Empat Murid Sekolah Rakyat Kota Probolinggo Berhenti, Dinsos: Persoalan Keluarga

Alvi Warda
Wednesday, 12 Nov 2025 12:59 WIB

RAPAT: RDP di Ruang Komisi III DPRD Kota Probolinggo, Rabu (12/11/2025).
PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Murid Sekolah Rakyat (SR) Kota Probolinggo yang berjumlah 100, berkurang empat. Dinas Sosial (Dinsos) Kota Probolinggo menyebutkan bahwa murid yang putus sekolah itu dililit persoalan keluarga.
Hal ini terungkap dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi III DPRD Kota Probolinggo, Rabu (12/11/2025). Ketua Komisi III Mukhlas Kurniawan bertanya soal keadaan Sekolah Rakyat. "Itu gimana kondisinya sekarang? Saya tahu ada bongkar pasang murid," ujarnya.
Bongkar pasang murid yang dimaksud Mukhlas ialah adanya pergantian murid, sebab murid sebelumnya putus sekolah. Ia menanyakan alasan murid yang putus sekolah tersebut. "Apa alasannya itu bu? Kenapa sampai ada putus sekolah? Apakah (ada masalah, red) dari segi fasilitas atau ada hal lain?" ujarnya.
Menurut Mukhlas, meskipun SR merupakan program pemerintah pusat, Pemerintah Kota Probolinggo juga harus mengetahui persolan ini. "Meskipun ini program pusat, tapi kan yang menyediakan muridnya kita. Itu tolong dijelaskan," katanya.
Kepala Dinsos Kota Probolinggo Madihah kemudian menjelaskan, ada 8 murid yang awalnya hendak putus sekolah. Namun, 3 murid berhasil kembali. "Kemudian 1 lagi diganti, sebab yang bersangkutan tidak bersedia kembali. Lalu 4 murid lainnya sudah tidak mau kembali," ucapnya.
Madihah tidak mengetahui jelas alasan pasti, murid-murid yang putus sekolah tersebut. "Kan ini program pusat ya pak, kita hanya menyediakan nama-nama murid. Jadi yang tahu detail itu kepala sekolah dan kementrian pusat. Namun saat kita ikut koordinasi kemarin itu, secara garis besar ada persoalan keluarga," katanya.

Ia menjelaskan contoh persoalan keluarga seperti adanya perceraian, perubahan prinsip pendidikan anak dan lain sebagainya. "Jadi kalau yang bercerai itu, ingin si anak tinggal dengan salah satu orang tua. Ada komitmen orang tua yang tidak sama," ucapnya.
Selain persolan murid, Ketua Komisi III Mukhlas juga bertanya soal gedung SR. Menurutnya, tidak layak ketika murid jenjang SMP-SMA berada dalam satu gedung yang sama untuk beristirahat. "Ini masa-masanya mereka loh, kan khawatir terjadi yang tidak diinginkan. Apa upayanya itu bu?" ucapnya.
Madihah menjelaskan, murid perempuan dan laki-lali memang satu gedung. Namun, berbeda lantai. Di masing-masing lantai sudah ada penjaga yang bertugas. "Upaya kami seperti itu. Ini kami sedang mengajukan percepatan untuk bangunan di lokasi awal ya pak, insyaallah bulan ini Kementerian Sosial akan kesini," ujarnya.
Sementara, ditemui usai RDP, Madihah mengatakan telah melakukan berbagai upaya agar murid yang hendak putus sekolah dapat kembali bersekolah. "Kita bahkan datangkan psikolog agar anak dan orang tua ini bisa mengerti begitu ya. Namun, tidak berhasil karena ini bersangkutan dengan komitmen orang tua," katanya.
Menurutnya, murid yang putus sekolah itu alhasil bersekolah di sekolah umum atau pondok pesantren. "Jadi kami tetap tekankan, agar anak yang putus ini tetap melanjutkan pendidikannya di luar SR, dan itu kembali ke orang tua masing-masing," tuturnya. (alv/why)




Share to
 (lp).jpg)



