Podcast Kesehatan “Ngobras” Dinkes Kabupaten Probolinggo Bahas Nyeri Haid

Hilal Lahan Amrullah
Hilal Lahan Amrullah

Thursday, 12 Dec 2024 11:28 WIB

Podcast Kesehatan “Ngobras” Dinkes Kabupaten Probolinggo Bahas Nyeri Haid

NYERI HAID: Podcast spesial kesehatan wanita “Nyeri Haid yang Harus Diwaspadai” Bersama dr. Lalita Eka Pervita Sari, Sp.OG, membahas tanda-tanda nyeri haid yang perlu diwaspadai, penyebabnya, dan kapan harus konsultasi ke dokter.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Nyeri Haid menjadi topik bahasan Podcast Kesehatan (Podkes) “Ngobras” Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo. Topik “Nyeri Haid yang harus Diwaspadai” dibahas bersama narasumber ahli, dokter spesialis obgyn RS. Rizani dan RSUD Tongas, dr. Lalita Eka Pervita Sari, Sp.OG.
Nyeri haid atau dalam istilah medis disebut dismenore adalah kondisi yang umum dialami perempuan selama menstruasi. Namun, tak sedikit yang mempertanyakan kapan nyeri ini dianggap normal, dan kapan harus diwaspadai sebagai gejala masalah kesehatan yang lebih serius.  

dr. Lalita Eka Pervita Sari, Sp.OG., dokter spesialis kandungan di Rumah Sakit Rizani dan RSUD Tongas ini menjelaskan bahwa dismenore terbagi menjadi dua jenis, yaitu primer dan sekunder. “Dismenore primer biasanya terjadi akibat pelepasan prostaglandin, yang memicu kontraksi rahim selama menstruasi. Kondisi ini tidak terkait dengan kelainan anatomis,” ujarnya saat menjadi narasumber pada podcast ini.

Sementara itu, dismenore sekunder berhubungan dengan masalah kesehatan yang mendasari, seperti mioma, endometriosis, atau penyakit radang panggul. “Nyeri pada dismenore sekunder sering kali lebih berat dan dapat berlangsung lebih lama dibandingkan dengan dismenore primer,” tambahnya.  

Menurut dr. Lalita, sekitar 50–90 persen perempuan mengalami nyeri haid yang dianggap normal. Nyeri ini biasanya muncul 1–3 hari sebelum menstruasi dan berlangsung selama beberapa hari di masa haid. Namun, ada batasan yang harus diperhatikan. “Jika nyeri tidak mereda meskipun sudah minum obat pereda nyeri yang dijual bebas, atau jika nyeri semakin parah dari waktu ke waktu hingga mengganggu aktivitas harian, itu bisa menjadi tanda bahaya,” tegasnya.  

Adapun gejala lain yang memerlukan perhatian medis meliputi: Nyeri yang membutuhkan istirahat total atau cuti kerja/sekolah. Selanjutnya gangguan kesuburan setelah satu tahun berhubungan tanpa perlindungan. Berikutnya siklus menstruasi yang tidak normal, seperti lebih pendek dari 21 hari atau lebih panjang dari 35 hari, serta durasi haid yang lebih dari 10 hari.  
Sementara tingginya kadar prostaglandin menjadi salah satu penyebab utama dismenore primer, terutama pada perempuan dengan obesitas. “Selain itu, kondisi seperti endometriosis juga berperan penting, yang tidak hanya menyebabkan nyeri hebat tetapi juga bisa memengaruhi kesuburan,” jelasnya.  

Untuk mengelola nyeri haid, dokter lalita merekomendasikan penggunaan obat antiinflamasi yang dijual bebas dan perubahan gaya hidup. “Pola makan sehat, olahraga teratur, serta manajemen stres dapat membantu meringankan gejala nyeri haid,” katanya.  

Nyeri haid memang bisa menjadi bagian normal dari siklus bulanan perempuan. Tetapi dokter Lalita mengingatkan pentingnya kesadaran akan gejala yang tidak biasa. “Pemeriksaan rutin ke dokter sangat penting untuk mendeteksi dini kondisi yang bisa mengancam kesehatan perempuan,” ungkapnya.

Dokter Lalita berpesan bagi perempuan yang mengalami gejala nyeri haid berkepanjangan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Pasalnya, menjaga kesehatan reproduksi adalah investasi jangka panjang untuk kualitas hidup yang lebih baik. (*/hla/why)


Share to