5.908 Pasangan di Jember Bercerai, Faktor Ekonomi Jadi Pemicu Utama

Dwi Sugesti Megamuslimah
Friday, 07 Nov 2025 17:50 WIB

PENGADILAN: Situasi pelayanan di Pengadilan Agama (PA) Jember.
JEMBER, TADATODAYS.COM - Tekanan ekonomi masih menjadi penyebab utama retaknya rumah tangga di Kabupaten Jember. Berdasarkan data Pengadilan Agama (PA) Jember, jumlah perkara perceraian sepanjang Januari hingga Oktober 2025 mencapai angka yang cukup tinggi.
Humas Pengadilan Agama Jember Mohammad Hosen mengatakan, sepanjang sepuluh bulan terakhir, lembaganya telah menerima 6.804 perkara, dengan 6.439 perkara di antaranya telah diputus. “Dari jumlah itu, perkara perceraian masih mendominasi,” ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (7/11/2025) sore.
Dari total perkara yang diputus, 5.908 di antaranya merupakan perkara perceraian yang terdiri dari 1.298 kasus cerai talak (permohonan dari suami) dan 4.610 kasus cerai gugat (gugatan dari istri). Tingginya angka cerai gugat ini, menurut Hosen, menunjukkan bahwa mayoritas inisiatif perceraian berasal dari pihak istri.
“Tren ini sudah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir. Faktor ekonomi menjadi penyebab terbesar yang memicu gugatan cerai,” jelasnya.

PA Jember mencatat, dari total 5.068 perkara perceraian yang disertai keterangan penyebab, 3.653 kasus di antaranya dipicu persoalan ekonomi. Sementara 1.139 kasus disebabkan oleh perselisihan dan pertengkaran terus-menerus, serta 146 kasus karena salah satu pihak meninggalkan pasangannya.
Hosen menjelaskan, tekanan ekonomi yang dihadapi keluarga berdampak pada meningkatnya konflik rumah tangga. “Banyak pasangan yang akhirnya tidak mampu bertahan karena kondisi ekonomi yang sulit, terutama pasca pandemi dan naiknya biaya hidup,” katanya.
Khusus pada Oktober 2025, PA Jember mencatat 555 perkara perceraian dengan rincian: 391 kasus karena faktor ekonomi, 125 kasus akibat pertengkaran, 14 kasus KDRT, 15 kasus karena meninggalkan pasangan, serta beberapa kasus lain seperti kawin paksa (2 kasus), murtad (1 kasus), judi (4 kasus), dan mabuk (1 kasus).
Menurut Hosen, data tersebut memperkuat fakta bahwa kondisi ekonomi keluarga masih menjadi tantangan terbesar bagi keutuhan rumah tangga di Jember. “Kami berharap pasangan suami istri dapat mencari jalan keluar bersama sebelum menempuh jalur hukum,” katanya. (dsm/why)




Share to
 (lp).jpg)