Harga Gabah Naik, Sejumlah Produsen Beras di Pasuruan Mandek Produksi

Amal Taufik
Amal Taufik

Friday, 04 Jul 2025 14:06 WIB

Harga Gabah Naik, Sejumlah Produsen Beras di Pasuruan Mandek Produksi

BERAS: Salah satu gudang produsen beras di Pasuruan. (Foto: Istimewa)

PASURUAN, TADATODAYS.COM - Sejumlah produsen beras di Kabupaten Pasuruan berhenti produksi. Penyebabnya, harga gabah yang dianggap terlalu tinggi.

Ketua Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Pasuruan Fegi Sudarianto mengungkapkan, harga jual gabah batas bawah dari petani yang telah diatur pemerintah sebesar Rp 6.500 per kilogram. Namun yang terjadi saat ini harga gabah mencapai Rp 7.300 hingga Rp 7.500.

Menurut Fegi, dengan harga gabah sebesar itu, untuk memrosesnya menjadi beras medium, harga pokok produksi (HPP) yang dikeluarkan melebihi harga eceran tertinggi (HET) beras medium yakni Rp 12.500 per kilogram.

"Kalau kami beli gabah hari ini dengan asumsi Rp 7.300 hingga Rp 7.500, HPP kami bisa Rp 13 ribu lebih. Bahkan Rp 14 ribu," kata Fegi, Jumat (4/7/2025).

Fegi, yang juga pemilik CV Barokah Gemilang produsen beras merek Mega Abadi, menyebut jika memaksakan produksi, pengusaha bakal merugi. Pilihan lainnya, menjual dengan harga di atas HET. Namun, hal tersebut tentu melanggar ketentuan.

TATA: Karyawan menata stok beras di gudang. (Foto: Istimewa)

Oleh karena itu, akhirnya, pengusaha beras seperti dirinya memilih untuk memutuskan untuk berhenti produksi sementara. Ia tidak ingin melanggar ketentuan yang sudah diatur.

"Daripada kerja rugi, kami memutuskan berhenti sementara. Harapan kami, pemerintah segera mengambil langkah terhadap fenomena ini. Apalagi di daerah, teman-teman lebih banyak memproduksi beras medium karena konsumennya cukup besar," imbuh Fegi.

Namun, tidak semua pengusaha beras berhenti produksi. Dian, pengusaha beras di wilayah Kecamatan Pasrepan, menyebut dirinya masih melakukan produksi, tetapi dengan kuantitas tidak sebesar sebelumnya.

Ia membenarkan jika kondisi saat ini serba bingung. Produsen beras sulit untuk memenuhi HET yang ditentukan pemerintah dengan harga gabah yang ada saat ini. Bahkan ia mengaku seringkali merugi.

"Kalau dihitung, harusnya saya jual di angka Rp 13.700 sampai Rp 14.000, baru itu dapat untung sedikit. Ya saat ini memang saya masih produksi, hanya saja tidak berani banyak," kata Dian.

Kabid Ketahanan Pangan pada Dinas Pertanian Kabupaten Pasuruan Mardiansyah mengungkapkan, pihaknya sudah mengetahui hal ini. Namun belum bisa menyimpulkan apa penyebab harga gabah naik.

"Untuk secara pasti belum tahu. Apakah permainan tengkulak atau kondisi yang bagaimana sehingga harganya di atas Rp7.000. Padahal satu bulan yang lalu masih Rp6.500," ujar Mardiansyah.

Ia mengaku masih menunggu kebijakan dari pemerintah pusat. Namun dalam waktu dekat, kata dia, beras SPHP dari Perum Bulog akan diluncurkan.

"Mudah-mudahan segera meluncur beras SPHP. Kalau ketersediaan di pasar sekarang masih banyak, tapi itu nanti beras yang diluncurkan Bulog untuk antisipasi agar tetap stabil, ketersediaan di pasar tidak sampai kekurangan, harga tidak sampai melambung," imbuh Mardiansyah. (pik/why)


Share to