Roti Bintang Manis, Roti Entrepreneur Santri Al-Muttaqin

Andi Saputra
Andi Saputra

Thursday, 21 Oct 2021 12:19 WIB

Roti Bintang Manis, Roti Entrepreneur Santri Al-Muttaqin

ENTREPRENEUR: Roti Manis menjadi bidang pembelajaran entrepreneur para santri Al Muttaqin Jember.

MENUMBUHKAN jiwa kewirausahaan atau entrepreneurship kini sudah menjadi sebuah kebutuhan. Termasuk menumbuhkan jiwa wirausaha kepada para santri yang menempuh pendidikan di pondok pesantren. Upaya itu tengah dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Muttaqin, Jember.

 Ponpes Al-Muttaqin terletak di Jalan Sriti nomor 128 Kelurahan Banjarsengon, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember. Ponpes ini dirintis oleh KH Baidhowi pada tahun 1980-an, kemudian baru berdiri secara resmi Yayasan Ponpes Al-Muttaqin pada 7 September 1992.

Selain mendidik ilmu agama melalui pesantrennya, di bawah yayasan Ponpes Al Muttaqin juga terdapat beberapa lembaga pendidikan umum. Di antaranya, lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak, SMP Al-Muttaqin yang dirikan pada tahun 2005, SMK Al-Muttaqin yang didirikan pada tahun 2008. Dan pada tahun 2010, Yayasan Ponpes Al-Muttaqin kembali mendirikan lembaga pemdidikan Madrasah Ibtidaiyah yang terletak di Kelurahan Bintoro, Kecamatan Patrang. Lalu yang terbaru, Ponpes Al Muttaqin juga menyelenggarakan program Paket C di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Al-Muttaqin.  

Tak cukup di situ, ponpes yang berdiri di atas tanah seluas 6 ribu meter persegi ini terus melakukan inovasi. Salah satunya ialah memberikan pendidikan entrepreneurship atau kewirausahaan kepada para santrinya. Kiai Mashudi selaku ketua Yayasan Pondok Pesantren Al-Muttaqin Jember saat ditemui Senin (4/10/21)  mengatakan, Ponpes Al-Muttaqin tengah mengembangkan produksi kuliner roti. “Produksi roti tersebut melibatkan para santri, alumni, serta masyarakat sekitar ponpes,” ujar Kiai Mashudi. 

PRODUKSI: Santri Pesantren Al Muttaqin dilibatkan langsung dalam setiap tahap produksi hingga pemasaran Roti Manis.

Roti yang diproduksi oleh Ponpes Al-Muttaqin sejak 2017 lalu itu diberi nama “Bintang Manis”. Nama sederhana itu diambil untuk mempresentasikan rasa roti yang enak dan manis. Terdapat berbagai macam varian rasa roti yang diproduksi, mulai dari rasa pizza, sosis mayo, pisang coklat, pisang coklat keju, choco twist, choco roll, roll abon, vanilla blue, dan roti boy. Roti produksi Ponpes Al-Muttaqin dijual mulai dari harga seribu rupiah.

“Dalam produksi roti ini, santri yang dilibatkan ialah mereka yang duduk di bangku kelas 2 dan 3 SMK. Selain itu, proses produksinya juga melibatkan para alumni dan warga sekitar,” terang Kiai Mashudi.  

Adapun pelibatan santri sendiri dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok produksi. Bagi santri yang tertarik produksi, diberi kesempatan untuk membuat adonan hingga mengemas roti dengan dibimbing oleh para alumni yang sudah memiliki keahlian produksi roti.

Kedua, kelompok pemasaran. Santri yang lebih tertarik pada bidang pemasaran, diberi tugas untuk melakukan pemasaran keluar pondok. Sedangkan alumni pondok dan warga sekitar banyak diberdayakan pada bagian pemasaran roti.  

Pemasaran roti manis ini masih dilakukan secara konvensional. Sebab, izin edar untuk produk pangan untuk produk roti masih dalam proses pengajuan. Kiai mashudi menuturkan, meski telah dimulai sejak tahun 2017, proses pembuatan roti dengan alat-alat standar serta pengelolaan yang baik, baru berjalan stabil dari awal tahun 2021. Itu setelah ponpes al muttaqin mendapatkan program SMK mini.

Program SMK mini berasal dari Pemprov Jawa Timur, dalam rangka pengembangan fungsi SMK di pondok pesantren, sebagai pusat pelatihan keterampilan terpadu, khususnya dalam upaya menekan angka pengangguran melalui peningkatan jiwa entrepreneur dalam diri siswa smk pesantren. Melalui program tersebut, lambat laun Ponpes Al-Muttaqin bersama tim berangsur memperbaiki proses produksi hingga kemudian roti manisnya semakin diminati oleh warga di Jember.  

Kiai Mashudi mengakui, karena masih dalam masa pandemi, untuk menekan resiko, produksi roti hanya berdasarkan pesanan para pelanggan. “Tetapi karena Roti Bintang Manis sudah cukup dikenal di lingkungan pesantren, maka hampir setiap hari selalu ada pesanan dari warga di lingkungan pesantren,” katanya. 

Lebih lanjut, Kiai Mashudi mengaku jika jauh sebelum pandemi, tim unit usaha telah membuat skema pengembangan usaha pesantren. Namun, skema tersebut urung dilaksanakan karena alasan pandemi.  

Ponpes Al-Muttaqin saat ini juga tergabung dalam program One Pesantren One Product atau OPOP Jawa Timur. Untuk menguatkan basis usahanya, Ponpes Al-Muttaqin berencana membuat produk tambahan dengan skema pengelolaan usaha yang lebih matang. Produk tambahan yang disiapkan itu adalah produk keripik, dan minuman. “Alat-alatnya sudah siap. Produksinya tinggal menunggu pandemi berakhir,” terang Kiai Mashudi.  

Keinginan memproduksi keripik dilatarbelakangi oleh banyaknya hasil umbi-umbian disekitar ponpes yang nilai jualnya rendah. Maka, produksi keripik dari hasil pertanian sekitar diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Dengan demikian, manfaat keberadaan ponpes benar-benar dirasakan. Keinginan tersebut juga didukung dengan jurusan yang ada di SMK Al-Mutaqqin, yakni jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian.

Santri putra dan putri di Ponpes Al-Muttaqin rata-rata merupakan anak-anak warga setempat. “Karena itu, kami menginginkan agar pasca pandemi ini para wali murid dilibatkan secara aktif melalui sistem mitra, yaitu sebagai pihak penyedia bahan baku. Dari situ diharapkan kebutuhan pembiayaan pendidikan ponpes dapat terpenuhi melalui sitem kemitraan tersebut,” papar Kiai Mashudi. (as/why)


Share to