Perkuat Ketangguhan Komunitas, 765 KK di Puger Jember Diedukasi soal Risiko Bencana

Dwi Sugesti Megamuslimah
Dwi Sugesti Megamuslimah

Sabtu, 06 Dec 2025 15:58 WIB

Perkuat Ketangguhan Komunitas, 765 KK di Puger Jember Diedukasi soal Risiko Bencana

EDUKASI: PMI Jember saat mengedukasi warga pesisir di Puger Wetan terkait resiko bencana.

JEMBER, TADATODAYS.COM - Upaya pengurangan risiko bencana di kawasan pesisir selatan Jember terus dilakukan. Setelah beberapa minggu melakukan sosialisasi dari rumah ke rumah, sebanyak 765 kepala keluarga di Desa Puger Wetan tercatat sudah menerima edukasi mitigasi bencana. Palang Merah Indonesia (PMI) Jember dan Japanese Red Cross Society (JRCS) kini mulai menguji apakah pendekatan tersebut benar-benar bekerja di lapangan.

Evaluasi digelar Kamis (4/12/2025) bersama anggota SIBAT (Siaga Bencana Berbasis Masyarakat) Puger Wetan. Pertemuan itu membahas bagaimana warga merespons materi mitigasi, terutama terkait ancaman tsunami yang menjadi risiko utama di Puger dan Gumukmas.

Koordinator lapangan program, Weni Catur Fitriani, mengatakan metode door-to-door dipilih untuk menjangkau semua keluarga secara langsung. Namun ia menekankan bahwa penerapan edukasi di lapangan menjadi faktor krusial. “Informasi bisa diterima, tapi yang lebih penting adalah apakah warga mempraktikkannya,” ujarnya saat dikonfirmasi Sabtu (6/12/2025) sore.

Dari laporan anggota SIBAT, kata dia, masih ada warga yang belum memahami jalur evakuasi hingga tanda peringatan dini. Respons warga beragam, mulai dari yang antusias bertanya hingga yang masih menganggap bencana sebagai ancaman yang jauh.

Rangkaian evaluasi kembali dilanjutkan ke desa dan sekolah lain di Kecamatan Gumukmas dan Puger pada Sabtu (6/12/2025) hingga Minggu (7/12/2025).  Agendanya, pemeriksaan kesiapan sekolah dalam standar Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) juga masuk dalam jadwal, termasuk distribusi perlengkapan kesiapsiagaan yang sebelumnya direncanakan.

Evaluasi lanjutan ini menjadi penentu arah perbaikan program. Temuan di lapangan akan menunjukkan apakah edukasi mitigasi selama ini menghasilkan perubahan perilaku masyarakat atau masih berhenti pada transfer informasi semata.

"Pendampingan ini krusial untuk memastikan bahwa pesan-pesan kesiapsiagaan yang disampaikan oleh SIBAT benar-benar dipahami dan diterapkan oleh masyarakat," katanya. (dsm/why)


Share to