Jembatan Penghubung Antar Kecamatan Terputus

Bryan Bagus Bayu Pratama
Bryan Bagus Bayu Pratama

Tuesday, 18 Jan 2022 14:32 WIB

Jembatan Penghubung Antar Kecamatan Terputus

PUTUS: Jembatan penghubung Kelurahan Banjarsengon, Kecamatan Patrang, dengan Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi terputus pada Senin malam kemarin. Putusnya jembatan itu karena banjir yang terjadi di Kali Jompo juga membawa material batang pohon.

JEMBER, TADATODAYS.COM - Hujan deras yang terjadi di Kabupaten Jember, Senin (17/1) kemarin, tidak hanya mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah. Sebuah jembatan juga dilaporkan putus akibat derasnya aliran air Kali Jompo, Senin malamnya.

Jembatan putus tersebut merupakan penghubung antara Kelurahan Banjarsengon, Kecamatan Patrang, dengan Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi.

Haji Hasan, 52, warga Dusun Jumarto, Banjarsengon, Kecamatan Patrang, mengatakan banjir yang terjadi di Kali Jompo membuat air di sungai tersebut meluap pada pukul 15.00 WIB. Luapan air sungai itu juga membawa material lumpur dan batang pohon. "Jembatan putus pukul 8 malam," kata Hasan saat ditemui di lokasi jembatan putus, Selasa (18/1) pagi.

Hasan menyampaikan bahwa jembatan itu sudah beberapa kali putus, sejak dibangun pertama kali pada tahun 1982 silam. Yang pertama terjadi pada 2018, kemudian dibangun kembali oleh pemerintah.

Kemudian pada tahun 2020, jembatan tersebut kembali putus. Masyarakat setempat pun memperbaiki jembatan tersebut secara swadaya.

Kemudian, jembatan penghubung antar desa itu kembali putus pada Senin malam kemarin. Akibatnya, banyak warga sekitar yang memilih mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. “Untuk menghindari risiko luapan air Kali Jompo,” tuturnya.

Akibat putusnya jembatan itu, masyarakat sekitar harus memutar arah melalui jalur perkebunan sejauh 10-15 km.

Ditemui di lokasi kejadian, Agus Santoso, Administratur Utama KPH Jember mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan identifikasi akibat banjir Senin malam kemarin.

Agus Santoso menjelaskan, banjir yang terjadi di beberapa aliran sungai akibat tidak normalnya aliran, serta kondisi bantaran sungai yang membahayakan. “Terutama banyaknya pohon yang ditebang,” katanya.

Namun dirinya menegaskan bahwa, Perhutani Jember telah melakukan reboisasi di lahan seluas 3000 hektare di seluruh Jember. Langkah itu dilakukan agar pohon yang ditanam dapat mengurangi dampak dari curah hujan yang tinggi, salah satunya banjir.

Agus juga mengimbau masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan. (bp/don)


Share to