Film “Silence” Ketika Korupsi Dianggap Biasa, Akan Jadi Media Kampanye Pemkab Jember

Andi Saputra
Thursday, 14 Dec 2023 12:46 WIB

JEMBER, TADATODAYS.COM - Film “Silence” menjadi persembahan spesial dari Jember untuk merayakan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) 2023. Film pendek ini diproduseri oleh Kepala Inspektorat Pemkab Jember Ratno C Sambodo dan disutradari oleh Bobby Rahadyan.
Menampilkan tokoh utama bernama Drajat yang diperankan oleh Sulung Lukman, pegiat teater alumnus FIB Unej. Para penonton pada awal film akan diajak melihat dari dekat bagaimana penerima peserta didik baru (PPDB) di sekolah SMA Nusantara, sebuah sekolah swasta favorit di daerah tersebut.
Di dalam film ini, Drajat yang merupakan seorang lurah tengah dihadapkan pada dua pilihan. Pertama, tetap menyekolahkan anaknya di sekolah favorit, namun harus “membeli bangku” dengan harga tinggi, atau kedua, membujuk anaknya, Septi yang diperankan oleh Aiga Syirli Nadzifa, agar memilih sekolah lain.
CUPLIKAN: Adegan Salam (kiri) dengan Drajat didampingi Septi anak Drajat.
Dua pilihan itu bagi Drajat jelas sama tidak mengenakanya. Harga bangku yang semula Rp 5 juta oleh oknum sekolah bernama Salam dinaikan menjadi Rp 8,5 juta. Harga yang cukup mahal bagi Drajat yang hanya seorang lurah.
Terjadi dialog yang cukup emosional dan mungkin terasa sangat dekat bagi orang tua yang tahun ini juga menyekolahkan anaknya ke jenjang SMA. Dialog antar Salam yang diperankan oleh Andre Gepeng dengan Drajat berdurasi hampir 4 menit.
Salam yang merupakan tangan kanan Kepala sekolah sedikit memaksa dengan memberi pilihan pada Drajat, jika “beli bangku” tidak segera dibayar, maka bangku akan segera dijual kepada calon siswa lain.
Drajat, harus memilih. Septi, yang terlihat amat takjub dengan sekolah pilihanya. Membuat empati Drajat sebagai seorang ayah terdorong untuk segera mengamini pungutan liar yang ditawarkan Salam.
Pada adegan tawar menawar harga bangku ini, visual menampilkan mimik wajah Septi dengan teknik close-up. Sinematografi yang cukup detail, membuktian film ini digarap dengan serius.
Keputusan Drajat membeli bangku untuk anak pertamanya, ternyata merupakan dasar bagi Drajat untuk melakukan hal yang sama. Sebagai lurah di Sumberwaras, tanda tangan dan keputusannya dapat memberikan legitimasi untuk banyak hal di kelurahanya.
NONTON: (Dari kiri) Kepala Inspektorat Jember Ratno C Sambodo, Wakil Bupati Gur Firjaun, Bupati Hendy Siswanto, dan Sekda Hadi Sasmito usai menonton film Silence.
Benar saja. Datang salah seorang warga bernama Winarko seorang mafia urusan tanah dan perizinan yang diperankan oleh Cahyo Firman Bagaskoro. Drajat tegas dan keras memberi harga pemercepat urusan alias pungutan liar. Persis dengan apa yang dilakukan Salam kepadanya.
Ketegangan mulai meningkat pelan, tatkala istri Drajat pada saat diruang tamu bersama ketiga anaknya, mempertanyakan keputusan-keputusan Drajat. Aspek ini menjadi salah satu yang paling menonjol. Pada adegan dialog intim antara Drajat dengan istrinya, penonton diajak berfikir sejenak. Bahwa dalam satu keluarga, intuisi seorang istri sekaligus ibu, secara umum dan alamiah merupakan pusat nilai moral dan etika.

Pada adegan lainnya, ketegangan juga mulai muncul di sisi Salam yang mendapat teguran keras dari atasannya, kepala sekolah bertubuh tambun yang diperankan Winardyasto Hari K. Kepala sekolah marah besar. Lantaran pungutan liar PPDB mulai menyeruak ke media massa. Salam mencoba meredam amarah kepala sekolah dengan harapan posisinya sebagai TU sekaligus tangan kanan petinggi sekolah tidak diberhentikan.
Mungkin karena film pendek, adegan secara tiba-tiba ditingkatkan ketegangannya. Dimana, SMA Nusantara didatangi tim saber pungli dan juga digeruduk warga. Kepala sekolah beserta Salam sang eksekutor pungli, digelandang oleh tim saber pungli.
Tak berselang lama, Drajat juga digelandang oleh tim saber pungli. Pada bagian ini sinematografi dibuat riuh. Kemudian visual dirahkan detail memperlihatkan bu Drajat bersama Septi, Adit, dan satu anaknya yang masih bayi menangis melihat suaminya terkena operasi tangkap tangan (OTT).
Di akhir film, adegan diberhentikan di meja makan. Tempat yang menyimbolkan keharmonisan keluarga berubah menjadi kering penuh nestapa. Bu Drajat terlihat kalut matanya kosong sembari menyuapi anaknya yang masih bayi. Ini adalah pesan terkuat dalam film ini. Membangkitkan empati penonton juga bisa menarik pelan air mata.
Dari segi cerita, Silence memang menghadirkan kisah sederhana mengenai proses PPDB dan pengurusan izin di kelurahan. Namun justru pesan terkuat hadir karena kesederhanaan tersebut.
Film Silence memang fiktif sebagai karya audio visual, namun nyata dalam perpektif sosiologis. Sebab punguatan liar memang kerap terjadi di sekolah dan pemerintah kelurahan atau desa. Pungutan liar yang kerap terjadi itu, dianggap biasa atau lumrah oleh masyarakat. Mereka memilih diam karena tidak ingin ketiban repot jika melapor atau melawan.
Karena itulah film Silence yang digarap oleh Imajitujuh ini memberikan sub judul “Tidak Selalu Diam Itu Emas”. Sub judul ini dimaksudkan agar masyarakat tidak bersikap permisif atas banyaknya pungutan liar yang terjadi di sekitar. Film ini mengajak semua yang menontonnya untuk bersuara dan bergerak melawan dan ikut berperan aktif membrantas prilaku koruptif.
Secara keseluruhan pesan dalam film Silence dapat ditangkap oleh penonton. Anni Munawar sebagai script-writer dan pengadeganan cukup berhasil menegaskan pesan di setiap dialog dan adegan. Hanya saja, detail-detail adegan dalam film belum berhasil dieksplorasi secara maksimal.
Meski berdurasi pendek, film Silence lebih dari cukup untuk dijadikan film refleksi dalam peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia.
Pada penayangan perdana film silence di bioskop kota Cinema Jember, Rabu (13/12/2023), penyelenggara mengudang sekitar 1.000 penonton. Mereka terdiri dari pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), camat, kepala desa, kepala sekolah, dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
Ratno selaku executive producer kepada tadatodays mengatakan, film pendek berdurasi 15 menit ini merupakan film hasil produksi tim saber pungli Jember. Tim ini terdiri dari Pemkab Jember, Kejaksaan, Pengadilan, Dandim, Polres, dan DPRD.
Pihaknya berkeyakinan bahwa film merupakan media yang cukup efektif dan efisien untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya korupsi. Karena itulah, film silence nantinya akan didistribusikan ke seluruh OPD dan 31 Kecamatan, serta akan dijadikan media sosialiasi ke Sekolah-sekolah yang ada di Jember.
“Kadang kita permisif, kita tidak peduli terhadap pungli. Melalui film ini kita ingin mengingatkan kembali soal nilai-nilai etika dan moral,” katanya.
Sementara, Bupati Jember Hendy Siswanto menuturkan, kampanye kreatif melalui film atau medium kreatif lainya harus diperbanyak. Ia mengajak para pegiat industri kreatif untuk membuat hal-hal baru yang sama kreatif dan edukatifnya sebagaimana film Silence “Tidak Selalu Diam Itu Emas”.
”Ini bagus sekali. Sangat inspiratif dan bisa jadi bahan untuk sosialisasi anti korupsi,” kata Bupati Hendy usai menonton film Silence. (as/why)

Share to
 (lp).jpg)