Podcast Kesehatan "Ngobras" Dinkes Kabupaten Probolinggo Bahas Vaksinasi DBD
Hilal Lahan Amrullah
Friday, 13 Sep 2024 21:02 WIB
PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo kembali menggelar Podcast Kesehatan (Podkes) "Ngobras", ngobrol asik dan sehat. Kali ini topik "Vaksinasi Demam Berdarah Dengue," dibahas bersama narasumber Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes Kabupaten Probolinggo dr. Nina Kartika, M.Mkes.
Kasus demam berdarah tahun 2024 ini memang sangat tinggi. Bahkan tiga kali lipat dari tahun 2023. Sedangkan pencegahan - pencegahan sudah dilakukan, yaitu dilakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M Plus.
Program-program dinkes setempat juga digalakkan. Antara lain ada Gerakan Bersama Tebas Jentik (Gema Tjantik), dan Bersama untuk Sinergi Pemberantasan Sarang Nyamuk (BUS PSN).
"Jadi ada beberapa upaya yang kita upayakan untuk menanggulangi demam berdarah ini. Ada alternatif pilihan juga, yaitu salah satunya vaksinasi demam berdarah,” terang dr. Nina Kartika.
Vaksinasi DBD yang dipakai ini bisa untuk usia enam tahun sampai usia 45 tahun. Tetapi karena jumlah yang diadakan, ini terbatas. Sehingga dilakukan prioritas. Kasus DBD, ini banyak diderita usia satu tahun sampai 14 tahun.
“Untuk melakukan prioritas kita mengambil di usia sekolah dasar. Dari sekolah dasar kita prioritaskan lagi di usia anak sekitar kelas tiga dan empat. Masih masuk di rank usia enam sampai 45 tahun. Kita lakukan di daerah yang angka kasusnya paling tinggi, yaitu di Kecamatan Paiton,” ungkapnya.
Vaksin DBD ini untuk mencegah penyakit DBD menjadi parah. Jadi pemberian vaksin DBD, itu merangsang imunitas untuk mengenal virus tersebut bila terserang. Sehingga pertahanan tubuhnya menjadi lebih cepat timbul.
“Tidak 100 persen kebal. Pemberian vaksinasi DBD setelah dosis kedua, ini memberikan kekebalan 80 persen sampai 4,5 tahun kemudian,” ungkapnya.
Mantan Kepala Puskesmas Paiton ini mengatakan bahwa launching vaksinasi DBD pada Sabtu (14/9/2024) oleh Pj. Bupati Probolinggo, H. Ugas Irwanto, S.Sos, M.Si. di PJB Paiton. Vaksin DBD belum menjadi program nasional. Kabupaten Probolinggo saat ini mengupayakan vaksin DBD bagi 1.120 anak.
“Masing-masing mendapatkan dua kali suntikan dengan interval tiga bulan. Jadikalau kita berikan di Bulan September, maka dosis kedua di Bulan Desember,” ujarnya.
Vaksin DBD ini aman. Bahkan vaksin ini sudah diuji klinis juga. Sedangkan efek samping vaksin ini minimal sekali. Biasanya hangat saja, atau bahkan tidak sama sekali. Efek samping lain di lokasi suntikan biasanya ada nyeri sedikit.
“Seperti biasa kalau habis disuntik ada sedikit rasa sakit di area suntikan di bagian tangan,” katanya.
Vaksinasi DBD merupakan alternative atau pilihan. Sedangkan upaya yang lain untuk pencegahan kasus DBD juga harus dilakukan. Yaitu pemberantasan sarang nyamuk, itu juga diperlukan. Pasalnya jikalau tidak beriringan, itu tidak bisa optimal.
“Harus beriringan. Pilihan-pilihan pencegahan kasus ini harus diambil semua. Misalnya pertama menjaga daya tahan tubuh saat musim hujan. Kalau sakit segera ditangani. Kedua melakukan pemberantasan sarang nyamuk. 3M Plus satu minggu satu kali itu wajib harus dilakukan terus menerus. Ketiga kalau ada virusnya menyerang kita maka melakukan vaksinasi. Upaya-upaya itu harus kita kerjakan bersama-sama. Supaya hasilnya maksimal. Kasusnya menjadi turun, kalaupun terjadi kasus tidak terjadi fatal atau kematian,” tegasnya.
Adapun harga vaksin DBD Rp 500 ribu satu kali dosis. Kalau dua dosis seharga Rp 1.000.000. Setelah launching vaksinasi, selanjutnya pelaksanaan vaksinasi dilakukan di masing-masing sekolah.
“Jadwalnya kita sesuaikan dengan hari masuk sekolah, karena libur sekolah ada yang hari Jumat. Kita juga sesuaikan dengan jumlah petugas yang ada. Sekitar satu mingguan kita lihat lagi, apakah sasaran vaksin, itu bisa semua terlayani. Karena mungkin ada beberapa yang sakit atau bepergian, itu perlu kita tunggu sampai sembuh, kita ulang lagi melakukan vaksin kembali saat sudah masuk sekolah,” ujarnya.
Periode kasus DBD akan meningkat di awal tahun dan akhir tahun. Sepanjang Januari-April, kasusnya sangat tinggi. Kemudian di bulan Agustus-September menurun. Sekitar 70 kasus. Biasanya di awal tahun bisa sampai 300 kasus.
“Agustus sudah turun. Tetapi saat hujan turunada tampungan air hujan di lingkugan sekitar, halaman, pekarangan, atau sawah, itu bisa menjadi perindukan nyamuk DBD, bisa saja kasusnya naik lagi. Maka polanya awal dan akhir tahun kasusnya meningkat,” tuturnya. (*/hla/why)
Share to