Thieba, Tempe Menyehatkan dari Ponpes Hujjatul Islam

Andi Saputra
Andi Saputra

Thursday, 04 Nov 2021 11:02 WIB

Thieba, Tempe Menyehatkan dari Ponpes Hujjatul Islam

ANDALAN: Produk andalan dari Ponpes Hujjatul Islam, Arjasa, yaitu tempe. Produk tempe yang diberi nama Thieba ini menjadi pembelajaran utama kewirausahaan para santri Ponpes Hujjatul Islam.

PONDOK Pesantren Hujjatul Islam berdiri di tengah masyarakat Dusun Bendelan, Desa Arjasa,  Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember. Pesantren modern yang berdiri di atas tanah seluas 4 hektare lebih ini didirikan oleh alumnus Universitas Al-Azhar, Mesir, bernama KH Muhammad Luthfi Sobri, LC  pada tahun 2006.  

Langkah mendirikan ponpes bermula saat Kiai Lutfi datang ke Desa Arjasa pada tahun 2003. Saat itu, meski belum memiliki pondok, kemasyhuran dakwah Kiai Lutfi telah tersebar. Bekal ilmu agama yang kuat didapat Kiai Lutfi dari menimba ilmu di beberapa pondok pesantren, meliputi pondok modern Babussalam Jember (1990 – 1991), Pondok Modern Gontor tahun 1991-1995, dan Pondok Tahfidz “Darul Qur’an” Malang tahun 1996 – 1997.  

Kehadiran Kiai Lutfi di Desa Arjasa disambut baik, hingga menjadikannya sebagai sosok yang dijadikan rujukan persoalan agama. Dari situlah kemudian warga sekitar Arjasa datang dan meminta Kiai Lutfi untuk mendirikan ponpes. Semula, Kiai Lutfi mengaku berat. “Selain kondisi ekonomi, juga karena terdapat stigma bahwa ponpes akan sulit bertahan lama apabila didirikan di Kecamatan Arjasa,” katanya.  

Besarnya harapan warga kepadanya membuat Kiai Lutfi harus bersikap. Setelah melalui musyawarah dan meminta pendapat para kiai terdahulu, akhirnya pada bulan Agustus 2006, resmi berdiri Ponpes Hujjatul Islam. Nama “hujjatul” diambil dari kata “hujjah” yang bermakna tanda/ bukti/ atau dalil. “Bila sebelumnya ada stigma bahwa di daerah Arjasa tidak akan bisa berdiri pondok pesantren, ternyata sampai sekarang Ponpes Hujjatul Islam terbukti masih bertahan,” katanya.

Ponpes Hujjatul Islam merupakan ponpes modern yang menerapkan pendidikan terpadu. Pendidikan umum dan pendidikan agama diberikan secara seimbang, mengikuti kurikulum dan sistem Pondok Modern Gontor- Tarbiyatul Mu’allimin wal Mua’allimat al Islamiyah.

UNIT USAHA: Berbagai unit usaha yang dikembangkan Ponpes Hujjatul Islam. Ada produksi sedotan bambu dan depo air mineral. Semuanya dijadikan media pendidikan kewirausahaan bagi para santri.

Selain pendidikan umum dan agama, di ponpes ini Kiai Lutfi juga memberikan pendidikan kewirausahaan atau entrepreneurship kepada para santrinya. Terdapat banyak usaha yang tengah dikembangkan diponpes ini. Salah satu usaha yang menjadi unggulan adalah tempe.  

Makanan khas Indonesia yang terbuat dari fermentasi kedelai itu telah diproduksi di Ponpes Hujjatul Islam sejak tahun 2009. Tempe kedelai yang diproduksi di Ponpes Hujjatul Islam diberi nama “Thieba”. Kata “Thieba” berasal dari kata Thayyibah, yang artinya adalah “baik”.  

“Tempe kedelai buatan Ponpes Hujjatul Islam adalah tempe terbaik. Sebab, proses pembuatannya hiegienis dan memenuhi standart pembuatan makanan,” kata Kiai Lutfi tentang tempe Thieba.

Kiai lutfi bersama para santri mengawali usaha ini hanya sebatas sebagai sales yang menjualkan tempe hasil produksi warga. Dalam perjalanannya, Kiai Lutfi melihat potensi pasar yang besar untuk produk tempe kedelai. Dari situlah kemudian dirinya memutuskan untuk memproduksi sendiri tempe kedelai tersebut.  

Dalam prosesnya produksi tempe, Kiai Lutfi membagi tugas. Untuk produksi hulu diserahkan kepada para pegawai professional yang berasal dari warga setempat. Sedangkan untuk pengemasan dikerjakan oleh santri putri. “Kemudian proses pemasaran dan distribusi ke toko-toko dan pasar sekitaran Kecamatan Arjasa, dikerjakan oleh para santri putra,” tambah Kiai Lutfi.  

Pada saat kondisi sebelum pandemi Covid-19, setiap harinya Ponpes Hujjatul Islam dapat memproduksi 1,3 hingga 1,5 kwintal kedelai. Tetapi saat pandemi Covid-19 melanda, hanya 50 kilogram kedelai yang diproduksi menjadi tempe.

BUKTI: Ponpes Hujjatul Islam yang sampai kini eksis dan berdiri kokoh di Arjasa. Menjadi bukti bahwa tidak benar stigma bahwa tidak bisa ada pondok pesantren di Arjasa.

Adapun harga tempe produksi Ponpes Hujjatul Islam cukup terjangkau. Tempe Thieba dengan ukuran sedang, dijual dengan harga Rp 2.500. “Dalam satu minggu, khusus santri, berhasil menjual 200 hingga 300 tempe kemasan sedang,” kata Kiai Lutfi.  

Sebagai wujud kreatifitas, Ponpes Hujjatul Islam berencana mengembangkan produk turunan berupa keripik tempe. Dari hasil produksi tempe pula, sebanyak 150 santri putra dan putri yang bermukim di ponpes hujjatul islam tidak pungut biaya sepeserpun.

Selain tempe, unit usaha yang juga dikerjakan oleh santri adalah unit usaha depot air minum. Depot air itu didirikan setelah pada tahun 2010 lalu Ponpes Hujjatul Islam membuat sumur bor. “Air sumur bor ternyata memiliki kualitas layak minum. Oleh karena itu,  kemudian dikembangkan menjadi depot air minum yang kemudian dikelola secara madiri oleh para santri,” terang Kiai Lutfi.  

Untuk saat ini, Ponpes Hujjatul Islam tengah mengembangkan usaha lain yang diperkirakan juga akan menjadi unggulan, yaitu produksi sedotan alami dari bambu. Kiai Lutfi mengatakan, meski belum lama dijalankan, permintaan produksi sedotan bukan berasal dari dalam negeri,  melainkan luar negeri. “Sedotan buatan Ponpes Hujjatul Islam telah dikirim ke negara-negara di Eropa,” ujarnya.

Selain usaha tersebut, ada cabang usaha lain juga turut mengiringi perkembangan Ponpes Hujjatul Islam. Di antaranya ialah usaha pembuatan bata merah, paving, batako, serta agrowisata yang masih dalam proses pengerjaan.

Melalui berbagai usaha yang dikembangkan, Ponpes Hujjatul Islam membangun kemandirian pesantrennya. Tetapi selain kemandirian pesantren, berbagai usaha yang dijalankan ini sekaligus menjadi media pembelajaran wirausaha agar kelak menjadi bekal para santri mengarungi kehidupan pasca pendidikan di pesantren. (as/why)


Share to