Ritual Penyucian Rupang Dewa-Dewi, Tradisi Menjelang Imlek di Klenteng Pay Lien San

Dwi Sugesti Megamuslimah
Dwi Sugesti Megamuslimah

Thursday, 23 Jan 2025 17:54 WIB

Ritual Penyucian Rupang Dewa-Dewi, Tradisi Menjelang Imlek di Klenteng Pay Lien San

PENYUCIAN: Proses pembersihan dan penyucian rupang dewa-dewi di Klenteng Pay Lien San, Jember.

JEMBER, TADATODAYS.COM - Tahun Baru Imlek 2576 akan jatuh pada 29 Januari 2025. Menyambut momen tersebut, beberapa warga Tionghoa di Klenteng Pay Lien San, Kelurahan Jubung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember mulai memandikan rupang sebagai lambang dari para dewa-dewi kepercayaannya.

"Memandikan rupang untuk membersihkan tempat ibadah dalam satu tahun sekali. Kemarin malam itu kita sembahyang dan dewa-dewi nya menuju nirwana," kata Heri Novel Stadiono, wakil ketua TITD (Tempat Ibadat Tri Dharma) Pay Lien San saat ditemui pada Kamis (23/1/2025).

Setelah sehari sebelumnya melakukan sembahyang untuk mengiringi dewa-dewi menuju nirwana, umat Tri Dharma mulai memandikan rupang saat dewa-dewi itu tidak bersemayam didalam rupang. Mereka menurunkan satu per satu untuk dilakukan pembersihan dengan melalui beberapa tahapan.

Mulai dari membersihkan sela-sela rupang menggunakan sabun dengan kuas maupun sikat. Kemudian rupang dibilas sebanyak tiga kali menggunakan air yang dicampur bunga mawar, air teh serta pewangi.

Pembersihan ini, kata Heri, juga sekaligus membersihkan noda-noda yang terbawa oleh jemaah yang datang untuk sembayang. Setidaknya ada 18 rupang dewa-dewi yang disucikan di klenteng Pay Lien San ini.

"Umat yang datang kan nggak selalu bersih, punya permasalahan dan sebagainya dan berdoa di sini, nodanya tertinggal di sini, pulang dengan keadaan bersih," jelas Heri.

Selain pembersihan rupang, umat juga membersihkan seluruh bagian dari klenteng. Lantaran tempat itu akan digunakan untuk ibadah saat perayaan Imlek yang jatuh pada tanggal 29 Januari 2025 mendatang.

"Tujuan utamanya, secara logika supaya tempat ibadahnya kembali bersih, tapi kalau filosofinya itu untuk menyucikan, jadi tempat ibadah ini dewa-dewi nya sudah suci kembali tanpa adanya noda-noda dari umat yang datang kemarin-kemarin," urainya.

Lebih lanjut, Heri menjelaskan makna dari tiga kali proses pembilasan rupang dewa-dewi. Pada bilasan pertama, kata dia, rupang dibersihkan mengunakan campuran air mawar, hal itu merujuk masa lalu di mana bahan dasar rupang yang dulunya terbuat dari kayu, sehingga pembersihannya dengan campuran bunga mawar.

Pembilasan kedua adalah menggunakan air teh. Di masa lalu, air teh dipercaya ampuh mengusir serangga, sehingga rupang yang direndam di air teh diharapkan terhindar dari serangan serangga.

"Pembilasan kedua, pakai larutan air the. Kan dulu gak ada ya keramik-keramik begitu, semua terbuat dari kayu dan air teh itu agar tidak dimakan nonor. Air teh yang menyerap ke kayu akan terhindar dari nono," jelas Heri.

Terakhir, lanjutnya, pembersihan dilakukan dengan merendam rupang dengan air yang dicampur pewangi. Tujuannya untuk memberikan aroma harum pada rupang.

Usai dibersihkan, rupang-rupang kemudian dikembalikan pada tempatnya untuk kemudian dipersiapkan menyambut Imlek. (dsm/why)


Share to