Sekolah Aksara, Komunitas Literasi Peduli Buta Aksara di Jember
Andi Saputra
Sunday, 29 Mar 2020 20:45 WIB
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal (Ditjen PNFI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan awal 2010 lalu, Kabupaten Jember memiliki orang dengan buta aksara tertinggi di Indonesia. Terdapat 204.069 warga Jember yang buta aksara pada usia 15 tahun ke atas atau sekitar 10,74 persen dari angka buta aksara nasional (1,9 juta orang). Hal inilah yang kemudian menggugah empat mahasiswa ini untuk mendirikan Sekolah Aksara.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jember mencatat, masih ada 0,44 persen dari penduduk berusia 7-24 tahun di Kabupaten Jember belum pernah merasakan pendidikan sama sekali. Kenyataan yang membuat
empat Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jember (Unmuh Jember) ini prihatin. Briyan, Rifky Leo, Ahmad Halim, dan Nurul Istiqomah pun kemudian mendirikan komunitas untuk berkontribusi nyata memberantas buta aksara di Jember. Mereka mendirikan "Sekolah Aksara" pada tanggal 10 Maret 2018 dan kini telah memiliki 50 relawan lebih yang berasal dari berbagai kampus di Kabupaten Jember.
Dalam perbincangan bersama Tadatodays, Bryan selaku koordinator relawan menjelaskan Sekolah Aksara merupakan komunitas literasi yang berbasis kearifan lokal dan cinta lingkungan. Hal tersebut dibuktikan dengan sistem pembelajaran yang tidak menggunakan ruang kelas atau gedung. Tetapi mereka belajar di alam sekitar.
BERCERITA: Salah satu siswa di sekolah aksara tengah membacakan cerita yang ada di buku. Selain membaca buku secara mandiri, Sekolah Aksara juga mengasah kemampuan siswa bercerita atau story telling.
Tujuan Sekolah Aksara pun sederhana, yaitu mengembangkan minat baca di kalangan anak-anak dan remaja. Sekaligus membuka ruang literasi berbasis lingkungan untuk anak-anak. Khususnya di Desa Calok, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember.
Mereka sengaja memilih Desa Calok, Kecamatan Arjasa lantaran masih mudah diakses oleh relawan yang rata-rata bertempat tinggal di daerah kota. Sekretariat Sekolah Aksara sendiri berada di Jl. Argopuro Gg. 3 No.B/9, Tegal Boto Kidul, Sumbersari, Kec. Sumbersari, Kabupaten Jember.
Bryan menuturkan kegiatan wajib berupa belajar mengajar komunitasnya dilaksanakan seminggu satu kali. Yakni setiap Selasa sore. Namun di luar kegiatan wajib itu, relawan dan peserta didik Sekolah Aksara bebas membuat jadwal pertemuan untuk kembali belajar di basecamp binaan yang berada di Desa Calok.
"Pembelajaran yang kami lakukan setiap Selasa sore. Siang para relawan kumpul untuk briefing kemudian menuju lokasi yang kira kira dari sekretariat Sekolah Aksara sekitar 30 menit," katanya.
Briyan menerangkan dengan menghadirkan dunia literasi yang menyenangkan, semua peserta didik senang antusias selama proses pembelajaran.
"Anak-anak kami dampingi untuk belajar membaca, dan menulis. Semua kegiatan kami wujudkan dalam bentuk yang menyenangkan," tuturnya.
GEMBIRA: Kegembiraan memancar jelas pada wajah-wajah siswa di Sekolah Aksara. Di sekolah ini mereka didorong untuk dapat mengekspresikan minatnya.
Bryan menuturkan sebelum belajar anak-anak yang sudah bisa membaca wajib membaca buku minimal 15 menit. Buku buku yang disajikan pun beragam. Mulai dari buku sejarah, sains, dongeng, hingga buku mata pelajaran formal. Setelah selesai membaca, mereka dilatih menulis, berbahasa Inggris dan diajari membaca bagi anak-anak yang tidak bisa membaca.
Di luar hari belajar wajib itu anak-anak boleh meminta kepada pendamping untuk diajari berbagai hal. Seperti belajar menggambar, membaca puisi, story telling, hingga teater. Seluruh relawan berusaha membuat momen yang membuat anak-anak betah untuk belajar melalui kreativitas.
Syarat untuk belajar di sekolah aksarapun mudah. Di antaranya, menjaga kebersihan, mau belajar membaca dan menulis, dan peserta didik wajib menunjukkan kemampuannya yang selama ini tidak diekspresikan.
"Bakat terpendam harus ditunjukan karena biasanya dibsekolah formal itu anak anak cenderung malu-malu. Ada paradigma kalau nggak bisa matematika pasti anak bodoh. Padahal pandangan itu salah total. Setiap anak pasti memiliki bakat dan kemampuan masing-masing, tugas kami menemukan bakat itu lalu mengembangkannya," terang pemuda yang baru saja lulus itu.
RELAWAN: Mahasiswa lintas kampus menjadi pengajar di Sekolah Aksara secara sukarela tanpa bayaran.
Andalkan Dana Pribadi dan Donasi Relawan
Sementara itu, untuk membeli perlengkapan belajar mengajar dan memperlancar kegiatan Sekolah Aksara para relawan menggalang dana. Terkadang mereka merogoh kocek pribadi. Juga mengirim proposal ke dosen dan masyarakat yang memiliki ekonomi menengah ke atas. Sedang kebutuhan buku-buku mereka dapat dari sumbangan relawan dan kerjasama dengan Pustaka Bergerak.
Bryan mengungkapkan bahwa dana sekolah aksara boleh dari mana saja, selama dari sumber yang tidak mengikat. Seperti kegiatan kampanye dan kegiatan politik lainya.
Meski baru berusia dua tahunan, Sekolah Aksara telah banyak dikenal. Terbukti di setiap rekrutmen relawan selalu diminati banyak mahasiswa di Kabupaten Jember. Kendati demikian Bryan selalu selektif untuk memilih relawan sebab jika asal bergabung, dikhawatirkan tidak bisa komitmen dalam jangka panjang. Sebab relawan Sekolah Aksara tidak dibayar sepeser pun.
"Sekolah Aksara adalah aksi sosial yang semua kegiatannya dibiayai secara swadaya. Atau bentuk kerjasama dengan instansi yang tidak mengikat," imbuhnya.
Hambatan seperti kemalasan dan jadwal kuliah para relawan yang berbenturan dengan kegiatan Sekolah Aksara bukan rintangan bagi komunitasnya. Sebab relawan sudah memiliki komitmen untuk menciptakan benih-benih kebaikan melalui kerja-kerja literasi.
Briyan mengungkapkan masa depan anak-anak bukan hanya tanggung jawab pemerintah tetapi juga tanggung jawab warga negara yang berpendidikan. "Ini tanggung jawab bersama mari lakukan bersama-sama," jelasnya
Jika ingin menjadi relawan Sekolah Aksara dapat langsung ke sekretariat Sekolah aksara atau DM ke Instagram "Sekolah Aksara". Pihaknya berharap akan bertambah banyak relawan Sekolah Aksara sehingga bisa membuka post pembelajaran baru untuk kegiatan belajar mengajar. (as/hvn)
Share to