Refleksi Kondisi Pertanian, AJI Kota Jember Nobar Film Silat Tani

Iqbal Al Fardi
Iqbal Al Fardi

Wednesday, 24 Aug 2022 10:02 WIB

Refleksi Kondisi Pertanian, AJI Kota Jember Nobar Film Silat Tani

DISKUSI: Pegiat Tanoker Suporahardjo berdiskusi dengan peserta setelah nobar film Silat Tani.

JEMBER, TADATODAYS.COM - AJI Kota Jember menggelar acara nonton bareng (nobar) film “Silat Tani” yang disutradarai oleh Dandhy Dwi Laksoni, Selasa (8/23/2022) malam. Nobar film ini sekaligus menjadi refleksi atas kondisi pertanian kini.

AJI menggelar nobar film Silat Tani yang disutradarai oleh Founder Watchdoc Dandhy Dwi Laksono di Kedai Nong, Kabupaten Jember pukul 19.30. Agenda tersebut turut dihadiri oleh akademisi sekaligus pegiat Tanoker Dr. Ir. Suporahardjo M.Si. sebagai pembicara.

Film “Silat Tani” yang berdurasi 70 menit mengangkat masalah pertanian di Indonesia. Wadas salah satunya.  Dandhy selaku pembicara pada agenda tersebut tidak bisa hadir langsung. Tetapi ia masih menyempatkan diri hadir secara daring dari Lumajang.

Sekjen PPMI DK Jember Titania Elsa Eka Hikmatullah memimpin jalannya diskusi. Agenda diskusi dimulai pada pukul 21.20.

Selanjutnya, ketua panitia dan anggota AJI Kota Jember Maulana menjelaskan bahwa gelaran nobar tersebut dimaksudkan untuk mengapresiasi dan mendukung gerakan Ekspedisi Indonesia Baru yang digagas oleh Farid Gaban dan Dandhy. "Dengan mengadakan nobar film ini, kami turut mengapresiasi gerakan Ekspedisi Indonesia Baru yang digagas oleh Farid dan Dandhy," jelasnya pada tadatodays.com.

Kemudian, ia juga mengungkapkan bahwa salah satu alasan gelaran nobar tersebut ialah turut mengajak penonton sadar akan kondisi pertanian yang semakin merosot. "Asalan lainnya, kami ingin mengingatkan kembali bahwa kondisi pertanian sekarang makin terpuruk," ungkapnya.

Lalu, Maulana menjelaskan bahwa apa yang tergambarkan di film tersebut juga terjadi di sektor pertanian wilayah Tapal Kuda. "Apa yang terjadi (pada sektor pertanian) di wilayah Tapal Kuda juga turut direpresentasikan oleh film Silat Tani. Oleh karena itu, perlu memang untuk menonton film garapan Ekspedisi Indonesia Baru ini," katanya. (iaf/why)


Share to