KNKT Sebut Penyebab Laka Maut di Jember Disebabkan Dua Faktor

Andi Saputra
Andi Saputra

Tuesday, 18 Aug 2020 21:57 WIB

KNKT Sebut Penyebab Laka Maut di Jember Disebabkan Dua Faktor

PENYELIDIKAN: KNKT bersama petugas kepolisian memeriksa tayangan untuk memastikan kecelakaan tersebut.

JEMBER, TADATODAYS.COM - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) temukan dua faktor penyebab kecelakaan maut di ruas jalan nasional Jember-Banyuwangi. Tepatnya di simpang tiga kantor Desa Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, Kamis (13/8/2020) lalu.

Temuakan itu, disampaikan pada saat, rapat koordinasi investigasi kecalakaan ketegori menonjol (LAKAJOL) di Kantor Dinas perhubungan Kabupaten Jember, Selasa (18/8/2020).

Investigator senior KNKT Achmad Wildan menyampaikan, pihaknya sengaja turun langsung lantaran menilai kecalakaan masuk dalam Lakajol sehingga memerlukan investigasi khusus sehingga bisa diberikan rekomendasi jangka panjang.

"Saya dari KNKT turun karena melihat kriteria kecelakaan yang menyebabkan banyak korban. Dasar itu, kemudian kami melakukan investigasi," kata Wildan usai rapat kordinasi.

Investigasi, kata Wildan, dilakukankan dengan cara mengintrogasi secara khusus Syaiful selaku sopir Fuso maut yang belakangan telah ditetapkan sebagai tersangka tunggal.

Dari hasil interogasi yang telah dilakukan, Wildan menyimpulkan, kecelakaan beruntun yang mengakibatkan tewasnya 5 pengandara sepeda motor itu, disebabkan oleh dua faktor utama.

Yakni, pertama truk fuso diketahui menggunakan klakson udara atau biasa disebut klakson tolelet. Cara kerja tlakson tersebut menggunakan tabung udara yang juga digunakan sebagai sistem pengereman Fuso. Kondisi itu, berpotensi membuat tabung udara fuso habis dan membuat rem tidak berfungsi karena udara untuk melakukan tekanan habis.

Kedua, Syaiful diduga melakukan pengereman berulang-ulang tanpa memperhatikan kondisi udara yang ada didalam tabung. Kondisi tabung udara kosong menyebabkan rem tidak berfungsi.

Wildan menambahakan, untuk menghindari kecelakaan serupa rekomendasinya, Seoraag kawannya  memberikan pelatihan kepada para sopir truk bermuatan berat dengan jarak jauh tentang prosedur mengemudi sehingga dapat menghadapi kondisi darurat.

“Sopir itu harus memahami prosedur mengemudi. Seperti pemahaman terkait tekanan tabung udara, kelau tekanan tabung dibawah 6 bar itu rem tidak berfungsi optimal,” jelasnya.

Selain itu, pada kountur jalan menurun seperti dilokasi kejadian, harus diberikan for giving road (jalan khusus dalam kondisi darurat, red). Sehingga sopir truk bisa mengarahkan kendaraannya di lokasi tersebut saat terjadi rem blong. (as/sp)


Share to