Tinggal di Gubuk Reyot, Janda di Jember Rawat Dua Anaknya yang Lumpuh dan Buta

Andi Saputra
Andi Saputra

Monday, 03 Feb 2020 15:25 WIB

Tinggal di Gubuk Reyot, Janda di Jember Rawat Dua Anaknya yang Lumpuh dan Buta

MEMILUKAN: Rosiya menemani kedua anaknya yang menderita lumpuh dan buta sejak lahir. Ia mengaku pasrah dengan keadaan yang dialaminya.

JEMBER, TADATODAYS.COM – Rosiya, 60, janda asal Dusun Krajan, Desa Karangpaiton, Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember, ini menghabiskan waktunya dengan kondisi yang memilukan. Selain hanya tinggal di gubuk reyot, ia juga harus merawat dua anaknya yang mengalami kelumpuhan dan kebutaan sejak lahir.

Rumah yang terbuat dari bilik bambu dengan ukuran 6x4 meter itu cukup mewakili seperi apa penghuninya. Ketika tadatodays.com bertamu Minggu (2/2/2020), muncul perempuan renta dengan pakaian ala kadarnya. Mengenakan baju motif bunga dan sarung garis hijau, Rosiya lantas mempersilakan wartawan media ini masuk ke rumahnya.

Tak ada barang berharga di dalam rumah tersebut. Hanya terlihat gelas dan piring. Serta beberapa buah baju. Tentu kondisinya tidak layak. Bahkan, alas tidur dua anaknya hanya dari semen. Yakni, Muhammad Sidi, 30, dan Yani, 27. Melihat usianya, tentu tidak normal dengan bentuk tubuh keduanya.

“Anak saya lumpuh dan buta sejak kecil,” katanya. Artinya, selama 30 tahun terakhir, Rosiya harus menghidup dua anaknya yang dalam kondisi tidak normal. Karena itu, berat dan tinggi Sidi dan Yani tidak seperti orang kebanyakan.

Sejak kecil, kedua anaknya ini juga menghabiskan waktu dengan tidur. Sesekali saja mereka didudukkan oleh sang ibu, sekadar mengusir penat. Selebihnya, mereka tidur di dipan tanpa kasur dengan luas hanya 2x3 meter itu. Jangan berharap kondisi tempat tinggal tersebut higienis. Karena memang hanya itu yang dimiliki keluarga malang ini.

Ketika mengetahui maksud kedatangan tadatodays.com, dengan hati-hati Rosiya menceritakan perjalanan hidupnya. Ia mengaku hidup menjanda sejak 24 tahun. Tepat ketika ia ditinggal sang suami ke kampung halamannya di Madura. Kabarnya, sang suami telah menikah lagi.

Itu berarti, sang suami tega meninggalkan mereka saat usia Sidi 6 tahun dan Yani 3 tahun.  Rosiya sendiri enggan menikah lagi, karena hanya ingin merawat buah hatinya. Ia tidak yakin ada laki-laki yang menerima keadaannya. Apalagi kondisi kedua anaknya. “Lagian malu sama anak-anak juga,” ujarnya lirih.

Karena itu, Rosiya harus membanting tulang guna memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Sebagai buruh tani, setiap hari ia hanya dibayar Rp 25 ribu. Itu pun tidak setiap hari ada orang yang menggunakan tenaganya. “Dicukup-cukupkan buat makan,” katanya. Ia mendahulukan kedua anaknya daripada dirinya sendiri.

Terlebih Yani menurut Rosiya, yang mana setiap hari hampir jarang tidur. Dan selama tidak memejamkan mata, Yani harus mengunyah makanan. “Apa saja. Yang penting dia makan. Meskipun hanya nasi saja,” terang Rosiya. Berbeda dengan Yani, Sidi setiap harinya enggan memakai baju. “Dia ndak kuat panas,” imbuhnya. Jika permintaan itu tidak dituruti, Sidi dan Rosiya pasti marah.

Rosiya mengaku, Sidi dan Yani memang lahir dengan kondisi tidak normal. Memang, saat hamil, Rosiya tak pernah memeriksakan kandungannya. Alasannya, ia takur jarum suntik. Ia pun mengaku tidak lelah berupaya agar sang buah hati sembuh. Namun, upaya medis maupun pengobatan alternatif, tak membuat anaknya sembuh.

“Saya pasrah saja. Saya akan rawat anak-anak saya sampai saya mati,” katanya dengan mata sembap. Ia hanya berarap agar Tuhan bisa menyembuhkan anaknya. “Untuk membawa mereka berobat, saya sudah tidak mampu,” katanya. Kali ini dia menjawab hingga air matanya menetes.

Sementara itu, Kepala Dusun Krajan, Kasto mengatakan, pihaknya tidak abai dengan kondisi Rosiya. Bantuan beras dan bahan pokok yang berasal dari program pemerintah, Rosiya mendapatkannya. “Kami berusaha agar mereka bisa tetap makan,” katanya. Namun, sementara hanya itu yang bisa ia usahakan.

Sejatinya, Kasto sudah mengajukan program bedah rumah. Setidaknya, Rosiya dan dua anaknya mendiami rumah yang layak. Namun hingga kini, upaya itu belum berhasil. Termasuk program usaha ternak ayam. “Juga tidak tembus,” katanya. (as/sp)


Share to