Survei SKI 2023: Resiko Balita Stunting Jember Rangking 4, Kabupaten Probolinggo Rangking 1

Dwi Sugesti Megamuslimah
Dwi Sugesti Megamuslimah

Sunday, 19 May 2024 19:20 WIB

Survei SKI 2023: Resiko Balita Stunting Jember Rangking 4, Kabupaten Probolinggo Rangking 1

JEMBER, TADATODAYS.COM - Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI tahun 2023 menyebut balita berisiko stunting di Jember mencapai 29,7 persen. Posisi Jember di peringkat keempat tertinggi dari seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur.

Dalam survei itu, posisi pertama ditempati Kabupaten Probolinggo dengan 35,4 persen, dan Kota Probolinggo dengan 31,8 persen.

Angka prevalensi resiko stunting Kabupaten Jember yang berada di angka 29,7 persen jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan Kabupaten tetangga Bondowoso yang pravalensinya 17,0 persen dan Kabupaten Banyuwangi yang hanya 21,9 persen. 

Namun demikian, Wakil Bupati Jember MB Firjaun Barlaman mengatakan, angka ini sudah baik, mengingat angka balita beresiko stunting pada tahun sebelumnya menyentuh 34,9 persen. "Kalau berdasarkan survei SKI, Jember turun 5,2 persen. Itu merupakan hal baik," ungkapnya saat dikonfirmasi Minggu (19/5/2024).

Penurunan angka itu, lanjut Gus Firjaun, merupakan penurunan yang logis. Sebab jika penurunannya drastis, maka akan menimbulkan kecurigaan dari para aktivis kesehatan. "Sebuah progres yang baik, karena kalau turunnya langsung drastis misalnya dari jumlah 1000 terus tiba-tiba tinggal 100 kan ini gak logis," imbuhnya.

Menurut Gus Firjaun, usia anak untuk bisa bebas stunting adalah dua tahun, sementara kelahiran tiap bayi memiliki waktu yang berbeda. Hal ini lah yang membuat penurunan resiko stunting di Jember berjalan perlahan. "Sudah lumayan bagus, kalau versi SKI," katanya.

Lebih lanjut, Gus Firjaun mengaku terdapat beberapa kendala di lapangan terkait upaya percepatan penurunan resiko stunting di Jember. Oleh karenanya, diperlukan evaluasi terhadap program-program bantuan seperti kolam lele serta ayam petelur. Namun tidak dimanfaatkan maksimal oleh penerima manfaat.

"Banyak bantuan itu sudah terlaksana tapi kemudian outputnya belum maksimal. Seperti semisal kadang dikasih bantuan kandang ayam petelur ternyata tidak dilanjutkan oleh penerima manfaat, etos kerjanya rendah sehingga dibiarkan terbengkalai," urainya.

Terpisah, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Jember Dwi Handarisasi menyebut hasil survei SKI ini masih harus menunggu konfirmasi dari pusat. Sebab, ini tidak menggambarkan data sesuai kerja yang dilakukan tiap bulan di tiap kecamatan.

"Jember memang turun dibanding tahun sebelumnya. Tetapi survei SKI harus dikonfirmasi, karena tidak menggambarkan timbangan tingkat kecamatan. Hanya kabupaten dan wilayah saja," ungkap Dwi.

Dalam melihat stunting, kata Dwi, harus dibedakan dengan stuntid/pendek. Sejauh ini, hasil survei masih menghitung pendek saja, belum dipantau menyeluruh dan harus melibatkan spesialis disegala aspek. "Kami masih akan berkomunikasi dengan pusat, karena ini tidak berdasarkan hasil timbangan bulanan Dinkes," sambungnya.

Dengan adanya hasil survei yang tinggi ini, pihak Dinkes perlu melakukan evaluasi terkait faktor-faktor penyebab resiko stunting. "Akan menjadi wawasan mengingat banyak faktor penyebab tingginya resiko stuntkng. Data itu sebagai pembanding untuk meningkatkan kinerja untuk perbaikan," katanya. (dsm/why)


Share to