Pedagang Pujasera Alun-Alun Kota Probolinggo Curhat, Sepi Pembeli hingga Khawatirkan Bangunan

Alvi Warda
Alvi Warda

Tuesday, 07 Jan 2025 06:42 WIB

Pedagang Pujasera Alun-Alun Kota Probolinggo Curhat, Sepi Pembeli hingga Khawatirkan Bangunan

PUJASERA: Ira, pedagang Pujasera Alun-Alun Kota Probolinggo menunjukkan titik lokasi yang bocor saat hujan.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Tidak ada habisnya keluhan-keluhan para pedagang kaki lima, yang menempati Pujasera Alun-Alun Kota Probolinggo. Saat dikunjungi pada Senin (6/1/2025), mereka curhat soal sepi pembeli hingga kondisi bangunan yang memprihatinkan.

Pujasera Alun-Alun Kota Probolinggo terletak di sisi timur alun-alun. Pujasera itu diresmikan pada Maret 2023, dicanangkan konsep pujasera kekinian disertai live music. Namun, saat ini tidak terlaksana.

Dalam pantauan tadatodays.com pada Senin sekitar pukul 16.00 WIB, tidak semua lapak beroperasi. Kebanyakan mangkrak dan tidak berpenghuni. Beberapa gerobak atau stan meja ditutupi kain.

Begitupun di lantai atas, kosong tidak berpenghuni. Bahkan, pagarnya digembok. Namun akan dibuka jika menjelang maghrib oleh juru kunci.

Pedagang masih mengeluh sepi pembeli. Salah satunya diungkap Rokati, penjual minuman seperti aneka kopi, menempati lapak lantai bawah di sisi selatan. Ia, dulunya merupakan PKL yang berada di sisi timur alun-alun. "Sepi sampai sekarang. Ini baru aja ada pembeli 1 orang," ucapnya.

Selain sepi, warga Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Mayangan itu juga mengeluh soal efisiensi bangunan. Pasalnya, sering kali hujan abu menimpa stannya. "Kalau ada bocil-bocil di atas itu, duh abunya mbak ke bawah, saya nesu banget," katanya.

Meski digembok, Rokati mengatakan ada saja cara anak-anak menuju pujasera lantai atas. "Kayaknya sih manjat pagarnya itu loh. Kan dari tangga gak terlalu tinggi kan," tuturnya.

Rokati harus membayar Rp 90 ribu perbulan, sebagai retribusi. Menurutnya, tidak seimbang dengan penghasilan sebulan. "Ya kadang molor. Gimana lagi, lha wong gak cukup. Katanya dulu mau ada live musik, tapi ya gak ada. Terus PKL yang atas itu pada kembalu lagi ke trotoar, dibolehkan," ucapnya.

Ibu berusia 30 tahun ini berharap, Pemerintah Kota Probolinggo bisa memikirkan nasib pedagang pujasera yang masih bertahan. "Minimal iki lho mbak, pedagang yang gak jualan disuruh angkut aja bedaknya, biar gak kumuh," tuturnya.

Ira, pedagang lainnya di pujasera, juga mengeluh. Pedagang nasi lalapan ini mengeluh ketika hujan deras terjadi di Kota Probolinggo. Menurutnya, atap yang juga menjadi lantai dua itu bocor. "Parah kalau hujan deras," katanya.

Dari rekaman video miliknya, air memang mengucur dari lantai dua. Itu terjadi beberapa minggu lalu, saat hujan deras. Ira dan pedagang lainnya kerepotan menutupi bedaknya. "Kecipratan ke bedak-bedak itu," tuturnya.

Tak hanya saat hujan, menurut Ira kondisi bangunan pujasera terlihat memprihatinkan. Beberapa pojok atap terlihat berlubang. "Yaapa kalau ambrol, udah sepi, masak roboh," ujarnya.

Belum lagi, lanjut Ira, lampu milik pujasera itu mati atau remang-remang ketika malam. "Kan ini katanya itu, jalurnya ke penerangan jalan umum, jadi gak tahan lama. Ya saya punya sendiri lampu," katanya.

Alhasil, selain membayar retribusi sebanyak 90 ribu, ia terkadang harus menanggung biaya lampu pribadi sebesar 50 ribu perbulan. "Kalau ditanya nutut apa ndak, jelas ndak, molor bayarnya," ujarnya.

Setiap ada keluhan, pedagang akan menyampaikan pada koordinasi lapangan pujasera untuk disampaikan pada dinas terkait. "Ya meskipun gak ada tindakan, ya ditinggal ini wes dari lama jadi pedagang, mau kerja apa lagi. Harapannya, semoga wali kota baru, ada solusi terbaik," tuturnya. (alv/why)


Share to