Pengamat soal Tingkat Parmas: Masyarakat Jenuh Pasca Pemilu dan Lelah Berharap
Alvi Warda
Friday, 06 Dec 2024 12:19 WIB
PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Tingkat partisipasi masyarakat (parmas) pada Pilkada 2024 Kota Probolinggo menurun sekitar 0,8 persen dibanding Pilkada 2018. Menurut pengamat sosial dan politik, ada kejenuhan yang terjadi pasca pemilu dan lelahnya berharap.
Seperti diketahui, Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pilkada 2024 di Kota Probolinggo sebanyak 179.416. Terhitung ada 140.752 orang atau 78,24 persen warga yang datang ke TPS menggunakan hak suaranya pada hari coblosan, Rabu 27 November lalu. KPU Kota Probolinggo menyebutkan partisipasi di Pilkada 2024 ini ada penurunan dibanding Pilkada 2018 yang berada di angka 79 persenan.
Tadatodays.com berkesempatan mewawancarai pengamat sosial dan politik Dr. H. Ahmad Hudri. Ia menyampaikan, sebagai pemerhati ia membandingkan Pilkada 2024 ini dengan Pilkada 2018. "Kalau pemilu tidak bisa diperbandingkan. Karena faktornya banyak. Diantaranya jumlah calon yg berkotestasi sangat banyak," ujar mantan ketua KPU Kota Probolinggo ini, Jumat (6/11/2024).
Menurut Hudri, Pemilu tergolong pesta demokrasi dengan mobilisasi dan pemilih yang masif. Pola dan faktornya berbeda dengan Pilkada. "Pada pemilu, peserta pemilu ada capres dan parpol. Dalam parpol ada unsur caleg yang jumlahnya banyak. Dengan jumlah caleg yang banyak, mobilisasi pemilih dan sosialisasi sangat masif," ujarnya.
Pemilu juga terjadi secara nasional. Sehingga, masyarakat bisa dibilang bergairah saat pencoblosan tiba. "Isu pemilu juga tersentral secara nasional. Sedangkan pilkada lebih bersifat kedaerahan, " katanya.
Sebagai mantan Ketua KPU Kota Probolinggo, ia mengetahui pasti angka partisipasi masyarakat. Ia menyebut di tahun 2018 memang berada di angka 79 persen. Ia memandang ada kejenuhan yang terjadi pasca pemilu. "Bisa juga masyarakat Jenuh pasca pemilu," ucapnya.
Selain itu, ia memandang masyarakat bisa saja lelah dengan harapan adanya perubahan meski diadakannya Pilkada. "Ada juga masyarakat yang beranggapan milih atau tidak memilih sama saja. Paling ya begitu-begitu saja," katanya.
Faktor lainnya, masyarakat enggan dan tidak peduli dengan pesta demokrasi ini. "Bisa saja pemilih ingin segera move on dari urusan politik. Ingin segera beraktifitas normal dan mengurangi energi besar dari hanya urusan pemilu," ujarnya.
Hudri menambahkan, Pilkada di Kota Probolinggo tergolong unik. Sebab, kampanye tatap muka tergolong sepi. "Namun juga yang unik di pilkada serentak ini adalah sepinya kampanye tatap muka melalui kegiatan sosialisasi. Calon lebih cenderung memanfaatkan injury time untuk melakukan mobilisasi pemilih. Tentu dengan metode tertentu yang dianggap mendorong kecenderungan pemilih menentukan pilihan,"katanya. (alv/why)
Share to