Podcast Kesehatan “Ngobras” Dinkes Kabupaten Probolinggo Bahas Sebaran HIV/AIDS

Hilal Lahan Amrullah
Hilal Lahan Amrullah

Sabtu, 18 Nov 2023 21:56 WIB

Podcast Kesehatan “Ngobras” Dinkes Kabupaten Probolinggo Bahas Sebaran HIV/AIDS

PAPARAN: Sekretaris KPA Kabupaten Probolinggo, Ismail panji saat paparan KPA Kabupaten Probolinggo di Provinsi Jawa Timur.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo kembali menggelar podcast kesehatan (Podkes) “Ngobras”. Kali ini topiknya adalah HIV/AIDS di Kabupaten Probolinggo. Podkes di studio podcast Dinkes Kabupaten Probolinggo itu menghadirkan narasumber Sekretaris KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Kabupaten Probolinggo Ismail Panji.

Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Probolinggo selama pandemi Covid-19, yaitu dari awal 2020, ada penurunan. Penurunan terjadi karena penurunan aktivitas pencarian kasus. Sebab, saat itu semua fokus menanggulangi Covid-19 yang sangat mematikan. 

“Memang ada penurunan. Karena pencarian kasusnya menurun, sehingga datanya menurun. Kita tidak mempercayai (penurunan, red) itu,” terang Ismail Panji dalam podkes Ngobras yang dipandu host Amelia Subandi itu.

PERTEMUAN: Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Probolinggo menggelar pertemuan manajer kasus.

DIjelaskan, selama Covid-19, manager kasus (MK) atau pendamping ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) diminta fokus untuk pemulasaraan jenazah korban Covid-19 di RSUD Waluyo Jati Kraksaan dan RSUD Tongas. Ada enam petugas yang dilibatkan. Bahkan satu hari bisa 12 orang yang harus dimandikan.

“Kadang-kadang sulit karena tidak diterima masyarakat dan sebagainya. Sehingga teman-teman MK yang perempuan juga ikut mengangkat peti jenazah ke liang lahat. Tetapi lama kelamaan, koordinasinya bagus. Ada pembagian kerja dengan pemerintah desa, itu semua selesai. Syukur Alhamdulillah tidak ada satupun (MK, red) tertular meninggal karena Covid-19,” ungkap Ismail.

Sementara, sampai 2023 data KPA menyebut ada 2.600 penderita HIV/AIDS di Kabupaten Probolinggo.  Dari jumlah itu, sekitar 800 orang sudah meninggal. Jadi, masih ada sekitar 1800 orang yang masih hidup. “Kalau mereka mau secara istikamah mengkonsumsi anti retroviral (ARV), insya Allah akan hidup panjang. Kita ada data usia (ODHA, red) tertua 69 tahun. Karena mereka konsisten mengonsumsi obatnya,” jelasnya.

Selama ini KPA Kabupaten Probolinggo terbilang salah satu dari sekian saja KPA di daerah-daerah yang masih aktif. KPA Kabupaten Probolinggo intens bekerja bersama pemerintah menanggulangi HIV/AIDS. 

Danah hibah untuk KPA Kabupaten Probolinggo tiap tahun Rp 210 juta sampai Rp 220 juta. Bahkan pada tahun 2024 akan digelontor Rp 350 juta, agar lebih maksimal. Kedepan akan dilakukan sosialisasi kepada remaja dan sebagainya.

“Di Bandung waktu itu ribut ada 410 mahasiswa terkenan HIV/AIDS. Ternyata itu jumlah kumulatif dari beberapa tahun sebelumnya. Akhirnya Pak (mantan, red) Wabup Timbul memerintahkan sosialisasi kepada para remaja yang dianggarkan tahun depan,” tegas Ismail.

Lalu bagaimana sebaran kelompok pengidap HIV/AIDS saat ini? Ismail Panji menyatakan, baik secara nasional, provinsi, dan kabupaten, termasuk di Kabupaten Probolinggo, semua hampir sama, yaitu ibu rumah tangga. Mereka tertular karena suaminya suka “jajan di luar”.

“Inilah sebetulnya yang masih banyak terjadi di masyarakat. Sedangkan usia terbanyak adalah usia produktif pada usia 15 tahun, 20 tahun hingga 49 tahun. Itu kan usia produktif. Kalau usia tua seperti saya tidak apa-apa, tetapi ini kan sayang. Mereka harapan bangsa, masih bermanfaat. Menurut saya kita tidak bisa diam bersama pemerintah, masyarakat dan semua lembaga non pemerintah yang peduli ini, harus semua,” tegasnya.

PENYULUHAN: Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Probolinggo, Ismail Panji (berdiri) melakukan penyuluhan di SMK Negeri 1 Banyuanyar.

Adapun triger awal atau pemicu HIV AIDS di Kabupaten Probollinggo adalah hubungan heteroseksual. Dimana HIV AIDS itu banyak ditularkan dari tempat-tempat prostitusi yang spotnya sudah tidak ada. Meskipun tempat transaksi prostitusi tersebut masih ada secara tersembunyi.

“Mereka sudah memakai HP. Tahun kemarin kita melakukan survey, ternyata dulu yang namanya hotspot (tempat transaksi seks, red), itu di bawah 40 jumlahnya, sekarang ada 70 lebih tempat hotspot melalui online. Ini memang mengkhawatirkan, data ini dari Dinas Kesehatan bidang P2P, jadi akurat,” jelasnya.

Mirisnya, para hidung belang itu melakukan hubungan heteroseksual tanpa alat kontrasepsi dan merasa sehat. Parahnya, penularan HIV AIDS turun temurun kepada anaknya. Sekarang ibu-ibu pengidap HIV AIDS dilakukan skrining pada masa kehamilannya. “Jadi lebih hati-hati. Misalnya ada ibu pengidap ODHA, maka dia tidak bisa lahir secara normal, harus secara caesar, supaya tidak beresiko tertular. Kalau ditanya pengidap HIV AIDS paling muda, ya bayi itu,” ungkapnya.

KPA bersama OPD di lingkungan Pemkab Probolinggo menangani secara koordinatif. Ada Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, RSUD Waluyo Jati, RSUD Tongas, dan Dinas Tenaga Kerja serta berbagai macam OPD lainnya.

NARASUMBER: Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Probolinggo, Ismail Panji menjadi narasumber pada Pembinaan dan Pengembangan Mahasiswa Baru (PAMABA) FISIP Universitas Panca Marga.

“Keroyokan itu dalam rangka mencairkan masalah ini. Yang saya tahu Dinkes melalui puskesmas, itu melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat. Termasuk ada kelompok warga peduli AIDS (WPA). Itu melakukan kegiatan sosialisasi, pendampingan. Upaya dimulai dari preventif, kuratif, dan rehabilitasi,” ujarnya.

Sedangkan untuk rehabilitasi, dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo. Salah satu upayanya adalah rumah singgah yang berlokasi di sekitar RSUD Waluyo Jati Kraksaan. Rumah singgah berfungsi untuk menampung orang-orang yang mau melahirkan. “Khususnya mereka yang rumahnya jauh,” tegasnya.

Alienasi atau stigma masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS sampai kini masih ada. Tetapi sudah banyak orang berubah. “Tidak semua orang menstigma, tetapi tetap ada kekhawatiran,” terang Ismail.

Upaya pencegahan yang efektif adalah absinen atau puasa dari kegiatan beresiko terhadap HIV AIDS. Selanjutnya be faithful atau percaya kepada pasangan. Kemudian tidak menggunakan drug. Sedangkan bagi yang terkena HIV/AIDS, mau tidak mau jika ingin sehat dan berkarya serta beraktivitas, maka harus mengonsumsi ARV selamanya. (*/hla/why)


Share to