Jemput Bola Layani Distokia, DPKH Sarankan Sapi Bunting Harus Sering Dikeluarkan

Muhammad Muslih
Sunday, 23 Feb 2020 10:12 WIB

JEMPUT BOLA : drh. Mohammad Arafi bersama petugas lainnya saat mengatasi Distokia di Desa Palang Besi Kecamatan Lumbang beberapa waktu lalu.
PROBOLINGGO, TADATODAYS - Kesulitan melahirkan atau distokia masih banyak terjadi pada sapi bunting di Kabupaten Probolinggo. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Probolinggo melalui UPT Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) terus melakukan jemput bola memberikan pelayanan.
Di awal tahun ini, sudah ada beberapa kasus distokia, salah satunya sapi di Desa Palang Besi, Kecamatan Lumbang dan Desa Sapi Kerep Kecamatan Sukapura. Beberapa kasus distokia ini banyak dialami sapi yang baru pertama kali melahirkan.
“Ya gejala kasus yang dialami karena memang sapi baru pertama kali melahirkan,” ujar drh. Mohammad Arafi saat ditemui Tadatodays.com di Klinik Puskeswan setempat.
Saat mendatangi lokasi di Desa Palang Besi, kondisi induk sudah lemas. Fetus atau anak sapi sudah meninggal. “Kita pakai cara menarik fetus dengan alat Calf Puller,” katanya saat didampingi Kepala UPT Puskeswan Aulia Khusumastutik, S.Pt.
Calf Puller merupakan alat yang didesain menarik pedet saat proses assist. Dengan alat ini dokter hewan tidak membutuhkan banyak orang. Alat ini dilengkapi dengan tali temali yang diperlukan untuk mengikat kaki atau kepala dan hidrolik yang bisa menarik pedet secara periodik.
Drh. Rafi-panggilannya, mengaku, masalah distokia memang sering terjadi. Penyebab utama distokia ini rata-rata sapi kurang gerak dan baru pertamakali melahirkan. “Untuk itu kami himbau peternak untuk sering-sering mengeluarkan sapinya supaya tubuhnya kena terik matahari,” terang pria yang bertugas di Kecamatan Krucil ini.
Alumnus Udayana Bali itu menambahkan, daerah rawan juga kerap menjadi momok bagi peternak untuk mengeluarkan sapinya. “Biasanya kalau daerahnya rawan, jadi sapi-sapi jarang dikeluarkan,” ucapnya.
Sejauh ini, kendala banyak dialami peternak memang begitu. Kalau masalah layanan dokter, sejauh ini masih bisa dikondisikan meski dokter hewan di Kabupaten Probolinggo masih terbatas. Yakni 6 orang. “Tapi mereka masih didukung oleh paramedik kesehatan hewan di setiap kecamatan kecuali Kacamatan Sumber, Sumberasih dan Wonomerto yang memang belum ada,” ujar kepala UPT Puskeswan Aulia Khusumastutik, S.Pt.
Saat ini enam dokter hewan tersebut merangkap. Ada yang kebagian tiga kecamatan. “Masyarakat pun yang memiliki sapi distokia biasanya masih koordinasi dengan petugas yang di kecamatan, kalau kondisi darurat dokter hewan langsung ke lokasi,” paparnya.

Terkait biaya jasa, sampai saat ini masih gratis. “Cuma biaya obat beli di koperasi punya DPKH,” pungkasnya. (mm/hvn)
Agendakan Posyandu Ternak di setiap Kecamatan
SEMENTARA untuk memberikan layanan maksimal, DPKH mengagendakan Posyandu ternak di seluruh kecamatan di Kabupaten Probolinggo.
Posyandu ternak ini hampir memiliki kesamaan dengan Posyandu bayi. Bedanya ini pada hewan ternak. Dalam Posyandu, Petugas UPT Puskeswan akan memberikan beberapa layanan.
Yakni Inseminasi Buatan (IB), Pemeriksaan kebuntingan, gangguan reproduksi hingga pemberian vitamin. “Biasanya di sela-sela itu kami memberikan sosialisasi tentang masalah-masalah yang dialami hewan ternak,” katanya.
Tahun ini, posyandu ternak akan dilakukan 24 kali. Masing-masing kecamatan satu kali. “Setiap posyandu kita targetkan ada 75-100 sapi,” jelasnya.
Nama program posyandu ternak sendiri baru muncul setahun yang lalu. “Sebelum-sebelumnya belum pernah, tapi Alhamdulillah dengan agenda ini sosialisasi masalah ternak bisa langsung tersampaikan ke masyarakat,” tegasnya. (mm/hvn)

Share to
 (lp).jpg)