Pedagang Pasar Tanjung Jember Keluhkan Harga Beras Tak Stabil dan Pasokan Seret

Dwi Sugesti Megamuslimah
Wednesday, 09 Jul 2025 13:27 WIB

PASAR TANJUNG: Salah satu aktivitas lapak pedagang beras di Pasar Tanjung, Jember.
JEMBER, TADATODAYS.COM - Harga beras di Pasar Tanjung Jember masih bervariasi di tengah kabar penurunan harga yang digaungkan pemerintah. Salah satu pedagang, Hamidah, mengaku menjual beras dengan harga lama, karena belum sempat kulakan ulang akibat pasokan yang tersendat.
Menurut Hamidah, harga beras yang dijual saat ini berada di kisaran Rp 60 ribu hingga Rp 68 ribu per 5 kilogram, bergantung kualitas. Untuk beras premium, ia menyebut harganya masih sekitar Rp 67 ribu hingga Rp 68 ribu.
"Hari ini saya belum kulakan lagi. Jadi masih jual harga kemarin. Premium itu 67–68 ribu,” ujarnya saat ditemui di lapak Pasar Tanjung, Rabu (9/7/2025).
PEDAGANG: Hamidah, salah satu pedagang beras di Pasar Tanjung.
Hamidah menyebut harga beras sempat naik sekitar seminggu sebelumnya, dipicu kabar kenaikan harga gabah. “Naiknya tempo hari sampai Rp400 per kilo katanya. Itu beda-beda sih tiap kualitas. Terus katanya mau turun, sampai Rp200–300 (per kilo). Itu anjuran pemerintah,” jelasnya.

Ia juga mengeluhkan pasokan beras yang belakangan tersendat. Menurut informasi yang ia terima dari sesama pedagang dan penggilingan, ada yang menghentikan produksi karena harga bahan baku gabah masih mahal sementara ada tekanan untuk menjual beras lebih murah.
“Katanya itu ditekan harga. Bahan mahal, disuruh jual murah. Ya akhirnya mereka enggak produksi,” ujarnya.
Hamidah mengaku mendapat kabar bahwa beberapa selep atau penggilingan di Jember bahkan berhenti berproduksi selama tiga hingga empat hari terakhir. Namun ia menegaskan informasi itu ia peroleh lewat percakapan di grup WhatsApp pedagang dan belum dicek langsung ke lapangan.
“Katanya di WA enggak produksi. Karena bahan mahal tapi jualnya disuruh murah. Tapi saya sendiri belum pulaan lagi,” tambahnya.
Kondisi pasar yang sepi juga dikeluhkan Hamidah. Menurutnya, penurunan daya beli diperparah oleh ketersediaan barang yang makin terbatas. “Sekarang sepi banget pasarnya. Barangnya juga enggak ada. Suruh jual murah tapi bingung jadinya,” keluhnya.
Hamidah menuturkan ia akhirnya hanya menjual stok seadanya sambil menunggu kepastian harga dan pasokan. “Saya juga enggak tahu selanjutnya gimana. Mau jual ya seadanya ini sudah,” katanya. (dsm/why)

Share to
 (lp).jpg)