Refleksi Hari Koperasi ke-74; Bertransformasi Menjadi Koperasi Berbasis Digital dan Korporasi

Zainul Rifan
Zainul Rifan

Monday, 12 Jul 2021 14:16 WIB

Refleksi Hari Koperasi ke-74; Bertransformasi Menjadi Koperasi Berbasis Digital dan Korporasi

TRANSFORMASI: Kepala Dinkop Kabupaten Probolinggo Anung Widiharto mendorong koperasi di wilayahnya bertransformasi menjadi koperasi berbasis digital.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, atau sejak 2016 lalu, peran koperasi di wilayah Kabupaten Probolinggo untuk menjadi tameng perekonomian rakyat, dinilai semakin meningkat. Bahkan koperasi disebutkan dapat menjadi garda terdepan untuk membantu perekonomian masyarakat.

Hal itu diakui oleh Kepala Dinas Koperasi (Dinkop) Kabupaten Probolinggo Anung Widiarto dalam perbincangan dengan  tadatodays.com pada Jumat (9/7/2021) lalu. Ia menyampaikan bahwa peningkatan itu memang sudah disemangati sejak awal. Dinas Koperasi dan koperasi-koperasi setempat bersepakat memajukan koperasi.

Dengan begitu, Dinkop juga memberikan pembinaan yang terfokus pada tiga aspek, yakni  keorganisasian, usaha dan keuangan permodalan. Sehingga arahnya dapat memperkuat permodalan koperasi secara internal dan eksternal.

Anung menerangkan, ada setidaknya 793 koperasi di Kabupaten Probolinggo, terhitung sejak 31 Desember 2020 lalu. Ratusan koperasi itu sudah terdata di Dinkop setempat, dan sudah mempunyai badan hukum. Hanya, dari jumlah tersebut tidak aktif keseluruhan. "Yang aktif hanya 664 koperasi," terangnya.

Menurut Anung, ada dua faktor yang menjadi penyebab tidak aktifnya sebuah koperasi. Pertama yakni pemahaman jati diri pada koperasi itu sendiri. Pengurus koperasi harus mengetahui dan paham jati diri koperasi. Contohnya koperasi tidak hanya bergerak di simpan pinjam, melainkan juga usaha dan lainnya.

Faktor kedua, penerapan komitmen koperasi yang tidak berjalan. Artinya pengelola sebuah koperasi, harus mempunyai komitmen yang baik untuk memajukan koperasi. Jika tidak, maka koperasi akan jalan di tempat, tidak berkembang, bahkan tidak berjalan sama sekali.

Untuk itu, pihaknya selalu melakukan pembinaan terhadap koperasi. Salah satunya ialah koperasi dibina untuk bertransformasi menjadi koperasi berbasis digital, sehingga dapat bersaing di era digital seperti saat ini. Kemudian, koperasi dibina agar bisa berbasis korporasi, sehingga dapat mengembangkan usaha dari koperasi itu sendiri.

Upaya itu cukup efektif. Per Juli 2021 ini, sudah ada setidaknya 7 koperasi di wilayah Kabupaten Probolinggo yang berbasis korporasi. Lalu, sebanyak tiga koperasi lainnya saat ini sudah menuju korporasi. "Targetnya semua koperasi," katanya.

Anung menilai kendala terberat bagi perkembangan koperasi saat ini adalah kurangnya proses regenerasi. Banyak pemuda yang kadang masih gengsi untuk ikut serta dalam koperasi. Hal itu disebabkan pola pikir masyarakat yang menganggap koperasi hanya sebatas simpan pinjam.

Padahal di tahun 2020 hingga 2021 ini, sudah ada 12 koperasi yang berdiri dengan tidak menjadikan simpan pinjam sebagai usaha pertamanya, melainkan usaha penjualan. Seperti halnya Koperasi Batik yang ada di Sidomukti.

Seharusnya, itu dapat menjadikan pemuda untuk berkeinginan menjadi pengurus koperasi. Sehingga dapat menciptakan revolusi pada koperasi-koperasi di Kabupaten Probolinggo.

Anung memaparkan agar koperasi ini tetap menjadi tameng bagi perekonomian masyarakat, seharusnya, koperasi itu sendiri sudah melakukan pendidikan bagi anggota-anggotanya. Terutama agar dapat menjalankan jati diri koperasi itu sendiri. "Itu diatur dalam undang-undang koperasi," ucap bapak dari 3 orang anak ini.

Ia berharap, di Hari Koperasi yang ke-74 ini, koperasi dapat membangun mindset (pola pikir, Red) generasi milenial, untuk mewujudkan korporasi koperasi berbasis digital di era revolusi 4.0.

Koperasi Bukan Hanya Simpan Pinjam

PADA 12 Juli 1947 dilakukan kongres pertama koperasi di Indonesia. Momen ini kemudian diperingati sebagai Hari Koperasi. Saat ini koperasi di Indonesia sudah memasuki usia 74 tahun. Namun, kesadaran masyarakat tentang pentingnya berkoperasi disebutkan masih kurang.   

Ketua Dewan Koperasi Indonesia (Dekopinda) Kabupaten Probolinggo Joko Rohani Sanjaya menyatakan,  pemerintah sudah mendukung dengan gerakan berkoperasi.  Namun, sumberdaya manusia (SDM)-nya kurang memadai. Padahal saat ini koperasi dituntut untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi digital. Sehingga koperasi perlu diperkuat SDM-SDM mumpuni agar dapat bersaing di era digital ini.

Selain SDM yang kurang dari harapan, tingkat pemahaman masyarakat tentang koperasi hanya sebatas pada simpan pinjam saja. Padahal, pada dasarnya koperasi ini mempunyai lima jenis, yakni Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Konsumen, Koperasi Produsen, Koperasi Jasa dan Koperasi Pemasaran. "Sekitar 99,9 persen yang menganggap hanya simpan pinjam saja," terangnya kepada tadatodays.com, Kamis (8/7/2021).

Joko mengatakan, di Kabupaten Probolinggo ada beberapa perusahaan yang belum berkoperasi. Hanya, ia tidak bisa menyebutkan perusahaan mana saja. Karena sebagian besar perusahaan lainnya sudah banyak yang berkoperasi, seperti halnya membentuk koperasi khusus karyawan.

Ia berkata ada sekitar 700 lebih koperasi yang ada di Kabupaten Probolinggo. Namun dari angka 700 itu hanya tersisa kurang dari 200 yang masih aktif dan berkembang hingga saat ini. Itu dibuktikan dari Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang biasanya  dilakukan pada 4 bulan setelah tutup buku. "Tutup buku tanggal 31 Desember," jelasnya.

Joko menilai, kendala terberat bagi koperasi bisa eksis itu terletak pada era digitalisasi. Dimana mereka harus beradaptasi dengan era digital. Termasuk juga bisa beradaptasi dengan dapat membuka usaha agar perputaran ekonomi pada koperasi terus berjalan.

Untuk itu, agar koperasi kembali kuat menjadi tameng perkonomian masyarakat, pengelola koperasi itu harus berkompeten, baik dari tingkat ketua, hingga karyawan. Itu dibuktikan dengan uji sertifikasi, yang sudah ditentukan pemerintah terkait bimteknya.

Lalu pengelola harus mempunyai literasi yang cukup, seperti halnya jika bergerak dibidang usaha, maka harus mempunyai pemahaman bagaimana berwirausaha itu sendiri. Kemudian moral dari para pengelola harus baik, agar tidak menjadikan koperasi hanya untuk kepentingan pribadi saja. "Kalau moralnya baik, jiwanya juga bagus," ujar, pria yang berdomisili Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo.

Joko berharap, dengan momentum hari koperasi yang kebetulan masih di masa pandemi, koperasi dapat beradaptasi dan mampu bertransformasi dengan  era digitalisasi saat ini.

Dicetuskan Raden Aria untuk Petani

KOPERASI adalah sebuah organisasi ekonomi yang didirikan untuk kepentingan bersama. Dalam sejarahnya, organisasi ekonomi di Indonesia ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1896. Pencetusnya adalah seorang patih di Purwokerto yang bernama Raden Aria Wiratmadja. Salah satu bukti sejarah ini adalah keberadaan Museum BRI  di Purwokerto.

Raden Aria secara bersama-sama dengan rakyat kecil berniat membangun organisasi ekonomi atas kepentingan bersama. Sehingga saat itu masyarakat yang butuh modal untuk bertani, bisa diambilkan dari uang kelompok organisasi tersebut.

Pendirian organisasi ekonomi pada saat itu didasari kondisi ketertindasan masyarakat kecil di era kerajaan. Banyak orang kaya yang semakin kaya. Sedangkan yang miskin tambah jatuh miskin. Melihat kondisi demikian, Raden Aria berinisiatif membangun sebuah organisasi untuk memperbaiki perekonomian rakyat  kecil kala itu.

Usai masa Raden Aria Wiratmadja, selanjutnya muncul organisasi Boedi Oetomo pada tahun 1908. Organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Soetomo itu juga bergerak di bidang ekomoni, selain  bidang sosial dan kebudayaan.

Dosen Ekonomi pada Universitas Nurul Jadid (Unuja) Paiton, Lukman Hakim, menceritakan bahwa Raden Aria dan Dr Soetomo di masa sebelum kemerdekaan sudah memulai organisasi ekonomi. Semua berawal dari ketertindasan rakyat kecil. Tujuan besarnya adalah  melepaskan diri dari kungkungan kaum feodal.

Akhirnya, setelah kemerdekaan, baru Mohammad Hatta mendirikan sekitar 2.500 koperasi. Alhasil, Wakil Presiden pertama Republik Indonesia itu mempunyai julukan bapak koperasi Indonesia, melalui kongres koperasi Indonesia pada tahun 1953, yang dilaksanakan di Bandung. "Tidak mulus cerita dinamikanya, cetus dosen bertitle S.E.,M.M, itu.

Menurut Lukman Hakim, masa jaya koperasi di Indonesia berada pada zaman setelah kemerdekaan. Rakyat yang dulunya tertindas oleh Belanda, saat itu sudah mampu memperbaiki sedikit demi sedikit ekonominya melalui koperasi yang ada.

Bahkan koperasi sebagai tameng ekonomi masyarakat juga dapat dilihat dari adanya krisis moneter pada tahun 1998, yang ditandai oleh lengsernya Presiden kedua Indonesia Soeharto. Pada saat itu, koperasi merupakan satu-satunya lembaga ekonomi yang tetap bertahan. Karena modal koperasi milik bersama, dan kepentingan bersama.

Selain itu, pada tahun 2008, di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kala itu, ekonomi di amerika sudah hancur, banyak perusahaan yang diambang kebangkrutan. Dan saat itu pula, koperasi masih tetap bertahan.

Selanjutnya dibuktikan pada era pemerintahan, Presiden Joko Widodo, dimasa pandemi tahun 2020 - 2021 ini. Dimana ekonomi yang sudah mulai terguncang, perusahaan banyak yang alami penurunan omset. Koperasi sendiri masih bertahan, bahkan masih tumbuh koperasi-koperasi baru. "Itu bukti kalau koperasi tetap menjadi tameng perekonomian masyarakat," terang dosen Lukman.

Ia menjelaskan, kalau koperasi itu tidak luput dari pedomannya, yakni UU nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, dan UU nomor 11 tahun 2020 (UU Cipta Kerja) yang juga mengatur tentang koperasi. Maka secara otomatis koperasi tersebut dapat memberikan manfaat kepada seluruh masyarakat, khususnya para anggota.

Salah satu contohnya, Koperasi Unit Desa (KUD) yang ada di Kecamatan Krucil Kabupaten Probolinggo. Dimana masyarakat peternak yang awal mulanya bingung untuk menjual susu hasil perahan sapinya. Kini tak lagi bingung, tinggal mengirim langsung ke KUD setempat.

Jadi menurut Lukman, bila daya beli sehat, pertumbuhan perputaran ekonomi akan menjadi pesat. Selain menjadi tengkulak susu, KUD di Krucil juga menyedikan pakan khusus untuk sapi-sapi para anggotanya. "Ada efek dominonya," paparnya.

Menurut Lukman, di era 4.0 ini, koperasi selamanya tetap memiliki relevansi dengan perekonomian, kemandirian sosial dan juga berperan dalam sosial ekonomi di lingkungan sekitar.

Lalu dengan adanya UU Cipta Kerja, koperasi dapat bersaing di era digital. Sebab, koperasi yang dulunya tidak menggunakan fasilitas teknologi, saat ini dituntut untuk menggunakan teknologi. Seperti halnya pinjaman atau simpanan bisa dilakukan melalui android.

Menurut Lukman, di hari jadinya ke-74 ini, koperasi harus mempunyai semangat dan bertekad kuat, secara bersama-sama bergandengan tangan, untuk memajukan sebuah koperasi. Sehingga koperasi dapat menjadi tameng perekonomian rakyat.

Koperasi Tanjung, Tegak walau Pandemi

KOPERASI Tanjung di Desa Karanganyar, Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo bisa menjadi contoh koperasi yang berhasil. Koperasi berbasis syariah yang didirikan pada tahun 2015 itu masih tetap eksis, berkembang, dan tegak berdiri di tengah gelombang badai pandemi Covid-19.

Direktur Koperasi Tanjung Faizin Syamwil menceritakan berdirinya koperasi ini berawal dari diskusi antara civitas akademika fakultas syariah, termasuk dirinya, pada Institut Agama Islam Nurul Jadid (IAINJ) yang sekarang menjadi Universitas Nurul Jadid (Unuja). Diskusi tersebut membahas tentang perlunya lembaga keuangan, untuk memutar keuangan yang ada pada kampus setempat.

Ternyata diskusi itu membuahkan hasil. Pada tahun 2015, mereka sepakat membuat koperasi di ruang lingkup kampus. Hanya karena aturan koperasi tidak boleh ada pada naungan kampus, maka pihaknya memutuskan untuk mendirikan di luar kampus dan sudah berbadan hukum. lalu mempunyai anak cabang bernama Baitul Mal wa Tamwil (BMT) Koperasi Tanjung.

Meskipun berada di luar kampus, pengelola dari koperasi dan BMT ini rata-rata dari dosen, ataupun alumni kampus setempat. Awal mula target pertama berdirinya koperasi ini adalah dosen dan mahasiswa yang menjadi anggota. Mulanya, anggotanya sebanyak 30 orang yang terdiri dari dosen dan mahasiswa.

Namun lambat laun, karena banyak masyarakat yang juga membutuhkan jasa koperasi ini, maka pihaknya memutuskan untuk berkembang kepada masyarakat sekitar. Hingga akhirnya pada tahun 2021 ini, sudah ada sekitar 700 orang yang bergabung menjadi anggota koperasi yang bergerak pada usaha simpan pinjam itu.

Tak ingin terpaku hanya sebatas simpan pinjam, maka pada tahun 2016 pihaknya mencoba memutuskan untuk membuka usaha toko buku di ruang lingkup kampus. Namun itu tak berlangsung lama, karena mahasiswa lebih banyak menggunakan digital, lebih banyak belajar melalui google. "Maka kita tutup saja," ucap Faizin yang juga seorang dosen Unuja, kepada tadatodays.com pada Jumat (9/7/2021) malam.

Lalu pada tahun 2017 pihaknya memutuskan untuk membuka usaha lagi, berupa toko sembako yang juga berada di dekat Koperasi itu sendiri. Pada tahun itu, toko tersebut hanya melayani para anggotanya saja. Namun karena faktor geografis yang berdampingan dengan masyarakat, maka pihaknya kembali memutuskan toko yang diberi nama Tanjung Store itu juga dapat melayani masyarakat yang hendak membelinya.

Saat ini toko tersebut masih aktif dan melayani grosir dan ecer. Namun pihaknya sudah merencanakan kalau toko tersebut bakal hanya melayani grosir. Selain itu, pihaknya juga berencana membuka cabang-cabang baru sesuai dengan anggotanya, yang juga berasal dari luar kota, salah satunya Bondowoso.

Hal itu akan dilakukan karena dari 700 orang anggotanya juga banyak berasal dari luar kota, sehingga banyak anggota tersebut menyarankan untuk membuka cabang baru. Hanya, pihaknya masih menunggu modal yang cukup. Kemudian pihaknya juga bakal melakukan kerjasama dengan Ponpes Nurul Jadid untuk menjadi bagian dari koperasi pesantren.

Namun semua itu masih terkendala dengan adanya pandemi Covid-19. Perekonomian pada koperasi cenderung lebih lambat, karena posisi saat ini berbanding terbalik. Jika sebelum  pandemi banyak yang menabung, tetapi saat ini justru lebih banyak yang meminjam. Bahkan 12 orang calon peminjam sekarang ini masih indent sebulan lagi. "Sejumlah 12 orang ini hampir semuanya bekerja di Nurul Jadid," kata, Faizin yang kelahiran Banyuwangi.

Ia mengaku kalau koperasi ini sudah nyata memberikan manfaat pada anggota. Salah satu contohnya, Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi yang dibagikan kepada anggota. Lalu anggota yang membutuhkan barang seperti laptop atau sepeda, maka pihak koperasi akan bekerjasama dengan toko yang dimaksud. Pihak koperasi akan membayar pembelian tersebut, tentu dengan akad sesuai hukum syariat. Selanjutnya pihak anggota akan membayar uang kepada koperasi dengan sistem kredit.

Kepada tadatodays.com, Faizin memberi bocoran tentang tips koperasi yang ia pimpin itu masih tetap aksis hingga saat ini. Ia mengatakan setidaknya ada tiga tips yang menjadi kunci keberhasilan koperasi tersebut, untuk tetap menjaga eksistensinya.  Pertama, koperasi ini merawat dengan sungguh-sungguh para anggotanya. Seperti halnya anggota yang tidak bisa datang ke gedung koperasinya itu, baik untuk pembayaran simpanan pokok, pembayaran kredit, pembayaran simpanan wajib dan untuk melakukan proses peminjaman. Khususnya dimasa pandemi yang banyak keanggotaan lebih memilih dirumah saja.

Tips kedua yakni apabila ada anggota yang kreditnya macet, maka pihaknya akan mendatangi langsung ataupun menghubungi via ponsel anggota tersebut dengan cara pendekatan yang baik, komunikasi yang baik. Tidak ada ancaman ataupun penyitaan, sehingga mereka bersedia untuk membayar.

Adapun tips yang ketiga, pihaknya lebih memprioritaskan peminjam yang di luar pegawai atau bagian dari Ponpes Nurul Jadid. Karena jika pegawai Nurul Jadid yang meminjam, maka pihaknya dapat bekerjasama dengan bendahara Nurul Jadid agar nanti bisa menggunakan autodebit (potong gaji, red).

Sementara untuk peminjam dari kalangan masyarakat, pihaknya hanya menyediakan kuota yang lebih sedikit.  "Untuk masyarakat kita hanya melayani 10 persen saja," kata Faizin.

Di hari koperasi ke 74 ini, Faizin berharap koperasinya terus berkembang, semua harapan pengelola dan anggota dapat terwujud. Terutama agar di masa pandemi ini pihaknya mampu membantu, dan koperasi benar-benar menjadi ujung tombak perekonomian rakyat.  (zr/why)


Share to