Pendapa Jember Dibuka untuk Rakyat, Bupati Gus Fawait Menggurat Sejarah Baru

Dwi Sugesti Megamuslimah
Tuesday, 08 Apr 2025 15:19 WIB

HALAL BIHALAL: Gus Fawait bersama istri, Ning Gytha, saat open house dan halal bihalal bersama masyarakat Jember di Pendapa Wahyawibawagraha.
JEMBER, TADATODAYS.COM - Pemandangan berbeda terlihat di Pendapa Wahyawibawa Graha Kabupaten Jember. Jika biasanya masyarakat hanya bisa menikmati pendapa dari luar pagar, namun pada Selasa (8/4/2025) siang, suasana itu berubah total.
Ribuan warga terlihat berdatangan, antre rapi sejak pagi. Mereka menunggu giliran masuk ke dalam ruangan yang selama ini terasa begitu “jauh”, yakni pendapa yang menjadi jantung kekuasaan di Jember.
Untuk pertama kalinya, masyarakat bisa melangkah masuk, menyentuh langsung sisi dalam ruang pemerintahan yang biasanya diperuntukan untuk acara terbatas.
Adalah Bupati Jember Muhammad Fawait yang membuat terobosan ini. Laki-laki yang akrab disapa Gus Fawait itu menggelar open house dan halal bihalal di dalam pendapa. Sebuah momen yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Di masa Bupati Faida, acara halal bihalal hanya berlangsung di halaman belakang. Sementara pada era Bupati Hendy, kegiatan serupa digelar di kantor pemkab. Namun kali ini, pendapa dibuka sepenuhnya. Warga bebas masuk, berkeliling, bahkan naik ke lantai dua.
Menurut Dima Akhyar, panitia open house dan halal bihalal, ide untuk membuka pendapa ini datang langsung dari Bupati Gus Fawait.
Langkah ini dilakukan sebagai simbol bahwa bupati dekat dan mudah diakses oleh warganya. Dalam bahasa sederhana, kata Dima, Gus Bupati ingin memperpendek jarak dengan masyarakat dan mengetahui langsung apa yang diinginkan warganya.

“Pendapa ini adalah rumah rakyat, dan rakyat berhak untuk mengetahui dan melihat ruangannya. Ini adalah cara untuk lebih mendekatkan pemimpin dengan masyarakat," ujarnya.
Pendopo yang dulunya eksklusif, kini menjadi ruang temu yang hangat. Suasana pun terasa berbeda. Warga yang masuk ke pendopo tidak hanya bersalaman dengan Gus Fawait dan sang istri, Ning Gytha.
Mereka diajak berkeliling, mulai dari ruang tamu, ruang tengah, hingga lantai dua yang selama ini misterius bagi sebagian besar warga, kini terbuka.
Siti Maryam, warga Ledokombo, tak bisa menyembunyikan rasa takjubnya. “Saya baru pertama kali masuk ke pendopo. Dulu waktu Bu Faida, saya hanya sampai belakang. Sekarang bisa lihat langsung dalamnya. Rasanya seperti mimpi,” ucapnya, tersenyum sambil memandangi sekeliling.
Acara ditutup dengan jamuan sederhana di halaman depan pendapa. Hidangan disajikan untuk siapa saja yang hadir. Tidak ada batas, tidak ada sekat. Hanya rakyat dan pemimpinnya, duduk bersama.
Gus Fawait bukan hanya membuka pintu pendapa. Dirinya membuka ruang baru dalam relasi antara pemerintah dan masyarakat. Sebuah langkah kecil dengan makna besar, bahwa kekuasaan sejatinya memang milik rakyat. (dsm/why)




Share to
 (lp).jpg)