Meriah Tradisi Pegon di Pantai Watu Ulo Jember, Gawe Memelihara Warisan Budaya

Dwi Sugesti Megamuslimah
Dwi Sugesti Megamuslimah

Monday, 22 Apr 2024 14:58 WIB

Meriah Tradisi Pegon di Pantai Watu Ulo Jember, Gawe Memelihara Warisan Budaya

PEGON: Salah satu peserta kegiatan Tradisi Pegon.

JEMBER, TADATODAYS.COM - Di tepian Pantai Watu Ulo, Kabupaten Jember, sebuah warisan budaya yang unik telah tercipta. Tradisi Pegon, yang kental dengan nuansa kearifan lokal dan agama Islam, membawa jejak sejarah yang kaya dan mempesona.

Minggu (21/4/2024) siang angin berhembus lembut dihiasi dengan langit biru nan cerah. Seolah mengerti bahwa warga Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu sedang "nduwe gawe". Mereka terlihat berduyun-duyun mendatangi salah satu pantai yang terkenal dengan cerita legenda ular raksasa yaitu Pantai Watu Ulo.

Mereka sedang menggelar tradisi Pegon. Salah satu tradisi yang rutin digelar oleh warga setempat lebih dari satu dekade lalu. Tradisi itu digelar di H+7 hari raya idul Fitri.  Pegon sendiri merupakan kereta yang ditarik oleh dua ekor sapi sebagai tenaga utamanya.

PEMANDIAN: Tradisi pemandian sapi, salah satu rangkaian acara Tradisi Pegon di Pantai Waktu Ulo yang dilakukan oleh Bupati Jember Hendy Siswanto.

Pegon merupakan salah satu alat transportasi andalan yang digunakan pada zaman dahulu untuk mengangkut hasil panen atau bahan material milik warga. Meski berjalan dengan kecepatan yang lambat, pegon masih memiliki tempat tersendiri dihati masyarakat, khususnya wilayah Sumberejo.

Minggu itu ada sebanyak 50 pegon menghiasi seluruh jalanan Desa Sumberejo hingga sepanjang pesisir Pantai Waktu Ulo. Pegon-pegon itu diarak sejauh 12 kilometer dan dihias sedemikian rupa. Tak lupa beberapa hasil bumi juga ikut menjadi ornamen pelengkap keotentikan tradisi ini.

Sesampainya di pantai, mereka akan disambut dengan gunungan hasil bumi serta tarian kolosal yang belum pernah ada di tahun-tahun sebelumnya. Ada 200 penari yang terdiri dari siswa-siswi se- Kecamatan Ambulu. Mereka mempersembahkan tarian bertajuk "Singgasana Watu Ulo".

Tak hanya sebatas parade kendaraan lawas, lebih dalam dari itu, terdapat ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa lantaran masih diberkahi umur panjang untuk merayakan lebaran bagi mereka yang beragama Islam.

Salah satu pengemudi Pegon, Misalim, mengatakan bahwa tradisi Pegon menjadi salah satu bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. "Bentuk rasa syukur pada Allah SWT dan merayakan hari raya ketupat," katanya siang itu.

Pegon, sebuah tradisi yang juga mencakup seni, kepercayaan, dan pola hidup, memberikan nuansa tersendiri di kawasan pesisir selatan Jember. Masyarakat setempat mengamalkan tradisi ini secara turun temurun, menjaga keaslian dan kelestariannya dengan penuh kebanggaan.

Berdasarkan keterangan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jember Bambang Rudianto, Tradisi Pegon berawal dari keinginan warga untuk reuni setelah merayakan hari raya idul Fitri dengan menikmati nuansa pantai sembari menyantap kudapan. "Saat itu tak ada ornamen hiasan dalam tradisi pegon, sangat natural pada zamannya," ungkapnya.

GUNUNGAN: Masyarakat yang sedang berebut gunungan acara Tradisi Pegon.

Salah satu ciri khas pegon adalah upacara adat yang diadakan secara berkala, menjadi momen penting dalam kehidupan masyarakat setempat. Upacara ini tidak hanya sebagai ungkapan syukur, tetapi juga sebagai bentuk solidaritas dan kebersamaan dalam komunitas. Di samping itu, seni pertunjukan tari kolosal menjadi hiburan yang memperkaya kehidupan sosial dan budaya

Seiring perkembangannya, tradisi pegon mulai mempercantik tampilan serta menambah unsur budaya didalamnya. Dalam pelaksanaannya hari ini, pihak Dispar ingin memperlihatkan bagaimana ritual memandikan sapi dilaksanakan.

Meskipun keberadaannya masih kokoh, tradisi Pegon tidak luput dari tantangan zaman. Modernisasi dan perubahan sosial menghadirkan tantangan baru dalam menjaga kelestarian tradisi ini. Namun, komitmen masyarakat setempat dan dukungan pemerintah daerah menjadikan pelestarian sebagai agenda utama.

Pemerintah Kabupaten Jember melalui Disparbud telah mengajukan Tradisi Pegon sebagai salah satu warisan budaya tak benda yang dimiliki Kota Jember ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) serta keunikan tradisi Pegon sendiri akan diusulkan ke Kharisma Event Nusantara di Kemenparekraf.

"Pegon sendiri sudah ada sejak ratusan tahun lalu, jadi sudah heritage dan sedang proses kami ajukan ke Kemendikbudristek sebagai warisan budaya tak benda dan ke kemenparekraf," urai Rudi.

Selaras dengan hal itu, Bupati Jember Hendy Siswanto mengajak seluruh masyarakat yang memiliki Pegon untuk bekerjasama dengan Dinas Pariwisata untuk menyediakan Pegon di sepanjang pesisir pantai yang dapat difungsikan sebagai edukasi serta angkutan wisata.

"Sebagai edukasi masyarakat soal angkutan pegon, juga bisa difungsikan sebagai alat transportasi wisata di Pantai Watu Ulo ini," jelas Hendy.

Dengan sinergi kebersamaan dan komitmen yang kuat, Tradisi Pegon di Pantai Watu Ulo Jember terus mengukuhkan posisinya sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas dan kebanggaan masyarakat setempat. Dengan tetap menjaga kearifan lokal dan keunikan tradisinya, harapan untuk masa depan yang lestari dan berkesinambungan terus menyala terang.

Dengan kekuatan dari akar budaya yang mendalam, Tradisi Pegon di Pantai Watu Ulo, Jember, terus menginspirasi dan memperkaya kehidupan masyarakat setempat, menjadi saksi bisu dari kekayaan budaya lokal yang tak ternilai harganya. (dsm/why)


Share to