Podcast Kesehatan “Ngobras” Dinkes Kabupaten Probolinggo Bahas Insomnia

Hilal Lahan Amrullah
Wednesday, 13 Dec 2023 21:10 WIB

BINCANG KESEHATAN: Home Doctor RS Rizani, dr. A'an Haries Pranowo, saat bincang kesehatan dengan topik insomnia pada podcast kesehatan Dinkes Kabupaten Probolingo.
PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo kembali menggelar Podcast Kesehatan (Podkes) “Ngobras”. Kali ini topik “Insomnia dan Solusinya,” dibahas bersama narasumber Home Doctor RS Rizani, dr. A’an Haries Pranowo.
Dokter A’an menyampaikan insomnia itu adalah gangguan tidur yang dimulai masuk tidur hingga mempertahankan tidur. Biasanya terjadi dalam durasi 1 bulan. “Evaluasinya satu bulan kita lihat, nanti hasilnya seperti apa, apakah tejadi gangguan fungsi individualnya. Dia tidak bisa optimal bekerja siang harinya,” terangnya.
Siang dan malam tidak tidur, aktivitas hidupnya menurun. termasuk konsentrasinya menurun, bisa suka marah dan emosi, lemes, letih, control emosinya tidak stabil, dan konsentrasinya menurun. Otomatis aktifitasnya akan terganggu, pendapatannya akan berkurang, kemudian akan terjadi kesenjangan.
Insomnia terbagi menjadi insomnia akut dan Insomnia kronis. Insomnia adalah salah satu gangguan yang menggangu kehidupan manusia yang berlangsung selama satu bulan samapai enam bulan. Jika selama satu bulan, itu insomnia akut. Sedangkan satu bulan sampai enam bulan, itu insomnia kronis.
Insomnia adalaha gejala yang timbul karena suatu penyakit. Misalkan penderita diabetes militus (DM), dia akan sering pipis malam. Otomatis, itu ada penyakit penyertanya. “Jadi insomnia sekunder. Insomnia dibagi banya, ada yang primer dan skunder. Primer, insomnia yag bediri sendiri tanpa ada penyakit peyerta lainnya. Insomnia sekunder jika ada penyerta, seperti kecemasan, depresi, gangguan penyesuaian diri, yang semua berhubungan dengan kesehatan jiwa mental helath, itu sekunder,” tegasnya.
Menurutnya sepertiga orang dewasa itu insomnia. Berdasar jurnal iternasional bahwa 17 persen orang di dunia, mengalami gangguan aktifitas fungsional siang hari. Jadi dia tidak optimal kulitas hiudpnya tidak bagus. “Semua bisa mengalami insomnia, terlebih yang cenderung memiliki tekanan, pressure kehidupan, seperti stres,” ujarnya.
Insomnia kaut terjadi karena lingkungan pekerjaan. Gangguan penyesuaian menjadi stres akut. Itu bisa menuju insomnia akut.
Inomnia juga dibagi early insomnia. Yaitu masuk untuk tidur itu sulit. Ada juga fase let insomnia, dia sudah tidur, tetapi unuk mempertahankan tidurnya, dia tidak bisa sama sekali. “Saat dia tidur, pada jam rem atau dua per tiga malamnya dia terjaga, dia tidak bisa melaksanakan aktiffitas yang baik pada pagi hari dan siang hari,” jelasnya.
Tidur itu menentukan quality of life. Jika tidur cukup, nanti bisa bangun dengan segar untuk bisa mengerjakan pekerjaan. “Jadi utuk meningkatkan quality of life kita,” tegasnya.

Insomnia tergantung apa penyebabnya dulu. Kalau insomnia primer atau tidak ada penyakit penyertanya, dapat dioptimalkan dengan control situation.
“Kita akan mengondisikan tempat tidur sebagai tempat untuk tidur dan berhubungan seksual, mengondisikan lingkungan tempat tidur enak, tidak boleh meminimalisir gangguan. Sekarang kamar tidur ada TV, itu mengganggu konsentrasi kita menuju tidur yang dalam dan lelap, itu tidak baik memulai awal tidur. Setelah bangun, kita harus meninggalkan tempat tidur, karena fokus kita dalah tempat tidur hanya untuk tidur,” jelasnya.
Jika hal tersebut di atas belum dapat merangsang tidur, dapat dengan memulai olahraga kecil, cuci piring, menyapu, olahraga streaching sebelum tidur, itu perlu, pada saat badan capek otomatis mulai mengantuk.
Untuk insomnia sekunder, dapat diberi terapi terkait dengan penyakit penyertanya dengan harapan menghilangkan penyakit penyertanya. Itu dapat mengakibatkan insomnianya hilang. Misalnya depresi, ciri-ciri yang khas adalah gangguan tidur, tidak mau makan, konsentrasi menurun.
“Itu harus kita hilangkan dengan obat anti depresi. Pasien DM yang pipis malam hari, dengan obat DM pipisnya hilang, dan dia bisa tidur lelap. Pasien jantung, kita hilangkan jantungnya yang meluber, dengan obat. Setelah itu dia bisa tidur lelap,” tuturnya.
Obat tidur itu mengandung zat adiktif atau ketergantungan. Obat tidur harus diberikan oleh dokter spesialis kedokteran jiwa. Dia yang menentukan obat apa yang diberikan kepada pasien-pasien. “Karena pemberian obat insomnia harus memperhatikan minimal efek samping obatnya, yang short acting atau kerja cepat, jadi langsung tidur. Dan tidak memiliki jangka waktu panjang, sehingga pagi hari sudah bangun, mangkanya harus konsul spesialis SPKJ,” ujarnya.
Efek samping yang parah dari insomnia adalah gangguan pada fungsi otak. Karena otak, itu harus dinetralkan kembali. Walaupun saat tidur bukan kondisi otak diam. Pada saat tidur, otak juga bekerja. “Untuk menstabilisasi neuron-neuronya. Jika tidak tidur, fungsi stabilisasi itu akan berkurang. Akhirnya beberapa penyakit akan datang, imunitas turun. Tensi selalu tinggi, larinya ke makan, terjadi obesitas, DM,” ujarnya.
Tidur yang baik menurut kesehatan enam sampai delapan jam. Tidur yang bagus sepertiga malam. Kemudian dua pertiga malam itu digunakan beribadah, berdzikir, lebih memfokuskan. “Karena pada saat enrem tubuh kita turun, tekanan darahnya turun, nafasnya turun, tensi darah, oksigenisasi di otaknya berkurang, sehingga perlu diistirahatkan. Sdangkan pada waktu REM, itu dua pertiga malam akhir, ida itu akan lebih, tensinya naik, emuanya naik, dia punya rangsangan untuk melakukan hal lebih bermanfaat sebenarnya,” tuturnya.
Dokter asal Madiun ini berpesan bahwa tidur yang baik diharapkan pekerjaan optimal. Sebaiknya tidur cukup, makan seimbang, olahraga untuk hidup yang berkualitas. (*/hla/why)

Share to
 (lp).jpg)