER, TADATODAYS.COM - Tiga pemain sepak bola dan satu direktur teknis Timnas Amputasi Indonesia yang berasal dari Persatuan Sepak Bola Amputasi Jember (Persaid) telah kembali dari Piala Dunia Sepak Bola Amputasi di Turki. Mereka punya banyak pengalaman meski gugur di babak penyisihan grup. Salah satunya ialah tongkat milik Bahri yang sempat patah dua kali.

Direktur teknis Timnas Amputasi Indonesia Rixhi Saputra mengatakan, meski kalah, ketiga pemain asal Persaid yakni Muhammad Lukiyono, Budyanto, dan Muhammad Shiddiq Bahri bermain dengan sangat bagus. “Meski tidak lolos di babak penyisihan grup, mereka bertiga main dengan sangat bagus,” katanya usai dijamu Pemkab Jember di Pendopo Wahyawibawagraha, Kamis (20/10/2022) siang.

Menurutnya, para pemain tersebut sudah terbiasa dengan berlatih dan bermain secara profesional. Namun, di pengalaman pertama mereka terjun untuk membela Timnas di Piala Dunia, rasa grogi dan minder tidak dapat dihindari. “Apalagi kita bertemu dengan negara-negara Eropa di sana,” jelas pria yang juga menjadi pelatih Persaid.

Meski tidak lolos di fase penyisihan grup, lanjutnya, mereka masih memiliki peluang untuk memperbaiki peringkat di World Amputee Football Federation (WAFF) Match Day. Saat ini, Indonesia berada di peringkat ke-22 dunia. “Kami masih memiliki peluang untuk memperbaiki perngkat,” katanya.

Tahun depan, menurut Rixhi, akan ada ajang internasional, tepatnya di Juli. Ajang tersebut ialah uji coba antar negara. Kemungkinan negara pertama ialah antara Uzbekistan dan Turki. “Kita juga ada kegiatan sharing season di sana, belajar mengembangkan sepak bola amputasi di tingkat negara hingga lokal,” terangnya.

Sementara, Bahri menceritakan bahwa di babak kualifikasi timnya lolos sebagai runner up bersama dengan Jepang dengan posisi juara. Sedangkan di Piala Dunia, pihaknya masuk di grup C bersama timnas Argentina, Inggris dan Amerika. “Grup C itu grup neraka. Soalnya, semuanya itu langganan masuk ke Piala Dunia. Bahkan, Amerika itu penemu sepak bola amputasi,” ungkapnya.

Terkait kesulitan yang dihadapinya, Bahri mengatakan bahwa pihaknya kalah dari postur badan. Ia pun sering terpontang-panting ketika beradu badan dan selalu diincar oleh pemain lain. “Saya pribadi dijaga sama tiga sampai empat pemain itu. Khusu saya pribadi,” jelasnya dengan nada semangat.

Tongkat yang digunakan pun, cerita Bahri, turut menghambat permainanya. Dua kali tongkat Bahri patah di ajang tersebut. “Tongkat saya yang dari timnas ini harganya Rp 2,5 juta. Sedangkan tongkat milik Jerman Rp 13 juta dan Jepang Rp 17 juta. Tapi menurut saya, tongkat ini sudah bagus,” pungkasnya. (iaf/why)


Share to