Sempat Pasrah, Orangtua Yoga Berharap Sang Anak Bisa Dirawat di Rumah Sakit

Andi Saputra
Andi Saputra

Thursday, 16 Jan 2020 21:27 WIB

Sempat Pasrah, Orangtua Yoga Berharap Sang Anak Bisa Dirawat di Rumah Sakit

MEMPRIHATINKAN: Yoga Saputro, bocah 8 tahun saat digendong ibunya, Nurkalimah. Tubuhnya kurus, mulutnya tidak bisa menutup, dan penglihatannya kabur. Sang ibu berharap anaknya bisa dirawat di rumah sakit agar kondisinya segera membaik.

JEMBER, TADATODAYS.COM – Pasrah. Mungkin hanya itu yang ada dalam benak orangtua Yoga Saputro, bocah asal Desa Mayangan, Kecamatan Gumuk Mas, Kabupaten Jember. Selain tak punya biaya untuk mengobati penyakit yang belum diketahui diagnosanya, kini tak ada lagi yang memperhatikan kondisi anaknya.

Ditemui tadatodays.com di rumahnya yang ada di RT 3/RW 5, Rabu (15/1/2020), bocah yang akrab disapa Yoga itu tampak digendong sang ibu, Nurkalimah, 34. Kondisinya sangat memprihatinkan. Hanya tulang berbalut kulit. Dalam usia 8 tahun, berat badannya hanya 5 kilogram. Jauh dari rata-rata anak seusianya, yang seharusnya berbobot 13-18 kilogram.

Tak hanya itu, mulut Yoga tak bisa menutup. Karena kondisi itulah, Yoga tak bisa mengunyah makanan seperti anak pada umumnya. Untuk kebutuhan nutrisinya, Nurkalimah harus menyuapi bubur saja dan minum susu. Meskipun, hal itu tak lantas membuat bobotnya normal.

Kondisi Yoga yang sangat memprihatinkan itu, membuat Nurkalimah dan suaminya Suwarno, 37, hanya bisa pasrah. Meski harapan akan kesembuhan anaknya belum pupus, namun kondisi ekonomi yang pas-pasan, membuat pasangan suami istri ini seperti patah arang.

Hal itu terlihat dari sorot mata Nurkalimah. Saat diminta menceritakan kondisi sang anak, sesekali lidah Nurkalimah kelu. Apalagi jika ia melihat anak-anak lain seusia Yoga yang sudah lincah berlari. Sementara sang anak, menghabiskan hari-harinya di atas tempat tidur lusuh di rumahnya. Ditambah, penglihatan sang anak juga tidak normal.

“Ini (Yoga, Red) tadi habis tidur,” kata Nurkalimah mengawali pembicaraan tentang sang anak. Ia mengatakan, kondisi Yoga yang tidak normal mjulai terlihat sejak lahir pada 12 Juli 2011 silam. Saat itu, berat badan Yoga memang tidak mengalami perkembangan berarti.

“Dia ini waktu lahir tidak langsung nangis seperti bayi biasanya, tapi nunggu lama baru nangis,” terangnya. Nurkalimah sempat was-was dengan kondisi tersebut. Sampai akhirnya saat Yoga berusia 18 bulan, dia terkena batuk yang tidak henti-henti. Karena itu, ia membawa anaknya ke dokter.

Namun, saat itu dokter bilang kalau kondisi Yoga sudah parah dan bahkan terlambat untuk ditangani. Dokter juga bilang jika penyakit tersebut menyerang otak serta sarafnya. Sayangnya, Nurkalimah mengaku lupa apa penyakit yang diidap sang anak. Ia sempat mencari hasil diagnosa dokter di lemari rumahnya, tapi tidak ketemu.

Nurkalimah melanjutkan, saat itu dokter memberi saran kepada Nurkalimah untuk merawat Yoga di rumah saja. Bukannya tanpa usaha, Nurkalimah bersama Suwarno, suaminya telah berupaya sebisa mungkin untuk menyembuhkan putra semata wayangnya itu. Meskipun, kendala utama adalah biaya.

Maklum, Suwarno yang menjadi tulang punggung keluarga hanyalah buruh tani dengan penghasilan sehari Rp 35 ribu. Pria lulusan sekolah dasar itu hanya bisa membawa anaknya ke dukun pijat. Meskipun, upaya itu hingga kini belum membuahkan hasil.

Mearasa putus asa, Suwarno akhirnya pasrah dan hanya merawat Yoga di rumah. Suwarno mengakui bahwa selama ini ia tidak membawa anaknya ke rumah sakit atau dokter spesialis. “Biayanya mahal, saya tidak mampu,” kata Nurkalimah sambil tercekat.

Nurkalimah mengaku, ia dan suaminya telah meminta bantuan pada pihak desa agar diupayakan untuk mendapat bantuan. Seperti surat keterangan miskin agar bisa berobat gratis ke rumah sakit. Pihaknya juga sudah menyerahkan fotokopi Kartu Keluarga (KK) dan KTP sebagai salah satu syarat administrasi agar mendapatkan bantuan. Namun, hingga kini belum ada tindaklanjut.

Usai bertemu dengan Nurkalimah dan Yoga, tadatodays.com kemudian menemui pihak desa untuk mengklarifikasi hal itu. Wartawan media ini ditemui sekretaris Desa Mayangan yang mengaku bernama Tino. Menurut Tino, sakit yang diderita Yoga sudah lama. Ia bahkan heran kenapa baru sekarang jadi perhatian media.

“Sejak lama itu (akitnya, Red), saya kaget kok baru viral,” katanya. Lebih lanjut Tino menjelaskan jika Yoga dan keluarganya pernah didampingi pihak desa. Namun, pendampingan terebut tidak membuahkan hasil. Soal permohonan bantuan dari keluarga Yoga agar bisa dirawat di rumah sakit gratis, Tino tak memberikan penjelasan.

Sri, pegawai administrasi desa kemudian menimpali pernyataan Tino. Ia juga mengatakan jika pihak desa saat awal kelahiran Yoga telah memberikan pendampingan dengan bekerjasama dengan Puskemas setempat. Pendampingan tersebut berupa Pemberian Makanan Tambahan (PMT).

“Kita kasih susu dan bubur kacang ijo, supaya berat badannya naik,” papar Sri, Namun upaya melalui PMT tersebut tidak membuahkan hasil sehingga pendampingan berhenti. Ketika ditanyakan kenapa tidak membantu Yoga agar bisa dirawat di rumah sakit, lagi-lagi pihak desa tidak memberikan penjelasan. (as/sp)


Share to