Sanggar Padepokan 22, Lestarikan Seni Tari Kota Probolinggo

Alvi Warda
Alvi Warda

Thursday, 14 Apr 2022 20:05 WIB

Sanggar Padepokan 22, Lestarikan Seni Tari Kota Probolinggo

TARI: Soviatun Fatimatuzzuhro (kanan, berdiri) tak kenal lelah untuk menularkan kemampuannya di bidang seni tari kepada anak-anak Sanggar Padepokan 22. Kini, sanggar yang ia dirikan bersama suaminya, Ulil Fuad Athoillah, itu telah berusia 15 tahun.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Sanggar Padepokan 22 menjadi salah satu sumber lahirnya penari-penari muda, dari Kota Probolinggo.  Sanggar yang diasuh pasangan suami-istri seniman ini berdiri sejak 2007, dan sampai kini tetap eksis melestarikan seni tari Kota Probolinggo.

Mulanya, pendiri sanggar menyayangkan anak-anak yang justru lebih suka menari jenis tari-tarian dari negara luar. Berangkat dari rasa itu, bedirilah Sanggar Padepokan 22 yang bermarkas di Jl. Krakatau, Kelurahan Triwung Kidul, Kec. Kademangan Kota Probolinggo.

Namanya Soviatun Fatimatuzzuhro, perempuan asli Triwung Lor itu merupakan pendiri Sanggar Padepokan 22. Saat ditemui pada minggu (27/03/2022), Sovi, mengaku mendirikan sanggar bersama suaminya, Ulil Fuad Athoillah.

Sovi yang berprofesi sebagai guru, melihat di setiap acara akhir tahun sekolah, anak-anak cenderung tidak menari tari-tarian khas Kota Probolinggo. Bahkan anak-anak tersebut tidak suka mendengarkan lagu-lagu daerah sendiri.

Dengan Sanggar Padepokan 22 yang mereka dirikan, kini ada kurang lebih 50 anak yang rutin berlatih, dengan 4 pelatih. Mereka tidak hanya berasal dari daerah sekitar Triwung Lor, namun sudah meluas ke daerah lainnya. “Saya selalu tidak pernah melihat anak menari tradisional. Malah dance sama nari india. Anak anak tidak suka mendengarkan lagu-lagu budaya kita sendiri. Dari itu saya dan suami ingin mengenalkan budaya sendiri, sekarang sudah sampai meluas ke Kota Probolinggo,” katanya.

Sanggar Padepokan 22 melahirkan dua karya tari sebanyak dua jenis setiap tahun. Sovi menghitung, sudah ada 30 karya yang diciptakan dirinya dan suaminya. Karya-karya itu lalu ia bawakan ketika Sanggar Padepokan 22 tampil atau diundang sebagai perwakilan Kota Probolinggo.

Bahkan pandemi pun tidak menghalanginya untuk tetap berkarya. Sejak tahun 2020 hingga sekarang, ada 3 tari yang berhasil diciptakan. Ada “Ngenom Jemoh” di tahun 2020, “Minion Jaran Bodhak” di tahun 2021, dan di tahun 2022 ini, Padepokan 22 menciptakan tari “Berkebun di Masa Pandemi”.

Sovi berujar, setiap sanggar tari memang memiliki ciri khas sendiri. Di Padepokan 22, tari-tarian terlihat lebih fresh karena gerakannya yang sangat ekspresif. Ciri khas itu mencerminkan semangatnya ketika sudah tenggelam menciptakan tari-tarian.

Di akhir wawancara, Sovi menyampaikan saran agar pemerintah kota merangkul sanggar-sanggar seni yang ada di Kota Probolinggo. Menurutnya, jika memang ada APBD untuk sanggar-sanggar kesenian, pemerintah seharusnya menaunginya. “Sanggar di kota ayo dirangkul, kalau memang ada APBD untuk sanggar sanggar kesenian, marilah kita dinaungi,” ucapnya.

Sovi mengaku iri dengan bidang olahraga. Pasalnya, dana yang pemerintah keluarkan bisa mencapai milyaran rupiah. Namun untuk kebudayaan, khususnya kesenian, seakan tidak ada yang peduli.

Hal itu ia sampaikan karena ingin bersama-sama, memajukan Kota Probolinggo. Lalu, Sovi juga menyemangati seniman-seniman di Kota Probolinggo. Walau krisis kegiatan di masa pandemi, ia berharap dirinya  dan sanggar lainnya tetap berkarya. “Saya ingin bersama maju untuk memajukan Kota Probolinggo. Kepada seniman semangat, krisis kegiatan di masa pandemi mari tetap berkarya,” ujarnya. (alv/don)


Share to