Podcast Kesehatan “Ngobras” Dinkes Kabupaten Probolinggo Bahas Solusi ASI Tidak Lancar

Hilal Lahan Amrullah
Hilal Lahan Amrullah

Wednesday, 06 Dec 2023 06:19 WIB

Podcast Kesehatan “Ngobras” Dinkes Kabupaten Probolinggo Bahas Solusi ASI Tidak Lancar

INFORMATIF: Bidan Puskesmas Pajarakan, Dyah Agni Kusuma memaparkan materi ASI pada podcast kesehatan Dinkes Kabupaten Probolinggo.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Podcast Kesehatan (Podkes) “Ngobras” Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo berlanjut. Topik populer di kalangan ibu menyusui, yaitu “ASI Tidak Lancar, ASI Seret, Ini Solusinya,” dibahas bersama narasumber bidan Puskesmas Pajarakan, Dyah Agni Kusuma.

Bidan Ine, begitu ia biasa disapa, memaparkan bahwa air susu ibu (ASI) sangat bagus untuk bayi, karena sesuai dengan kebutuhannya. Terutama untuk sistem kekebalan tubuh bayi, untuk mencegah bayi supaya tidak mudah sakit.

Selain itu, ASI juga penting untuk membentuk ikatan kasih sanyang sama ibu, serta untuk perkembangan kecerdasan otaknya. Selanjutnya ASI bermanfaat untuk membentuk perkembangan kognitif, lebih cepat dari pada susu formula.

“ASI juga ternyata membentuk secak dini rasa percaya diri bayi. Saat dia mulai mengisap ASI ibu, dengan ikatan batin dan rasa kasih sayang, pola asuh asahnya semakin akan semakin cepat disbanding bayi yang mengkonsumsi susu formula,” katanya.

Bidan Desa Sukomulyo ini menambahkan ASI exclusive bagus diberikan selama enam bulan. Namun lebih bagus lagi jika dilanjutkan hingga usia dua tahun. Hal itu dalam rangka mencegah stunting. ASI merupakan salah satu faktor mencegah stunting. “Di posyandu para ibu hamil mendapat penyuluhan pentingnya 1000 hari kehidupan pertama,” jelasnya.

Istilah ASI ekslusif 0-6 bulan bagi bayi itu tidak dianjurkan bagi bayi makanan pendamping ASI. Selanjutnya setelah enam bulan, baru diberi makanan pendamping ASI (MPASI) sesuai dengan usia pemberian MPASI-nya.

Mulai dari awal kehamilan, hingga ibu melahirkan dan nifas, tenaga kesehatan wajib memberikan penyuluhan dan kunjungan ibu nifas selama empat kali. Pasalnya ASI terbentuk, mulai trismester pertama, dan perawatannya dimulai trismester kedua dan ketiga. Lalu ASI diberikan saat bayi usia 0 hari. Saat ibu melahirkan dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD).

“Tiga hari kemudian, kita sebagai nakes untuk kunjungan ke ibu nifas, untuk memberikan semangat kepada ibu, memberikan penyuluhan jika memang ASI tidak keluar. Padahal ibu mulai cemas,” tuturnya.

Faktor dari keluarga juga penting untuk mendukung ibu bayi memberikan ASI, maka tenaga kesehatan juga wajib memberikan penyuluhan kepada keluarga selain kepada ibu nifas. Pasalnya kelurga juga dapat menghambat pemberian ASI oleh ibu bayi. “Jadi ibu bayi itu tertekan dengan aturan keluarga dan mitos-mitos yang ada di lingkungan,” tegasnya.

Nakes melakukan kunjungan ketiga kembali pada hari ketujuh. Biasanya ibu merasa ASI-nya belum cukup. Pilihan terakhir bisa dibantu dengan susu formula.

“Kita tidak boleh lelah memberikan penyuluhan, memberikan semangat, memberikan contoh bagaimana cara memberikan ASI yang benar. Sampai ibu itu kita berikan keyakinan bahwa kondrat wanita, itu melahirkan, memberikan ASI, itu harus kita sampaikan kepada ibu tersebut. Biar ibu itu tidak sampai stres dan merasa tidak bisa memberikan ASI,” tegasnya.

Selanjutnya pada usia 14 hari, bayi ditimbang oleh nakes, sebagai evaluasi berat badannya naik apa tidak. Beratnya berapa, kencingnya berapa. Usia 1 bulan dievaluasi di posyandu untuk diimunisasi. “Ibu harusyakin, ASI milik Allah, yang menentukan komposisi semuanya Allah, kita harus yakin,” ujarnya.

Menurut perempuan berkerudung ini bahwa ibu-ibu menyusui di wilayah kerjanya mengetahui ASI eksklusif. Tetapi kebanyakan ibu-ibu itu bergantung pada lingkungan sekitar yang tidak mendukung.

“Yang sangat berpengaruh. Terutama ibu-ibu muda yang baru memilki anak tentu ada keterlibatan neneknya yang mempengaruhi. Biasanya percaya kepada mitos, puting susu pecah, tidak boleh diminumkan susu ASI-nya. Ketika ibunya sakit, tidak diperbolehkan menyusui bayinya, padahal tidak ada pengaruhnya. Yang bepengaruh saat ibu sakit batuk bisa alternatif memakai masker agar tidak tertular ke bayinya. Kalau ASI-nya, tetap,” tegasnya.

ASI terkadang sebelum melhirkan sudah lancar. Lancarnya ASI tergantung pada awal pembentukan atau kehamilan ibu terebut di trisemester pertama, itu sudah harus berfikir positif dan didukung makanan bahwa ASI-nya akan keluar dan bisa menyusui setelah melahirkan anak.  Selanjutnya di trisemester kedua, mulai perwatan payudara.

“Memang tidak boleh merawat sampai merangsang ASI keluar, karena mempengaruhi kontraksi nanti, misalnya memutar putting susu. Cukup kita bersihkan. Pada proses menyusui, kalau sudah keluar, juga dilakukan perawatan juga,” ujarnya.

Bagi ibu menyusui baiknya memakai bra yang longgar. Karena jika bra ketat yang diapakai, saluran ASInya tertekan dan menghambat. ASI keluar dari balik puting. Puting hanya sebagai kran. Kalau bayi pelekatannya sudah benar, menetek tidak berbunyi ngecap. Lamanya menetek sudah sesuai. Pengosongan antara payudara kanan dan kiri sudah seimbang, itu juga mempengaruhi produksi ASI. Jadi ASI kecil, puting terbenam, itu kurang benar,“ tuturnya.

Tips ASI tidak seret dan lancar, ibu itu harus bahagia terlebih dahulu. Psikisnya harus senang. “Dia harus bisa menikmati dan bangga bahwa dia bisa hamil. Dukungan keluarga juga penting. Makanan yang mengandung vitamin, mineral, dan protein nabati maupun hewani juga penting untuk kesehatan dan kualitas ASI. Sehingga ASI bisa lebih kental dan banyak produksinya. Istirahat yang cukup, serta pemakaian bra yang tepat. Tidak bosan bertanya dan mencari informasi kepada petugas kesehatan ketika posyandu. Bisa jadi seorang ibu, dia harus bangga dulu,” katanya.

Bidan Ine juga berpesan agar para ibu hamil di Kabupaten Probolinggo agar tetap semangat memberikan ASI eksklusif dari usia 0-6 bulan. Karena ASI sangat penting untuk mencegah stunting. “Untuk menjadikan anak kita generasi penerus bangsa yang sehat kuat, berprestasi. Ke depan ibu-ibu tidak boleh putus asa. Tetap harus konsultasi kepada nakes terdekat. Jadikan posyandu sebagai tempat berkeluh kesah masalah kesehatan,” tutupnya. (*/hla/why)


Share to