Pasar Tanjung Jember Ditutup, Pedagang Gelar Pasar Dadakan di Jalan Nasional

Andi Saputra
Andi Saputra

Tuesday, 26 May 2020 09:05 WIB

Pasar Tanjung Jember Ditutup, Pedagang Gelar Pasar Dadakan di Jalan Nasional

SEMRAWUT: Kondisi pasar dadakan di jalan bekas ruko ambruk membuat lalu lintas tersendat.

JEMBER, TADATODAYS.COM - Imbas ditutupnya pasar tradisional oleh Bupati Jember Faida, kini belasan pedagang sayur Pasar Tanjung mengalihkan jualannya di sepanjang Jalan Sultan Agung, Kelurahan Jember Kidul, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, Selasa (25/5/2020). Yakni, di sekitar bekas ambruknya Ruko Jompo.

Dari pantauan tadatodays.com di lokasi kejadian sekitar pukul 23.00 WIB, terlihat belasan pedagang sayur yang biasa berjualan di Pasar Tanjung mulai memadati badan jalan. Tak lama kemudian, para pembali juga mulai menyemut di lokasi tersebut.

Kondisi jalan yang masih dalam tahap perbaikan, serta ditambah adanya aktivitas pedagang pasar, semakin mempersempit jalan yang ada di jalur nasional itu. Akibatnya, para pengendara harus mengurangi kecepatannya saat melintas.

Menurut salah seorang pedagang sayur bernama Hendra, 40, hal tersebut terpaksa dilakukan menyusul surat edaran Bupati Jember pada 22 Mei lalu. Di mana dalam surat tersebut, bupati menutup seluruh pasar tradisional. Termasuk lapak jualannya di Pasar Tanjung juga ikut terdampak.

Sementara, permintaan pembeli meningkat pada hari raya. Karena itu, banyak pedagang yang beralih jualan meski di tempat yang tidak layak. “Pasar tutup semua. Harusnya ada solusi dari pemerintah daerah biar nggak jualan di jalan begini,” keluhnya.

Senada dengan Hendra, seorang tengkulak sayur bernama Rudi, 35, mengatakan, rutinitasnya mengirim sayur ke Pasar Rambupuji selama ini seketika terhenti. Di sisi lain para petani sayur terlanjur menjual hasil panen pada dirinya. Karena itulah, ia memilih untuk tetap memasarkan sayur untuk menekan kerugian akibat penutupan pasar.

“Pasar Rambipuji kan tutup. Lah di sini ada yang butuh, ya saya jual di sini saja,” katanya enteng.

Sementara itu, Edi Ngatiwan, 50, salah seorang pembeli mengatakan, ditutupnya pasar membuatnya kebingungan dalam memenuhi kebutuhan bahan baku jualan ciloknya.

“Bingung ini mau beli bahan kalau pasar ditutup. Ini mau cari tahu nggak ada, mau cari bumbu nggak ada, padahal besok saya jualannya,” ujar warga Jl. Manggar, Kelurahan Gebang, Kecamatan Patrang itu.

Sebagai pedagang cilok yang hanya membeli bahan baku sekali olah, kebijakan menutup pasar sangat berdampak secara langsung pada dirinya. Maka dengan itu ia meminta ada solusi selama kebijakan tutup pasar diberlakukan. (as/sp)


Share to