Desainer Muda Adnan Hadiahkan Logo Probolinggo Darurat Kesenian di Harjakot ke-666

Alvi Warda
Friday, 19 Sep 2025 13:03 WIB

Adnan Mardiansyah Putra, seorang desainer asal Kota Probolinggo.
PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Adnan Mardiyansyah Putra, lulusan S1 Desain Komunikasi Visual asal Kota Probolinggo, menghadiahkan logo kritik untuk Hari Jadi Kota (Harjakot) Probolinggo ke-666. Ia mengkritisi kebijakan pemerintah khususnya soal alih fungsi gedung kesenian.
Adnan, yang merupakan founder dari Lohalo Studio, Malang dan telah bekerja sama dengan lebih dari 150 brand skala lokal hingga internasional dengan spesialisasi di bidang FNB dan coffeeshop, mengungkapkan keresahannya terhadap kondisi dunia kreatif di kampung halamannya.
"Keresahan ini sebenarnya sudah dari lama. Terutama setiap tahun ketika HUT Kota Probolinggo selalu mengeluarkan logo HUT yang seadanya tanpa melibatkan anak-anak kreatif daerah," ungkap Adnan melalui pesan singkat, Kamis (18/9/2025) malam.
Keresahan tersebut semakin memuncak ketika melihat logo HUT ke-666 Kota Probolinggo yang dianggap mengambil irisan desain dari "Probolinggo Bersolek" tanpa kejelasan positioning yang jelas. "Posisi Probolinggo Bersolek juga kurang paham sebagai apa, city branding atau program pemerintah? Bedanya dengan Impressive Probolinggo apa? Jadi ambigu," kritiknya.
Logo Kritik "Probolinggo Darurat Kesenian"
Titik jenuh terjadi ketika Gedung Kesenian yang menjadi pusat kegiatan kreatif di Kota Probolinggo diubah fungsi menjadi lapangan tenis. Sebagai respons, Adnan menciptakan logo alternatif dengan pesan kuat: "Probolinggo Darurat Kesenian".
"Logo 666th yang saya buat merespon permasalahan dipindahnya gedung kesenian. Angka 666th dibentuk seperti gedung kesenian dengan aksen liukan batik sulur di dalamnya, ditekankan dengan logotype 'Probolinggo Darurat Kesenian' untuk menegaskan bahwa kesenian di Kota Probolinggo sedang dipertaruhkan keberadaannya," jelasnya.
KRITIK: Logo Probolinggo Darurat Kesenian ciptaan Desainer Muda Adnan.
Logo tersebut kemudian viral di media sosial dan berhasil menarik perhatian berbagai pihak, termasuk pemerintah kota.

Perjuangan Adnan melalui media sosial, kritik, dan karya logonya akhirnya membuahkan hasil. Pada 16 September 2025, ia mendapat kesempatan menyampaikan aspirasinya dalam dialog publik bersama Diskominfo dan DPRD Kota Probolinggo.
Dalam forum tersebut, Adnan menyampaikan beberapa poin krusial:
- Rebranding Menyeluruh: Adnan mempertanyakan positioning "Probolinggo Bersolek" dan perbedaannya dengan "Impressive Probolinggo", serta mengusulkan pembuatan ulang city branding, maskot, hingga logo perayaan HUT kota yang lebih representative.
- Wadah Pegiat Kreatif: Kebutuhan akan platform yang dapat mendata dan mendukung para pegiat seni dan kreatif dengan fasilitas gedung, alat, pelatihan, dan kebutuhan lainnya.
-Event Kreatif Berkelanjutan: Pentingnya mengadakan event bidang kreatif seni dan desain yang melibatkan anak daerah untuk meningkatkan pariwisata kota.
- Kurikulum Pendidikan: Usulan memasukkan ekonomi kreatif dan kesenian kota dalam kurikulum pendidikan untuk menciptakan generasi yang lebih kreatif.
Adnan juga menegaskan kesiapan komunitas kreatif lokal seperti Visual Art Desain Probolinggo dan Asosiasi Desain Grafis Indonesia (ADGI) chapter Malang, di mana ia menjadi anggota, untuk membantu pemerintah kota.
Saat ditanya hasil dialog, ia menjelaskan bahwa dunia kreatif di pemerintahan Kota Probolinggo memang masih dalam tahap awal pengembangan. Baru-baru ini lahir peraturan daerah yang mendukung industri kreatif di kota tersebut.
Sebagai langkah awal, pemerintah berkomitmen membuat wadah untuk pegiat kreatif dan akan memberikan dukungan berupa alat, gedung, serta fasilitas lainnya yang diharapkan dapat terealisasi pada tahun 2026.
"Masih benar-benar baru mau melangkah industri kreatif di Kota Probolinggo. Maka dari itu wajib kita pantau ke depannya agar seluruh keresahan selama ini di bidang kreatif bisa terealisasi satu per satu," tutur Adnan. (alv/why)


Share to
 (lp).jpg)