Satu Arah Kawasan Kampus Jember Diberlakukan, Banyak Suara Penolakan

Dwi Sugesti Megamuslimah
Dwi Sugesti Megamuslimah

Wednesday, 11 Oct 2023 18:38 WIB

Satu Arah Kawasan Kampus Jember Diberlakukan, Banyak Suara Penolakan

SATU ARAH: Pemberlakuan rekayasa lalu lintas dengan sistem satu arah (SSA) di empat jalan lingkar kampus Universitas Jember, yakni Jalan Jawa, Jalan Mastrip, Jalan Riau, dan Jalan Kalimantan.

TADATODAYS.COM, JEMBER - Rekayasa lalu lintas (lalin) dengan sistem satu arah (SSA) di empat jalan lingkar kampus Universitas Jember, yakni Jalan Jawa, Jalan Mastrip, Jalan Riau, dan Jalan Kalimantan, sudah diberlakukan. Sehari penerapan jalur satu arah di kawasan kampus tersebut ternyata mendapat banyak penolakan dari beberapa lapisan masyarakat.

Dalam penelusuran tadatodays.com pada Rabu (11/10/23), kebanyakan masyarakat menentang pemberlakuan SSA. Sebab, rekayasa lalin tersebut dinilai tidak efisien dan makin menyulitkan.

Salah satu pihak yang keberatan ialah pengemudi ojek online (ojol). Yasin, salah satu pengemudi ojol mengaku sistem ini semakin membuat para ojol menempuh jarak lebih jauh. Terutama apabila mendapat customer yang berada di arah berlawanan, padahal tarifnya yang tidak berubah

“Saya sebagai driver tidak setuju, karena kalau dapat orderan yang diarah berlawanan, otomatis harus muter jauh dengan ongkos yang sama. Yang macet sebenarnya cuma waktu anak pulang sekolah. Itu pun cuma 30 sampai 60 menit,” katanya saat ditemui tadatodays.com di pangkalannya yang terletak di Jalan Kalimantan.

Beberapa pengemudi ojol lain yang ditemui tadatodays.com berpendapat sama. Bahkan, mereka mempertanyakan adanya angkutan kota (angkot) yang diperbolehkan melewati rute SSA.

“Padahal angkot juga ada drivernya. Ojol juga driver, tetapi kenapa kok ada pengecualian? Hal ini sangat mengganggu. Kami berharap ditinjau kembali lah terkait jalur searah ini,” kata Iskandar, pengemudi ojol.

Hal serupa juga disampaikan Yuni, salah satu pedagang di Jalan Riau. Dia mengaku kesulitan dengan aturan baru ini. Menurutnya, hal ini semakin memperlambat pekerjaannya dari segi mobilitas.

“Stan kami ada enam. Jadi misal di sini kehabisan gula, es batu atau buah, harus ambil di toko pusat yang ada di selatan (rute SSA, red). Biasanya tinggal putar balik aja. Lah sekarang harus muter lewat Jalan Jawa. Ini mempersulit sih,” ujar perempuan asal Kecamatan Patrang itu.

Sugi, salah satu warga yang tinggal di wilayah Jalan Kalimantan, mengaku kesulitan, lantaran tempat kerjanya berada di wilayah yang menjadi rute sistem SSA ini. “Ya jadi susah, tempat kerja saya ada di rute SSA, meskipun masih di Jalan Kalimantan. Kan nggak boleh lawan arus, jadi ya harus muter,” tuturnya.

Tak hanya pedagang dan warga sekitar, Iklimah, salah satu mahasiswa yang berada dalam rute SSA pun juga berpendapat serupa. Jarak tempuh yang dilaluinya jadi dua kali lipat. Tidak ada jalan pintas.

“Saya kos di Jalan Jawa. Kampus saya di Mastrip. Ya mau nggak mau, harus muter karena SSA ini. Mau lewat jalan pintas pun jalannya dijaga pihak Dishub. Jadi ya makin lama,” ujar mahasiswi semester lima Prodi Ahli Gizi Politeknik Negeri Jember itu.

Menurut pendapat masyarakat, yang menjadi alasan utama sering terjadinya kemacetan di Jalan Jawa dan Jalan Kalimantan adalah banyaknya kendaraan yang menggunakan bahu jalan sebagai tempat parkir. Parkiran kendaraan itu membuat jalan menyempit. (dsm/why)


Share to