Dimediasi, Pedagang Oleh-Oleh Depan Masjid Agung Kota Probolinggo Menolak 4 Tempat Alternatif

Alvi Warda
Monday, 16 Jun 2025 13:50 WIB

BUNTU: Mediasi pedagang toko oleh-oleh haji dan umroh di kantor DKUP Kota Probolinggo, Senin (16/6/2025).
PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan (DKUP) Kota Probolinggo menggelar mediasi dengan 10 pedagang toko oleh-oleh haji dan umroh depan Masjid Agung Alun-Alun Kota Probolinggo, Senin (16/6/2025) pagi. Ada empat tempat yang ditawarkan sebagai lokasi alternatif pedagang. Namun, para pedagang menolak.
Empat tempat tersebut disampaikan langsung Kepala DKUP Kota Probolinggo Fitriawati Jufri. Adapun lokasinya masing-masing ialah Pasar Mangunharjo, Pasar Kronong, Pasar Wonoasih dan toko depan TWSL Kota Probolinggo.
Sebelum menyampaikan empat lokasi tersebut, Fitri menjelaskan bahwasannya pembongkaran toko oleh-oleh tersebut berkaitan dengan rencana revitalisasi Alun - Alun Kota Probolinggo. "DED atau design-nya sudah ada sejak tahun 2023. Kami mendapatkan begitu dari pemkot. Sehingga kami membina bapak ibu untuk direlokasi," ujarnya.
Kemudian, ia menawarkan empat tempat yang menjadi lokasi alternatif. Dari empat tempat tersebut, pedagang bebas memilih yang mana saja. "Kita hanya punya empat lokasi ini Pak, Bu. Monggo yang mana saja bisa ditempati," katanya.
Namun, pernyataan Fitri mendapat sanggahan dari pedagang. Rivo Alfadani misalnya, bertanya kenapa pemkot baru mengatakan pada pedagang, jika perencanaan sudah ada sejak tahun 2023. "Kenapa tidak dari tahun ini bilang ke kami, jadi kami punya gambaran juga. Lalu yang kedua, kenapa kami tidak dilibatkan?" ucapnya.
Sanggahan tersebut dijawab oleh Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPR-PKP) Kota Probolinggo Gigih Ardityawan. Menurutnya, saat perencanaan sudah mengundang seluruh pihak terkait, termasuk DKUP. "Tim desain kami datangkan dari ITS langsung," katanya.
Revitalisasi alun-alun, lanjut Gigih, perlu dilakukan. Khususnya perbaikan trotoar dan pembuatan drainase. "Sebab sudah rusak dan harus diperbaiki, selain untuk memenuhi hak pendestarian. Selain toko yang berdiri di atas trotoar, kami juga akan menebang pohon yang merusak," katanya.

Setelah diperjelas tujuan dan alternatif tempat, pedagang tetap menolak solusi dari hasil mediasi.
Saat diwawancara, ketua paguyuban toko oleh-oleh haji dan umroh Bambang mengatakan, pemkot terkesan "mbulet" atau berputar-putar. "Kami menegaskan, kami tidak menolak revitalisasi alun-alun. Kalau harus dibongkar enggeh silakan, tapi kasih kami solusi yang jelas. Mosok jualan oleh-oleh haji dan umroh di pasar?" katanya.
Bambang mengatakan paguyuban sepakat tidak ingin tercerai berai. Sehingga mereka meminta solusi tempat di utara Masjid Agung. "Tapi tadi katanya tidak bisa, karena milik Kesra yang sudah dihibahkan pada Takmir Masjid Agung, mbulet wes pokoknya," ujarnya.
Sementara itu, Kepala DKUP Kota Probolinggo Fitriawati Jufri mengatakan, ada perjanjian pinjam pakai bangunan toko oleh-oleh. "Kami memiliki perjanjian bahwasanya kapanpun pemkot ingin mengambil, maka harus diserahkan," katanya.
Dulunya, kata Fitri, bangunan toko tersebut milik organisasi masyarakat. Namun, karena tidak mampu dikelola maksimal, alhasil diserahkan pada perorangan. "Itu aset pemkot. Kami masih memiliki itikad baik dengan memawarkan lokasi alternatif sebagai tempat agar paguyuban tetap berjualan," ujarnya.
Fitri menarget pedagang harus mengosongi toko maksimal akhir Juli. "Akhir Juli harus kosong," katanya.
Kabid Bina Marga PUPR-PKP Kota Probolinggo Gigih Ardityawan mengatakan, saat ini revitalisasi trotoar sampai di tahan pelimpahan berkas pada barang dan jasa. "Kami sudah melimpahkan ke Barjas. Masih di tahap kajian," ucapnya. (alv/why)

Share to
 (lp).jpg)