Peternakan “Harjo Lestari” Jember: Beternak Tidak Harus Kotor, Juga Bisa Keren

Dwi Sugesti Megamuslimah
Dwi Sugesti Megamuslimah

Friday, 04 Apr 2025 10:18 WIB

Peternakan “Harjo Lestari” Jember: Beternak Tidak Harus Kotor, Juga Bisa Keren

KUNJUNGAN: Salah satu pengunjung saat mengunjungi kandang peternakan Harjo Lestari.

JEMBER, TADATODAYS.COM - Di tengah hamparan hijau pedesaan Jember, sebuah kelompok peternak bernama Harjo Lestari tengah mengubah wajah industri peternakan lokal.

Peternakan yang terletak di Dusun Kemirisongo, Desa Lampeji, Kecamatan Mumbulsari, Kabupaten Jember itu bukan hanya sekadar beternak. Mereka juga bermimpi besar, yakni menghadirkan domba berkualitas tinggi. Bahkan dengan mendatangkan Suffolk langsung dari Australia.

Bagi Huda, alumni Universitas Hang Tuah Surabaya, dan rekan-rekannya, peternakan bukan sekadar mata pencaharian, melainkan warisan dan kebanggaan.

Berawal dari keinginan teman-teman sesama kelompok tani ternak, mereka mendirikan Harjo Lestari pada tahun 2014. Namun, sebelum itu, sejak 2008, Harjo sudah lebih dulu berdiri di lahan keluarga.

"Kalau satu orang punya 10 ekor, itu kelihatan kecil. Tapi kalau kita bareng-bareng, ada 200 ekor, itu jadi kekuatan besar. Rame-rame lebih gampang," ujar Huda dengan semangat.

Saat ini, Harjo Lestari telah berkembang pesat dengan 50 anggota. Ternak yang mereka miliki mencapai sekitar 800 ekor kambing dan domba di kandang mereka. Sementara di luar, jumlahnya mencapai ribuan. Peternakan ini menjadi tempat efisiensi dalam perawatan ternak, tempat kawin, dan juga pusat penjualan.

Sejak berdiri pada tahun 2008, peternakan ini sudah ramai dikunjungi peternak lain yang ingin berdiskusi dan belajar. Namun, sejak 2014, jumlah pengunjung semakin bertambah, tidak hanya dari kalangan peternak, tetapi juga masyarakat umum.

Kini, setiap orang yang berkunjung diharuskan membeli susu sebagai bagian dari pengalaman mereka. Harjo Lestari menegaskan bahwa tempat ini bukan untuk wisata, melainkan fasilitas bagi para peternak untuk berkumpul dan belajar.

Mereka ingin mengubah citra peternakan dari yang kotor dan bau menjadi lingkungan yang ramah bagi keluarga. "Beternak itu nggak harus kotor, peternakan juga bisa keren," tambah Huda.

Selain domba, peternakan ini juga memiliki 90 ekor kambing perah dengan periode pemerahan selama 8-12 bulan. Susu kambing yang dihasilkan mencapai 120 liter per hari, dengan harga jual Rp 7.000 per botol ukuran 120 ml, sementara harga di luar mencapai Rp 8.000.

Meski demikian, mereka tidak mengejar produksi besar-besaran, melainkan lebih fokus pada pemuliaan genetik.

Langkah Berani: Mengimpor Domba Suffolk

ASRI: Suasana di peternakan Harjo Lestari.

Tak puas dengan hasil ternak lokal, Harjo Lestari mengambil langkah besar dengam mengimpor domba Suffolk langsung dari Australia untuk keperluan pembibitan, bukan konsumsi.

Keputusan ini bukan tanpa risiko, mengingat harga satu ekor bisa mencapai Rp 50 juta. Hingga kini, mereka telah mengimpor sekitar 700 ekor, dengan 200 ekor khusus untuk peternakan Harjo Lestari.

"Seluruh Indonesia nggak banyak yang bisa impor. Jember termasuk yang awal bisa impor. Alasannya karena tujuannya breeding atau pengembangbiakan, jadi kita ambil genetik murni," jelas Huda.

Proses impor ini bukan hal yang instan. Sejak 2019 mereka mengurus perizinan, hingga akhirnya baru bisa mengimpor pada tahun 2022, dan kembali mengimpor pada tahun 2024.

Peternakan ini, kata dia, membutuhkan genetik terbaik, full blood Suffolk, untuk memperkuat kualitas ternak lokal. "Ketika para peternak menjadi lebih kuat, mereka bisa lebih mandiri dalam impor dan pengembangan genetika ternak," tegasnya.

TERNAK: Beberapa jenis kambing di peternakan Harjo Lestari. (dok. anandiwan)

Dari Jember ke Kancah Internasional

Harjo Lestari juga mengembangkan brand Harles Suffolk Studs, sebuah identitas baru untuk memperkuat posisi mereka di pasar ternak. Domba Suffolk sendiri memiliki ciri khas kepala dan kaki hitam serta merupakan salah satu domba pedaging terbesar di dunia.

Harjo Lestari tidak hanya berfokus pada daging, tetapi juga pemuliaan genetik untuk meningkatkan kualitas domba Sofas, hasil persilangan Suffolk dengan domba jenis Gibas lokal.

"Kami ingin mengembalikan kejayaan Sofas. Sofas yang lahir di Jember nantinya harus berkualitas tinggi. Banyak pembeli di Jombang, banyak juga yang lahir di sana," ujar Huda.

Namun, perjalanan mereka masih panjang. Harjo Lestari masih membutuhkan lebih banyak peternak di Jember yang memiliki visi yang sama agar kejayaan Sofas benar-benar dapat dikembalikan.

"200 ekor nggak cukup, tapi kita sudah bersyukur sejauh ini. Yang penting, kita bisa dikenal oleh peternak di seluruh Indonesia," tutur Huda penuh optimisme. (dsm/why)


Share to