Pilkada Jember 2024: Hendy, Fawait, Faida dan Drama Politik Tak Berkesudahan

Andi Saputra
Andi Saputra

Sunday, 22 Sep 2024 15:27 WIB

Pilkada Jember 2024: Hendy, Fawait, Faida dan Drama Politik Tak Berkesudahan

JEMBER, TADATODAYS.COM - Inilah masanya ketika politik tak lagi sekadar soal kebijakan, tetapi menjadi panggung besar tempat para aktor politik beradu peran. Para politisi kini dituntut tampil memesona, berakting layaknya aktor kawakan di panggung teater. Hal demikian yang juga terjadi di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Jember tahun 2024.

Warga Jember saat ini disuguhi berbagai macam informasi yang menempatkan para petarung politik sebagai aktor utama. Panggung politik pun menjelma menjadi arena drama, di mana penonton tak hanya mengharapkan solusi, tetapi juga hiburan dalam setiap langkah para politisinya.

Richard Dawkins seorang penulis asal Britania Raya (dalam Harari 2023: 49) menjelaskan bahwa fondasi sejati dari demokrasi bukanlah rasionalitas, melainkan perasaan. Menurutnya, hanya perasaan yang mampu mewakili kehendak bebas dalam diri manusia.

Meskipun sebagian orang mungkin lebih rasional dibandingkan yang lain, namun setiap individu memiliki perasaan. Oleh karena itu, setiap orang, tanpa terkecuali, memiliki kehendak bebas yang tidak bisa direduksi oleh logika atau penalaran semata.

Barangkali berangkat dari situlah kemudian para politisi hari ini memilih berpolitik sembari berdrama mengaduk perasaan publik. Tujuanya menarik perhatian sebanyak mungkin masyarakat untuk diakumulasi menjadi kekuatan suara.

Melihat fenome tersebut Akademisi Komunikasi Politik UIN KHAS Jember Dr Kun Wazis menilai pasangan calon bupati-wakil bupati Jember pada Pilkada 2024 belum sepenuhnya menyampaikan gagasan utama mereka dalam sosialisasi politik. Menurutnya, komunikasi politik yang disampaikan cenderung melemahkan, bukan mencerdaskan. "Komunikasi yang lebih santun akan membuat masyarakat lebih antusias merespons tawaran kandidat," ujar Kaprodi S2 KPI Pascasarjana UIN KHAS Jember.

Dr Kun menegaskan, kritik yang konstruktif diperbolehkan, tetapi tidak boleh menyerang secara personal atau melibatkan kampanye hitam. "Lebih baik, adu gagasan yang mencerahkan masyarakat daripada mengarahkan persepsi politik yang pesimis," katanya.

Untuk menjadi pemilih cerdas, masyarakat perlu mengkritisi gagasan kedua kandidat. Dr. Kun menyebut enam etika komunikasi politik dalam Islam yang bisa menjadi tolok ukur penilaian: qaulan sadida, qaulan ma’rufa, qaulan baligha, qaulan karima, qaulan maysura, dan qaulan layyina.

Etika qaulan sadida, lanjutnya, menekankan agar masyarakat menilai program yang ditawarkan kandidat secara rasional. Pemilih harus melihat apakah program tersebut masuk akal atau hanya sekadar janji.

Qaulan ma’rufa mengajarkan pemilih untuk menilai apakah kandidat berkampanye dengan ujaran baik atau kebencian. "Pesan politik yang buruk tidak perlu dipilih. Belum berkuasa saja sudah mengajarkan keburukan," ujar Dr. Kun.

Qaulan baligha memungkinkan masyarakat mengkaji pesan politik kandidat melalui media. Ketidakjelasan kontrak politik bisa menjadi faktor penentu dalam pemilihan. “Strategi pembangunan, misalnya dalam memberantas korupsi dan kemiskinan, harus jelas dan dapat diverifikasi,” tegasnya.

Qaulan karima, menurutnya, terkait dengan sikap santun kandidat dalam berkomunikasi langsung dengan masyarakat. Pemilih akan memilih kandidat yang tidak menyakiti rakyat dan menawarkan solusi konkret.

Sementara itu, qaulan maysura mengacu pada komunikasi politik yang rasional dan berdasarkan fakta. Komitmen kandidat harus jelas, bukan sekadar modal besar, tetapi tindakan nyata dalam memberdayakan masyarakat.

Terakhir, qaulan layyina menggambarkan pentingnya komunikasi yang hangat dan rendah hati antara kandidat dan masyarakat. "Kedekatan emosional ini bisa menjadi faktor penting dalam menentukan pilihan," ungkap Dr. Kun.

Senada dengan Kun Wazis, aktivis Migrant Care yang juga mitra KPU, Bambang Teguh Karyanto, menilai bahwa diskusi isu populis dan adu gagasan dalam Pilkada masih minim. Ia mengkritik visi-misi para kandidat yang dianggap belum cukup menjawab realitas masyarakat.

Menurut Bambang, isu strategis seperti inklusivitas, tata ruang yang ramah masyarakat, perhatian pada wilayah pesisir, hingga perlindungan bagi hajat hidup orang banyak, belum tersentuh dengan baik. Ia juga menyoroti bahwa isu kemiskinan dan persiapan Indonesia Emas 2045 membutuhkan perencanaan matang dan langkah konkret, bukan sekadar pencarian penghargaan. "Jangan hanya bangga dapat award," Katanya.

Berdasarkan kajiannya, arah pembangunan Jember yang tertuang dalam RPJPD untuk 20 tahun ke depan masih jauh dari ideal. Ia mendorong agar masyarakat sipil dilibatkan secara bermakna dalam pembahasan isu strategis, bukan sekadar mobilisasi tanpa partisipasi nyata.

Sebagai perwakilan masyarakat sipil non-partisan, Bambang berharap Pilkada yang berkualitas, di mana masyarakat teredukasi politik dan dilibatkan dalam proses. "Kita harus memikirkan masa depan Jember 20 tahun ke depan. Sebagai pemimpin, jangan berpikir sempit," tegasnya.

FAWAIT DAN PERSIAPAN MENUJU PILKADA

Muhammad Fawait atau Gus Fawait Presiden Organisasi Masyarakat Laskar Shalawat Nusantara (LSN) menjadi calon paling menyita perhatian. Ia adalah DPRD Provinsi terpilih dengan suara terbanyak dengan perolehan suara sah sebanyak 238.643 suara. Dimana sebanyak 217.124 suara diperoleh dari Kabupaten Jember, sementara Kabupaten Lumajang Fawait meraih 21.235 suara.

Setelah diumumkan sebagai peroleh suara terbanyak, dorongan pada Gus Fawait untuk maju sebagai Bupati Jember menguat. Tetapi dalam sejumlah kesempatan Gus Fawait menampik dirinya bakal maju sebagai calon Bupati.

Namun gelagat Gus Fawait bakal bertarung di Pilkada Jember mulai terasa dekat saat dirinya mengumpulkan ribuan emak-emak pengajian LSN di Stadion Jember Sport Garden, Rabu (10/1/2024) lalu. Seperti telah dipersiapkan. Sejumlah massa yang datang membawa atribut bertuliskan “Wes Wayae Gus Fawait Bupati”.

Meski demikian, Gus Fawait mengelak jika dirinya bakal maju sebagai Bupati. Ia berkilah massa yang dihadirkan hanya dalam rangka apel shalawat sekaligus silaturahmi dengan Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka. Bukan unjuk gigi persiapan maju Bupati.

Hingga akhirnya Jumat 26 April 2024 secara resmi DPC Partai Gerindra Jember mendeklarasikan Gus Fawait sebagai calon Bupati dalam Pilkada 2024. Pasca dideklarasikan oleh partainya itu, Gus Fawait semakin rajin menggelar konsolidasi keliling. Bai katas nama anggota dewan maupun Presiden LSN Gus Fawait menggelar beragam pertemuan dengan lintas segmen di di 31 Kecamatan.

Menurut Deni Rofiqi, aktivis sekaligus Koordinator Politik dari PAR Alternatif, persiapan politik Gus Fawait untuk bertarung di Pilkada dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, persiapan yang matang, mengingat konsolidasi menuju Pilkada sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari. Pasukan “pink”, yang selama ini berada di belakang Gus Fawait, diyakini telah mengkristal dan berada pada puncak kesiapan. Dengan rentang waktu yang panjang, kekuatan tempur mereka dinilai akan sangat optimal pada pemilihan 27 November mendatang.

Namun, Deni juga menyoroti kemungkinan lain. Menurutnya, durasi konsolidasi yang panjang bisa berujung pada kelelahan. Energi, baik fisik, pikiran, maupun finansial, pasti terkuras dalam proses ini. Kondisi ini berpotensi melemahkan daya tempur pasukan pink menjelang hari H. Terlebih lagi, kegagalan skema “kotak kosong” yang sempat dihembuskan ke publik menambah tekanan terhadap kubu Gus Fawait.

“Persiapan yang panjang itu bisa dibaca dalam dua kondisi. Pertama, matang. Kedua, melelahkan,” ujar Deni.

KOTAK KOSONG DAN LEDEKAN PETAHANA

Gus Fawait tak hanya bergerak mengonsolidasikan dukungan di tingkat akar rumput. Bersama pasukannya, ia mendatangi berbagai kantor partai di daerah, bahkan mendaftarkan diri sebagai calon Bupati. Di sela aktivitasnya, ia juga aktif berangkat ke Jakarta untuk melobi pengurus partai di tingkat pusat, berharap mendapatkan rekomendasi. Usahanya membuahkan hasil; sederet surat tugas dari berbagai partai pun berdatangan. Tak terkecuali dari PDIP, meskipun partai itu juga menerbitkan surat tugas untuk Hendy Siswanto.

Surat-surat tugas tersebut, ditambah dengan dinamika politik nasional, memunculkan spekulasi di tengah masyarakat bahwa potensi terjadinya "kotak kosong" di Pilkada Jember semakin nyata. Fenomena ini dimanfaatkan oleh Gus Fawait, yang tampak menikmati geliat dukungan tersebut. Dalam berbagai kesempatan, ia menegaskan siap bertarung, baik melawan kotak kosong maupun calon lainnya.

Namun, secara terbuka ia juga mengakui tengah berusaha merangkul seluruh partai agar bisa bersatu di belakang dirinya. Pernyataan itu mengisyaratkan bahwa Gus Fawait mendukung terbentuknya situasi yang memungkinkan munculnya kotak kosong di Pilkada mendatang.

Spekulasi soal kotak kosong dalam Pilkada Jember runtuh setelah Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan putusan nomor 60/PUU-XXII/2024. Putusan tersebut mengubah ambang batas pencalonan kepala daerah menjadi hanya 6,5 persen. Langkah ini memupus harapan beberapa pihak yang sebelumnya mengandalkan wacana kotak kosong sebagai strategi politik.

Tak lama setelah putusan MK, PDI Perjuangan bergerak cepat. Partai berlambang banteng moncong putih itu mengeluarkan Surat Keputusan (SK) DPP PDIP Nomor 1462/KPTS/DPP/VIII/2024. SK ini meresmikan pencalonan pasangan Hendy Siswanto dan KH. MB Firjaun Barlaman, atau yang akrab disapa Gus Firjaun, sebagai calon bupati dan wakil bupati Jember. Surat tersebut ditandatangani pada 26 Agustus 2024.

Langkah PDIP ini seperti berkah tersendiri bagi Hendy Siswanto. Dalam pidatonya, setelah resmi dikukuhkan sebagai kader PDIP pada acara konsolidasi akbar di Kawasan Seven Dream City, Rabu (28/8/2024), Hendy tak segan meledek penantangnya, Gus Fawait, dengan menyebut, "terlalu terburu-buru". Pidato ini mencerminkan percaya diri yang kuat dari petahana yang seolah mendapatkan dukungan penuh partai besar di detik-detik terakhir menjelang pemilihan.

“Terburu-buru mengambil sikap, dianggapnya ada kotak kosong. Begitu dibuka, kotak kosongnya malah ada gambar banteng di dalamnya,” kata Hendy dengan wajah gembira.

TANGIS FAIDA DI UJUNG PENDAFTARAN

Selain Hendy dan Fawait, publik Jember juga tak bisa melupakan Faida, mantan Bupati Jember periode 2016-2021 yang sempat dimakzulkan oleh DPRD. Di Pilkada 2024, Faida kembali mencoba peruntungannya dengan mendaftar ke sejumlah partai politik. Namun, nasibnya tidak semeriah Fawait, dan tidak seberuntung Hendy Siswanto.

Ribuan baliho yang ia pasang serta kunjungannya ke berbagai kantor partai, baik di daerah maupun di Jakarta, ternyata tidak membuahkan hasil hingga detik-detik terakhir pendaftaran.

Namun, Faida bukanlah sosok yang menyerah begitu saja. Pada Kamis, 29 Agustus sekitar pukul 23.49 WIB, mobil relawan Faida tiba di kantor KPU Jember. Lima menit kemudian, Faida sendiri muncul dan langsung masuk ke dalam kantor KPU.

Di hadapan para pendukungnya, Faida mengklaim telah mengantongi rekomendasi dari dua partai. Sayangnya, rekomendasi tersebut tidak bisa digunakan sebagai syarat pendaftaran karena terbentur aturan batas waktu pendaftaran.

Air mata pun mengalir. Faida menangis sesenggukan, memeluk para pendukungnya, terutama kaum ibu, sebagai upaya terakhir untuk menenangkan suasana. Isyarat dari aksinya jelas: Faida ingin menunjukkan bahwa ia telah berjuang sekuat tenaga hingga titik darah penghabisan. Sebuah penutupan drama yang sarat emosi, sekaligus menegaskan bahwa Faida adalah seorang petarung sejati.

Meskipun memiliki basis massa yang loyal, Faida tidak serta-merta mengalihkan dukungan kepada salah satu calon yang bertarung di Pilkada. Sebagai bentuk penegasan atas sikap netralnya, pada 8 September 2024, sebuah video berdurasi sekitar satu menit beredar viral, memperlihatkan Faida menolak mendukung calon manapun.

Dalam video itu, Faida dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak mendukung siapapun, dan tak akan mengarahkan para loyalisnya untuk berpihak ke kandidat lain.

Menurutnya, Jember membutuhkan pemimpin yang bersih, dan ia tidak melihat hal itu pada kedua calon yang sedang bersaing. "Kalau ada yang menggunakan foto saya berdampingan dengan salah satu kandidat, itu tidak benar. Saya tidak mendukung siapapun. Saya netral," katanya. (as/why)


Share to