93 Anak di Jember Jadi Korban Kekerasan sepanjang 2024, Didominasi Perempuan

Dwi Sugesti Megamuslimah
Dwi Sugesti Megamuslimah

Wednesday, 30 Oct 2024 18:34 WIB

93 Anak di Jember Jadi Korban Kekerasan sepanjang 2024, Didominasi Perempuan

JEMBER, TADATODAYS.COM - Kasus kekerasan yang menimpa anak di Jember terbilang marak. UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) DP3AKB Jember mencatat per September 2024 setidaknya ada 93 anak menjadi korban kekerasan. Korban didominasi oleh perempuan.

Hal itu diungkapkan Kepala UPTD PPA Jember Poedji Boedi Santoso. Ia menuturkan, total jumlah kasusnya mencapai 182 kasus. Lantaran satu korban bisa mengalami dua kasus atau lebih. "Jadi satu anak bisa mendapatkan dua kasus sekaligus. Biasanya kekerasan seksual dan psikis," katanya, Rabu (30/10/2024).

Dari jumlah korban itu, kata dia, sebanyak 84 korban kekerasan anak adalah perempuan, dan 9 sisanya anak laki-laki. Kasus terbanyak yang masuk menyangkut kekerasan psikis kepada anak, yakni ada 90 pelaporan. Sementara kekerasan seksual tercatat ada 74 pelaporan.

Pihaknya juga tercatat kasus lain seperti penelantaran anak dan trafficking masing-masing dua pelaporan dengan korban merupakan perempuan.

Boedi mengakui terdapat peningkatan kasus kekerasan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan kasus ini merupakan bukti bahwa masyarakat sudah mulai sadar dan peduli terhadap kasus-kasus tersebut.

"Sebenarnya bukan peningkatan kasusnya, tapi orang yang mengerti bahwa kasus kekerasan pada perempuan dan anak harus dilaporkan, terlebih kekerasan seksual. Orang sudah mulai sadar dan terbuka terkait hal itu," urainya.

Lebih lanjut Boedi mengungkapkan, dari pelaporan yang masuk tahun lalu, korban kekerasan anak berjumlah 113 anak. Masih ada kemungkinan jumlah korban tahun ini akan melebihi tahun lalu.

"Kekerasan kepada anak harus segera dilaporkan agar mendapat penanganan yang tepat," imbuhnya.

Meskipun, kata dia, kesadaran masyarakat belum sampai seratus persen, pihaknya mengaku akan terus mendorong kepekaan masyarakat terkait kasus-kasus kekerasan serupa.

"Memang masih ada, tidak bisa 100 persen menyadarkan. Terlebih kekerasan seksual yang sampai hamil akhirnya cuma dinikahkan. Padahal itu bukan solusi. Yang ada nanti malah nambah kasus lagi," jlretrehnya. (dsm/why)


Share to