Penataan PKL di Lingkar Kampus, Kaum Difabel: Unej Juga Ikut Bertanggungjawab

Dwi Sugesti Megamuslimah
Monday, 16 Oct 2023 16:27 WIB

SUARA DIFABEL: Ketua National Paralympic Committee of Indonesia (NPCI) Jember Kusbandono, saat bincang publik terkait pemberlakuan Sistem Satu Arah (SSA) di Hotel Dafam, Senin (16/10/2023).
JEMBER, TADATODAYS.COM - Trotoar sepanjang Jalan Jawa, Kecamatan Sumbersari, Jember, yang kini dikuasai para Pedagang Kaki Lima (PKL), cukup meresahkan banyak pihak. Tak terkecuali kaum difabel. Mereka yang harusnya mendapat hak prioritas, dipaksa mengalah dengan warung-warung milik pedagang.
Hal itu disampaikan Ketua National Paralympic Committee of Indonesia (NPCI) Jember Kusbandono. "Ada hak dasar yang dirampas, utamanya fungsi trotoar untuk pejalan kaki. Apalagi temen-temen difabel yang harusnya dibuatkan jalan khusus, ternyata di sisi kanan yang mepet pagar Unej itu malah ada bangunan semi permanen untuk PKL," kata Kusbandono dengan kesal.
Kusbandono menyatakan kekesalannya itu saat menghadiri acara bincang publik terkait pemberlakuan Sistem Satu Arah (SSA) di Hotel Dafam, Senin (16/10/2023). Menurutnya, permasalahan ini bukan hanya wewenang pemerintah daerah dan DPRD. Pihak Unej pun harus ikut bertanggungjawab atas beralih fungsinya trotoar di sekitaran kampus itu.
Menurutnya, yang terjadi saat ini termasuk pembiaran. "Tanggung jawab moral pasti. Karena bagaimanapun Unej punya andil besar terhadap terjadinya perampasan hak pengguna jalan yang terjadi di jalan Jawa, dengan membiarkan PKL berjualan di trotoar sisi kanan Unej," timpal Kusbandono.

Dirinya teringat, di sekitar 2002-2008 saat diirnya masih mengampu pendidikan di kampus pancasila tersebut, jumlah kendaraan yang dipakai mahasiswa masih sedikit dengan jumlah PKL yang hanya ada di lokasi tertentu. Kusbandono masih bisa berjalan dengan aman dan nyaman.
"Kalau sekarang ya jangan ditanya, sudah nggak bisa jalan di trotoar. Jadi harus turun ke bahu jalan, dan saya dua kali diserempet mobil dari belakang saat naik motor roda tiga karena bahu jalan yang terlalu sempit, keselamatannya minim," imbuhnya.
Kusbandono berharap pihak Unej memenuhi kewajibannya tersebut dengan langkah yang nyata. Bukan sekedar lewat kajian-kajian yang tidak pernah direalisasikan.
"Kita tidak bisa menyalahkan satu sisi, PKL, pengguna jalan, dan yang punya lingkungan juga salah. Ayo lah bikin langkah konkret untuk permasalahan ini. Jangan cuma kajian-kajian saja, percuma jadi akademisi," tutur Kusbandono. (dsm/why)




Share to
 (lp).jpg)