Catatan Kasus Covid-19 Kota Probolinggo 2021; Masuk Level 1, Tapi Jangan Lengah

Mochammad Angga
Mochammad Angga

Sabtu, 01 Jan 2022 13:50 WIB

Catatan Kasus Covid-19 Kota Probolinggo 2021; Masuk Level 1, Tapi Jangan Lengah

VAKSINASI: Kepala DP2KB dr. Nurul Hasanah Hidayati, menyebutkan bahwa kasus Covid-19 tertinggi selama 2021 terjadi pada bulan Juli. Beruntung gencarnya vaksinasi membuat Kota Probolinggo masuk level 1. Tapi ia mengingatkan masyarakat untuk tidak lengah.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Pemerintah Kota Probolinggo bersama Forkopimda setempat terus berupaya menekan penyebaran virus Covid-19. Salah satu caranya dengan akselerasi percepatan vaksinisasi. Sebab, virus yang melanda kota berjuluk manga dan anggur ini, bahkan setiap daerah di Indonesia terbilang naik turun.

Naik turunnya pasien terkonfirmasi positif ini sejalan dengan kesadaran masyarakat dalam penerapan protokol Kesehatan (prokes). Juga soal pengawasan dan pengendalian Covid-19 oleh Satgas setempat.

Plt. Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKP2KB), dr. Nurul Hasanah Hidayat saat ditemui di kantornya, Jumat (31/12/2021), mengungkapkan bahwa dalam tiga bulan terakhir tren kasus Covid-19 di Kota Probolinggo menurun. Khususnya dalam dua minggu terakhir di bulan Desember.

Dokter Nurul menjelaskan, jumlah pasien Covid-19 terbanyak berasal dari Kecamatan Mayangan dan Kanigaran. Sedangkan, Kecamatan Wonoasih dan Kedopok jadi penyumbang kasus positif Covid-19 paling rendah. “Karena Mayangan dan Kanigaran paling banyak penduduknya atau padat penduduk," katanya.

Selain banyaknya jumlah penduduk, penyebab lainnya yakni adanya transisi lokal yang tinggi. Sehingga menimbulkan klaster perkantoran.

Perempuan yang karib disapa Ida ini menuturkan, upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19 tidak hanya dilakukan oleh DKP2KB, tapi lintas sektor yang lain. Hal itu sesuai dengan tupoksi divisi satgas masing-masing. Sedangkan DKP2KB bertindak sebagai koordinator dari satgas pelayanan kesehatan. "Kami ini lebih konsen ke 3T dan 1L. Yakni, testing, treasing, treatment dan isolasi," katanya.

Terkait tren jumlah kasus positif Covid-19, Ida menyebut sempat naik drastis di bulan Juli dan Agustus. Selanjutnya di bulan September hingga Desember mengalami penurunan (lihat grafis). Hal itu terjadi sejalan kebijakan penegakan disiplin (prokes) dengan melibatkan banyak sektor.

Penurunan angka kasus Covid-19 itu, menurut Ida, juga tak lepas dari upaya vaksinasi yang dilakukan Pemerintah Kota Probolinggo Bersama instansi lainnya. Hal itu dibuktikan dengan capaian vaksinasi secara umum yang mencapai lebih dari 80 persen. Sedangkan untuk capaian vaksinasi lansia 62 persen. "Jika (vaksinasi) lansia sudah bagus, akan berjalan ke vaksinasi anak," tuturnya.

Ia melanjutkan, tidak hanya DKP2KB, Dinas Komunikasi dan Informatika, Satpol PP, TNI-POLRI lebih pada fungsi penegakan hukum dengan melakukan operasi yustisi. Tujuannya untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat untuk memakai masker dan meminimalisir kerumunan.

Ia mengimbau masyarakat untuk tetap jangan lengah dengan menerapkan prokes, meski di penghujung tahun 2021 ini Kota Probolinggo masuk level 1. Sebab menurutnya, Covid-19 bisa sewaktu-waktu menyebar dengan cepat.

INOVASI: Kapolres Probolinggo Kota AKBP Wadi Sa'bani, mengatakan bahwa inisiasi "Gerobak Vaksin" merupakan upaya jemput bola bagi masyarakat lansia yang belum divaksin.

Polres Kota Inisiasi Gerobak Vaksin

POLRES Probolinggo Kota bergerak aktif membantu Pemerintah Kota Probolinggo dalam penanganan Covid-19. Yang paling menonjol dilakukan jajaran kepolisian kota, yakni adanya inisiasi “Gerobak Vaksin”.

Ya, “Gerobak Vaksin” ala Polres Probolinggo Kota ini dilakukan untuk menjangkau masyarakat yang belum divaksin karena kesibukan pekerjaan.

Kapolres Probolinggo Kota, AKBP Wadi Sa'bani menjelaskan kepada tadatodays.com bagaimana jajarannya berjibaku dalam melakukan vaksinasi. Hal itu dijelaskan di sela-sela rakor perkembangan vaksinasi dan tinjauan kegiatan vaksinasi lansia di Faskes Tingkat 1 Klinik Pratama Polres Probolinggo Kota, Jumat (31/12/2021).

Alumni Akpol 2003 ini menjelaskan, sejauh ini sinergitas pengendalian Covid-19 oleh jajaran Forkopimda berjalan dengan baik. “Termasuk menggelar vaksinisasi dalam akselerasi percepatan,” katanya.

Percepatan vaksinasi itu, lanjutnya, tidak hanya dilakukan di klinik milik Polres. Tapi, juga dilakukan secara mobil atau door to door.

Tak hanya door to door, Polres Probolinggo Kota juga menyediakan Gerobak Vaksin untuk mendatangi langsung lansia yang belum divaksin. “Setelah dipelajari, ternyata lansia ini bukan hanya berada di rumah,” ujarnya.

Dengan tiga cara itu, yakni vaksinasi di klinik, door to door, dan melalui media Gerobak Vaksin, Polres Probolinggo Kota berkomitmen untuk terus melakukan vaksinasi. Untuk vaksin sendiri tidak hanya didapat dari Kementerian Kesehatan. Tapi juga diperoleh dari Mabes Polri.

TERDAMPAK: Juru Parkir Awang Alun (kiri), dan tukang becak Suryadi merupakan warga yang terdampak adanya pandemi Covid-19. Meski keduanya tidak pernah terpapar, namun pendapatan mereka anjlok karena adanya larangan keluar rumah.

Selama Pandemi, Pendapatan Menurun

PANDEMI Covid-19 tak hanya melumpuhkan kesehatan masyarakat, tapi juga memukul perekonomian warga. Khususnya kalangan menegah ke bawah.

Seperti yang dirasakan oleh Awang Alun, seorang Juru Parkir di depan Apotek Paramita, Jl. Ahmad Yani Kota Probolinggo. Awang Alun mengatakan, pendapatannya sebagai juru parkir merosot tajam hingga 50 persen. Wajar saja, karena selama pandemi warga diimbau untuk tidak banyak keluar rumah. Tak ayal, jumlah kendaraan yang parkir di jalanan pun sepi.

Sebelum pandemi, Awang biasanya mampu mengumpulkan uang parkir antara 60 sampai 70 ribu rupiah dalam sehari. Tapi sejak pandemi melanda, ia hanya bisa mengumpulkan uang parkir Rp 20-30 ribu. "Untuk menjangkau pendapatan, saya menjadi buruh tani di rumah Desa Jorongan, Kecamatan Leces" ujarnya.

Beruntung, di saat pendapatannya anjlok, ia tidak sampai terpapar Covid-19. Awang juga mengaku telah dua kali divaksin di Klinik Polres Probolinggo Kota pada Juni lalu.

Kondisi yang sama dirasakan oleh Suryadi, 51, seorang tukang becak yang mangkal di depan RSUD Mohamad Saleh, Jl. Panjaitan Kota Probolinggo. Ia mengaku pendapatannya selama pandemi terus berkurang. "Tergantung dari penumpang, mas. Ya, 30 bisa 40 ribu juga.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Suryadi harus nyambi jadi tukang bangunan di rumahnya, di Desa Pohsangit Leres. (ang/don)


Share to