Ulang Tahun ke-6, Museum Huruf Gelar Diskusi tentang Kebudayaan Semit

Iqbal Al Fardi
Iqbal Al Fardi

Friday, 01 Sep 2023 12:17 WIB

Ulang Tahun ke-6, Museum Huruf Gelar Diskusi tentang Kebudayaan Semit

DISKUSI: Suharto (bertopi) saat memaparkan materi diskusi di Museum Huruf, Kamis (31/8/2023) malam.

JEMBER, TADATODAYS.COM - Memperingati hari lahir ke-6-nya, Museum Huruf di Jember menggelar berbagai acara. Diskusi salah satunya. Pada Kamis (31/8/2023) malam, Museum Huruf menggelar diskusi sejarah bertajuk "Invasi Kebudayaan Semit Kuno".

Acara berlangsung pada pukul 20.00 di ruang belakang Museum Huruf yang beralamat di Jalan Bengawan Solo 27, Kecamatan Sumbersari, Jember. Mereka mendatangkan dosen sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jember Suharto.

Dalam diskusi itu Suharto memaparkan bahwa Semit merupakan sebutan bagi orang-orang yang melahirkan agama wahyu. Dua klan besar Semit, katanya, ialah Bani Hamyah dan Samyah.

Kepada tadatodays.com, Suharto menjelaskan, dalam konteks sejarah alat terbesar yang digunakan Semit ialah berupa hegemoni agama. "Baik itu Yahudi, Nasrani dan Islam. Intinya kita harus ikut orang-orang beriman," katanya.

Dari invasi tersebut, Suharto memaparkan bahwa Semit mampu mengganti tradisi kuno dengan tradisi yang dibawa. "Kalau kita lihat Mesir kuno kan sudah hilang menjadi Islam. Demikian juga Eropa yang memiliki dewa-dewa sekarang menjadi Kristen," jelasnya.

Bahkan di era modern ini, Suharto mengatakan, dunia menggunakan teknologi Semit. "Mulai HP, ini capaian mereka juga tapi ini tidak didasarkan kepada keyakinan tapi kita menggunakannya setiap hari," ujarnya.

Selain itu, Suharto menjelaskan, peletak dasar komunikasi dan digital juga merupakan produk dari Semit.

Kemudian, Suharto berharap agar agenda serupa dari Museum Huruf diharapkan untuk tetap eksis. "Dilanjutkan, karena kebudayaan itu melestarikan dan melanjutkan. Perlu diingat, Sukarno mendirikan negara ada tiga trisaktinya, berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, yang ketia yang sangat penting: berkepribadian, berkebudayaan," paparnya. (iaf/why)


Share to