Berbeda dari Sekolah Biasa, Sekolah Rakyat Terapkan Sistem Asrama dan Pembinaan Karakter

Dwi Sugesti Megamuslimah
Dwi Sugesti Megamuslimah

Tuesday, 29 Jul 2025 16:23 WIB

Berbeda dari Sekolah Biasa, Sekolah Rakyat Terapkan Sistem Asrama dan Pembinaan Karakter

Kepala Dispendik Jember Hadi Mulyono

JEMBER, TADATODAYS.COM - Dinas Pendidikan (Dispendik) Jember mulai menyiapkan pelaksanaan Sekolah Rakyat (SR). Ini merupakan program pendidikan khusus yang menyasar anak-anak dari keluarga miskin ekstrem.

Kabupaten Jember bakal menjadi salah satu dari 100 sekolah percontohan secara nasional untuk program SR. Bukan sekadar program uji coba nasional, Sekolah Rakyat hadir dengan sistem yang berbeda dari sekolah formal pada umumnya.

Kepala Dispendik Jember Hadi Mulyono menyebut, pendekatan Sekolah Rakyat lebih menyeluruh. Selain belajar di kelas, siswa juga tinggal di asrama dan dibina lewat pola hidup berkelompok. "Tidak hanya akademik, anak-anak juga dilatih komunikasi, tanggung jawab, dan pembiasaan hidup bersama,” jelas Hadi, Selasa (29/7/2025).

Salah satu perbedaan paling mencolok, kata dia, terletak pada konsep asrama. Jika sekolah reguler hanya fokus pada pembelajaran di ruang kelas, Sekolah Rakyat menggabungkan pendidikan formal dan pembinaan karakter secara intensif. “Yang dibentuk bukan hanya pengetahuan, tapi juga mental dan perilaku sosialnya,” tambahnya.

Selain sistem pembelajaran, proses seleksi siswa juga berbeda. Sekolah Rakyat hanya menerima peserta didik dari keluarga miskin ekstrem yang terdata dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

Saat ini, lanjut Hadi, proses penjaringan sudah dimulai. Sejumlah siswa telah mengikuti masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) sembari menjalani pemeriksaan kesehatan dan pendataan kebutuhan perlengkapan belajar.

Program ini diharapkan mampu menjangkau anak-anak yang selama ini tersisih dari sistem pendidikan formal. “Target kami adalah anak-anak yang rawan putus sekolah karena kondisi ekonomi. Sekolah Rakyat menjadi alternatif agar mereka tetap punya akses pendidikan,” tegas Hadi.

Sementara itu, Dispendik Jember juga sedang melakukan pemutakhiran data anak putus sekolah. Pasalnya, di tahun 2024, tercatat sekitar 22 ribu anak di Jember tidak lagi mengenyam pendidikan. Banyak di antaranya berasal dari wilayah terdampak pandemi.

"Kami temukan banyak kasus, anak putus sekolah karena ditinggal orang tuanya kerja di luar kota saat pandemi. Anak-anak ini akhirnya tinggal dengan nenek atau kerabat, dan tidak lanjut sekolah,” ungkap Hadi.

Bagi anak yang sudah lewat usia sekolah, pihaknya mempersiapkan program kejar paket plus pelatihan keterampilan. Dispendik menggandeng Disnaker, PKK, hingga KLK untuk memberi pelatihan sesuai minat siswa.

“Pendidikan formal tetap penting. Tapi untuk yang sudah tak mungkin kembali ke sekolah reguler, kita bekali dengan keterampilan. Minimal mereka siap hidup mandiri,” katanya. (dsm/why)


Share to