Sempat Jualan Jahe untuk Menyambung Hidup

Mochammad Angga
Mochammad Angga

Wednesday, 29 Apr 2020 23:12 WIB

Sempat Jualan Jahe untuk Menyambung Hidup

KETUA: Abdul Mujib (membungkuk) menandatangani dokumen dalam kapasitasnya sebagai Ketua DPRD Kota Probolinggo.

Di usia muda, 33 tahun, Abdul Mujib terpilih menjadi Ketua DPRD Kota Probolinggo. Mantan Kepala SD Riyadlus Sholihin ini duduk di kursi dewan sebagai perwakilan dari Kecamatan Kanigaran dan Wonoasih. Kepada Tadatodays, alumni Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya ini bertutur mengenai kisahnya. Termasuk menjual bubuk jahe untuk menyambung hidup.

MENEMUI Abdul Mujib tidaklah sulit. Meski kesibukannya sebagai Ketua DPRD Kota Probolinggo cukup padat, namun ia bersedia menemui siapa saja yang berkepentingan dengannya. Pun begitu ketika Tadatodays mendatanginya. Dengan ramah, lelaki asal Sumbertaman, Wonoasih, Kota Probolinggo ini menerima Tadatodays di ruang kerjanya.

Lahir dari pasutri Abdullah dan Holila, seorang tokoh agama di Kelurahan Sumbertaman, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo membuat Mujib akrab dengan pendidikan ala pesantren. Ketika usianya masih belia, kitab-kitab dasar seperti Sulam Tauufiq, Kifayatul Awam, kitab-kitab fiqh dan Ta'limul Muta 'allim. Ia dibimbing langsung oleh kakek dan pamannya sendiri yakni, Alm  KH. Imam Nahrowi dan KH Fauzi Mujahid.

"Mulai kecil sudah diajarkan Al-Quran dan kitab dari dasar bersama orang tua, kakek dan paman di rumah," ujarnya mengawali perbincangan.

Karena itulah, meski tak mondok, suami Ika Wahyu Hidayah ini lancar-lancar saja menggeluti kitab kuning yang banyak diajarkan di pesantren.

AKRAB: Abdul Mujib menerima sejumlah masyarakat yang mengadukan permasalahannya ke DPRD.

Mengenyam pendidikan dasar di MI Intisyarul Ulum, ia kemudian melanjutkan pendidikan menengahnya di MTs Nusantara dan MAN 2 Probolinggo. Saat bersekolah dulu, ia aktif mengikuti organisasi termasuk menjadi pengurus OSIS.

Selepas menempuh pendidikan di MAN, ia belajar di program D2 di STAI Zainul Hasan Genggong tahun 2006. Tak puas dengan ijazah diploma, Mujib melanjutkan ke jenjang S1. "Saat itu saya sudah mencoba mencari biaya sendiri untuk kuliah. Sayangnya kerja kerasnya mencari pundi-pundi rupiah tak mampu menutup biaya kuliah. Ia pun keluar tanpa gelar.

Pada tahun 2009 ia mengikuti seleksi untuk menjadi salah satu kandidat penerima beasiswa dari Kantor Kementerian Agama Kota Probolinggo. Bersaing dengan ratusan peserta lain, hanya ada lima orang yang diterima, termasuk Mujib.

"Dua tahun pertama masa kuliah saya di IAIN Sunan Ampel, saya mondok di Al Jihad dan diasuh langsung oleh tokoh NU, KH. Hambali," kenangnya.

SAYANG KELUARGA: Bersama istri dan anak-anaknya menjelang pelantikannya sebagai anggot dewan.

Perkenalannya dengan Walikota Probolinggo, Habib Hadi Zainal Abidin dimulai sejak ia mengabdikan diri menjadi TU di MI Riyadlus Sholihin, medio 2005. Ia masih terus mengabdi sembari kuliah, hingga terpilih menjadi Kepala SD Riyadlus Sholihin, Kelurahan Pakistaji, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo pada 2009.

"Tahun 2011, ketika kuliah di Surabaya itu saya juga terpilih menjadi Ketua LPP PKB. Lembaga Pemenangan Pemilu Partai Kebangkitan Bangsa periode 2011 hingga 2015," ujarnya.

Dari situlah debutnya sebagai politisi dimulai. Ia kerap melakukan perjalanan pulang-pergi Surabaya-Probolinggo. Kesibukan di dua kota inilah yang kemudian ditudi Mujib sebagai biang molornya kelulusan dirinya dari IAIN Sunan Ampel.

"Harusnya lulus tahun 2013 malah molor. Saya baru lulus tahun 2014," ujarnya.

Satu hal yang paling berkesan bagi Mujib selama kuliah adalah, ia sempat berjualan untuk menyambung hidup. Jualan bubuk jahe dipilihnya untuk menambah penghasilan.

Seiring dengan kesibukannya di PKB, Mujib kemudian terpilih sebagai sekretaris partai melalui jalur musyawarah. Sebagai sekretaris, ia bertugas mengatur kepengurusan di PKB Kota Probolinggo. "Pada saat Habib Hadi maju, kami yang di bawah bertugas, menjaga suara agar beliau terpilih. Barulah ketika misi mengantarkan beliau menjadi Walikota berhasil, saya didorong untuk mencalonkan diri," ujarnya.

Ia tak menyangka jika keputusannya mencalonkan diri sebagai anggota dewan malah terwujud. Ia pun kemudian terpilih menjadi Ketua DPRD di usia masih muda.

"Hidup itu bukan sekadar aksi nyata ke masyarakat. Tetapi harus selalu mengingat tujuan jangka panjangnya, ada kehidupan sesudah mati," jelas lelaki yang mengidolakan KH Abdurrahman Wahid ini. (ang/hvn)


Share to