Sofia Alifah, Pebisnis Sukses dari Jember: Bawa Nilai Tauhid dalam Jalankan Usaha

Andi Saputra
Andi Saputra

Sunday, 26 Apr 2020 23:01 WIB

Sofia Alifah, Pebisnis Sukses dari Jember: Bawa Nilai Tauhid dalam Jalankan Usaha

SUKSES: Sofia Alifah di ruang kerjanya yang berada di PT Relasi Wisata cabang Jember.

Sebagai alumni pondok pesantren, Sofia Alifah tidak pernah terfikir akan menjadi pengusaha. Apalagi dengan omzet ratusan juta rupiah per-bulanya. Namun berbekal nilai-nilai ketahuidan yang ia aplikasikan dalam setiap usahanya, Sofia kini dipercaya menjadi direktur agen Haji dan umroh di PT. Relasi Wisata cabang Jember.

DITEMUI Tadatodays.com di kantor sekaligus rumah miliknya di jalan Doho 88 Cluster Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember, Sofia sedang sibuk melayani konsumen yang sedang membeli oleh-oleh haji dan umrah. Memang, setelah Arab Saudi memblokir keliar masuk Kota Mekah dan Madinah, Sofia terpaksa membatlkan semua perjalanan umroh di kantornya. Ia kini lebih fokus pada penjualan jajan haji dan umrah.

Usai menyelesaikan transaksi, Sofia langsung terlibat obrolan seru dengan Tadatodays.com. Termasuk membagi kisahnya ketika tinggal di salah satu panti asuhan di Balikpapan. Panti asuhan itu milik orang tuanya. Tumbuh bersama anak panti, Sofi mengaku tidak pernah dibedakan dari anak asuh lain. Mulai dari makan maupun kegiatannya. Dari situlah Sofia belajar arti kesederhanaan dan kemandirian. Hidup di likungan panti ia jalani hingga lulus sekolah dasar.

DUKUNGAN KELUARGA: Sofia Alifah dalam suatu kesempatan bersama keluarganya. Kesuksesan Sofi juga berkat dukungan dari keluarga.

 “Dulu bapak sebagai pegawai pemerintahan  harus  pindah tugas ke Balikpapan. Di Balikpapan itulah saya tinggal di panti asuhan," kata perempuan kelahiran Banyuwangi, 5 Juli 1974 itu.

Setelah lulus Sekolah dasar (SD) dan pindah ke Pulau Jawa, Sofi sempat menempuh pendidikan di pondok pesantren Muallimaat Yogyakarta. Namun baru berjalan satu tahun, orang tuanya memintanya untuk pindah ke Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah, Paciran, Lamongan. Setelah menyelesaikan pendidikan pesantren tingkat sekolah menangah pertema itu, Sofi pulang ke Banyuwangi. Sebab ia diminta membantu usaha konveksi milik orang tuanya yang berada di Kecamatan Genteng.

Dari situlah jiwa kewirausahaan Sofia mulai ditempa. Setiap harinya ia menyaksikan proses usaha yang dilakkni keuda orang tuanya. Mulai dari produksi hingga proses penjualanya.

Usai menamatkan pendidikan di SMA Muhammadiyah, Genteng, Banyuwangi Sofia hijrah ke Kabupaten Jember. Ibu dari dua anak ini mendaftarkan diri sebagai mahasiswi Fakultas Ilmu Pendidikan, Prodi Matematika. Namun setahun berjalan, Sofi merasa tidak nyaman dan merasa mengajar bukan passion-nya. Karena ia pintar di bidang Matematika dan sesuai anjuran orang tua, Sofia pindah ke Fakultas Teknik prodi Teknik Sipil.

 “Dulu di antara 60 mahasiswa sipil itu, perempuannya cuma tiga termasuk saya," katanya sembari ketawa semriangah.

Lulus kuliah ia sempat bekerja di kantor sebuah kontraktor. Namun bekerja selama setahun saja. Tahun berikutnya, ia malah mengajar mata pelajaran fisika di SMP dan STM Muhammadiyah Genteng. Namun itu pun tak bertahan lama.

 “Mungkin memang bukan jalannya, jadi nggak cocok. Ketika itu kan harus mencoba semuanya, ya saya coba semuanya termasuk ngajar” tuturnya.

MONDOK: Sofia Alifah (dilingkari) saat menempuh pendidikan di pesantren bersama teman-temannya.

Setelah menikah dengan Untung Warsito pada tahun 2000, barulah Sofi yakin bahwa minatnya ada pada dunia usaha. Usaha pertamanya adalah  konveksi, sebuah usaha yang sudah ia akatabi sejak SMA. Namun, berbeda dengan sang ayah, Sofi saat itu tak merekrut karyawan karena masih usaha kecil. Dengan telaten, ia menjahit sendiri semua kain yang akan ia jual ke Pasar Tanjung, Jember. Belum sempat menjadi besar, medio 2005 Sofi bergabung menjadi member Tupperware Networking, sebuah perusahaan penyedia alat rumah tangga. Dari situlah karir Sofia mulai melejit.

Awalnya, tutur Sofia, ia hanya digaji Rp 300 ribu per bulan. Namun berkat kegigihannya sebagai member selama 10 tahun, akhinya Sofia mencapai karir puncaknya yakni sebagai Top Karir Member Tupperware  dengan gaji Rp 25 juta per bulan. Sofi menjadi satu di antara dua orang di Kabupaten Jember yang terpilih menjadi top karir.

Pencapainya itu diraih berkat jaringan sebanyak 500 hingga 600 orang member Tupperware di bawahnya. Selama ini dengan telaten ia rawat kepercayaannya.

“Mulai gaji 300 ribu perbulan hingga terahir gajinya Rp 25 juta perbulan karena ia saya sampai di top karir," ceritanya perempuan yang memiliki hobi menulis itu

CINTA KELUARGA: Sofia bersama suami dan kedua putrinya. Sofi merelakan jabatannya di Tupperware demi mendapatkan tambahan waktu berkualitas bersama keluarga.

Sofia menuturkan pada tahun 2016 perusahan Tupperware sempat memberinya kepercayaan untuk memimpin kantor cabang di Kota Probolinggo. Baru saja berjalan satu tahun, pada awal 2017 sofi mendapatkan tawaran untuk memipin travel haji dan umrah cabang Jember dari seorang teman. Karena merasa usaha travel haji dan umrah adalah amanah, Sofia menerimanya. Selama satu tahun, ia menjalankan dua usaha sekaligus yakni Tupperware dan travel haji dan umrah. Namun agar lebih maksimal mengurus keluarga, pada tahun 2018 ia memutuskan untuk melepaskan profesinya sebagai Kepala Kantor Tupperware di Probolinggo.

Ia pun berkonsentrasi membesarkan usaha travel haji dan umrahnya. Dalam waktu dua tahun, iai telah berhasil memberangkatkan ratusan jama’ah setiap tahunya, Diakui olehnya, pada jama’ah yang ia berangkatkan, ia dapatkan berkat jaringannya selama menjadi member Tupperware selama 10 tahun itu.

Berbicara soal tips wirausaha, perempuan yang pernah menjabat sebagai ketua bidang Immawati, Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jember itu berpesan tentang pentingnya menjaga kepercayaan konsumen. Juga bersikap gigih. Sebab menurutnya, bukan perihal berapa dan apa yang dijual, namun lebih kepada bagaimana cara menjualnya.

 “Usaha akan sukses apabila kita berani ambil risiko, mau bekerja dan jangan lupa yang paling utama adalah can do attitude. Karena sekarang itu bukan apa yang dijual tapi siapa yang menjual. Dengan itulah orang akan mempercayai usaha kita atau apa yang kita jual," pesannya.

Sofia menambahkan, bahwa setiap usaha yang melibatkan Allah pasti akan berbuah baik. Prinsip ini ia dapatkan ketiaka ia menempuh pendidikan di pondok pesantren. Di akhir sesi wawancara dengan Tadatodays.com Sofia yang memiliki motivasi hidup, memberi sebanyak-banyaknya, itu berpesan khusus untuk para perempuan.

“Perempuan itu sumber kehidupan. Hal antara laki-laki dan perempuan itu sama. Nantinya harus bisa memimpin diri dan keluarga karena ketakwaan untuk meraih cintanya Allah,” tutup Sofia. (as/hvn)


Share to